Malam Ini Malaikat Datang Juga
· Dibagikan kepada Publik MALAM INI, MALAIKAT DATANG JUGA Mata gadis kecil berusia lima tahun itu mengerjap-ngerjap. Dalam temaram tak terlihat Mbah Sih di sisi lain tempat tidur. Jam menunjuk angka dua, tapi apa gunanya bilangan jika menghitung umurnya sendiri pun masih terbata. Yang ia tahu, jika di luar masih gelap berarti masih malam. Seharusnya Galuh belum terjaga, hanya saja suara ayam jago tetangga berbunyi nyaring saling bersahutan. Galuh takut, terlebih ketika tak didapati nenek yang biasa tidur bersamanya. Bulir bening hampir jatuh ketika pintu berderit pelan. Senyum terkembang tatkala melihat Mbah Sih muncul dengan mukena kumal kesayangannya. "Kok sudah bangun, Nduk? Masih malam ini." Buru-buru Galuh menghambur ke pelukan Mbah Sih yang langsung mengelus rambut penuh anak kutu itu. "Ada suara ayam, Galuh takut. Kata Joko kalau ada ayam berkokok malam-malam, tandanya ada setan." Kedua tangannya semakin erat melingkari pinggang Mbah Sih. "Oalah. Bohong iku si Joko, Nduk. Coba tanya Mbah Miftah, guru ngajimu, kalau ada ayam berbunyi malam-malam itu tandanya melihat malaikat. Mulai tengah malam itu malaikat-malaikat turun ke bumi, nyebarkan rezeki dan rahmat. Makanya kita umat muslim dianjurkan solat tahajud, berdoa, biar dibantu ngaminkan malaikat. Ojo wedi." Ditatapnya mata tua Simbah. Gurat-gurat usia terpampang jelas di garis wajah, menandakan bahwa beliau tak muda lagi. Namun perjuangan untuk membesarkan cucu semata wayang tak pernah memudar, demi mendiang putra dan menantunya yang telah berpulang lebih dulu. "Terus kenapa kita gak kaya-kaya? Mbah kan rajin solat tajahud, eh tahajud, berdoa. Kenapa malaikat gak kasih uang banyak-banyak?" Mbah Sih menyentil hidung si ceriwis Galuh, dalam banyak hal mang gadis itu terlihat lebih kritis dibanding teman-teman seusianya. "Nduk, bentuk rezeki itu ndak harus berupa uang. Kita sehat, bangun tidur masih bernapas, bisa makan nasi walaupun lauk seadanya, itu juga anugerah, rezeki. Simbah ingat dulu, kowe lahir jam 1 malam. Sebelumnya suara ayam jago bersahutan di kampung ini. Rupanya malaikat-malaikat mengantar seorang bayi cantik, pintar dan solehah. Sama Ibu dan Bapaknya dikasih nama Galuh Ayu Kinanthi" "Mbah, Galuh mau ayam jago yang bisa berkokok. Besok beli, ya? Biar kita tahu kalau ada malaikat ke rumah kita. Galuh mau berdoa biar diaminkan malaikat. Ya Mbah, ya?" Mata tua itu meredup mendengar permintaan Galuh. Bukannya tak ingin mengabulkan, hanya saja uang yang ia miliki cuma cukup untuk makan dua hari ke depan. Sudah tiga hari ini ia tidak jualan pecel karena asmanya kambuh. Memang ada sedikit simpanan, tapi untuk kebutuhan tak terduga. Ah, andai saja Soleh dan Santi tak pergi lebih cepat, tentu kehidupan Galuh lebih terjamin. Masa depan seperti apa yang bisa perempuan renta berikan untuknya? Keesokan harinya, kedua orang cucu dan nenek pulang ke rumah diiringi ocehan Galuh. Ditentengnya sebuah karung berisi ayam. Simbah mengiyakan permintaannya. Membobol kaleng susu yang ia sulap jadi celengan lalu membawanya ke rumah Wak Haji. Namun rupanya niat membeli ayam jago diterima dengan tawa lebar khas Wak Haji. Laki-laki paruh baya itu terlampau baik. Alih-alih membeli, Galuh malah mendapat seekor ayam jago juga anak-anak ayam lima ekor beserta induknya. Tak lupa istri Wak Haji menjejali kantong bajunya dengan permen-permen dan coklat mahal. Jangan lupakan jinjingan besar berisi beras dan sembako di tangan Mbah Sih. "Benar ya, Mbah? Semalam malaikat rahmat datang ke rumah kita. Nih, hari ini rezeki kita banyak sekali. Alhamdulillah. Uang dari Wak Haji mau Galuh tabung, buat Mbah naik haji." "Amiiin, Nduk. Amiiin." Mbah Sih terkekeh. Jadilah sepanjang siang Galuh membuat kandang untuk ayam-ayamnya dibantu Pak De Saman dan Joko, untung mereka punya sisa kayu tak terpakai. Begitu malam tiba, ia berbisik pelan, "Ayam yang baik, nanti kalau malaikat sudah datang. Tolong berkokok, ya?" Simbah sudah lebih dulu terlelap setelah mengeluh kelelahan. Sementara Galuh hampir tak tidur semalaman demi menunggu si jago berkokok. Namun lama kelamaan matanya semakin berat hingga akhirnya ikut terpejam. Kukurruyuuuk!!! Kukurruyuuuk!!! Kukurruyuuuk!!! "Mbah, bangun! Ayamnya berkokok. Malaikat datang, ayo solat dan berdoa, Mbah." Tapi Mbah Sih tetap bergeming dalam tidurnya, sembari menyunggingkan seulas senyum. Berkali-kali Galuh mengguncang badan Simbah. Ayam jago berkokok semakin nyaring, saling bersahutan dari seluruh penjuru kampung. Hingga Galuh ingat sesuatu, Mbah Miftah bilang nama malaikat itu ada 10. Semua punya tugas. Salah satunya adalah malaikat Izrail, tugasnya menjemput nyawa manusia. LOVELY_HOME_PH 10 Juli 2020 23:19
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Cerita yang indah bunda