Mendidik 'Anak' (Tanpa) (dengan) Meninggalkan Anak
Bagi seorang perempuan berstatus ibu rumah tangga yang juga memiliki profesi di luar rumah, ada waktu menemui dilema ketika di hadapkan pada pilihan pekerjaan atau anak? Sayangnya dalam realita dunia kerja, tak sedikit perempuan dipaksa harus mengorbankan salah satunya. Jika ingin bekerja, tinggalkan anak. Jika memilih membersamai anak, jangan bekerja di luar. Padahal kalau bisa melakukan keduanya dalam waktu bersamaan, kenapa harus memilih?
Menjadi pendidik adalah salah satu cara para perempuan dalam memberdayakan diri. Profesi ini pun terkadang menjadi dilema tersendiri. Di satu sisi mereka harus melakukan kewajibannya mengajar dalam rangka mencerdaskan generasi-generasi bangsa. Di sisi lain mereka harus menguatkan hati, menebalkan telinga pada rengekan dan tangisan anak sendiri yang juga merupakan salah satu calon generasi penerus bangsa
Sekolah ramah anak guru menjadi satu program yang digagas oleh seorang aktivis pendidikan asal Malang, Kentar Budhojo. Beliau adalah orang yang mendukung para guru terutama perempuan untuk diperbolehkan membawa anak ke sekolah. Kebijakan tersebut diterapkan langsung di sekolah yang beliau pimpin. Bukan pemandangan yang aneh ketika melihat seorang guru mengajar sambil menggendong bayinya. Bahkan ada beberapa sekolah di kota-kota besar yang menyediakan daycare agar guru-guru lebih leluasa mengajar namun tetap dapat berdekatan dengan anak.
Membawa anak ke sekolah tentu bukan tanpa alasan. Terlebih bagi para honorer yang mengajar di pelosok jauh sana. Upah baby sitter yang bisa jadi lebih mahal dari pada gaji mereka menjadi alasan untuk membawa anak turut serta. Dengan gaji berkisar 150-300 ribu mereka harus berpikir ulang jika harus menyewa pengasuh. Meski ada yang terpaksa dititipkan kepada orang tua atau saudara, tentu akan lebih baik jika berada dalam pengawasan sendiri.
Bagi pengajar perempuan, mungkin terlalu jauh jika menginginkan kesetaraan kesejahteraan seperti di sekolah besar di luar sana. Terkadang cita-citanya cukup sederhana saja; ingin tetap berdedikasi mengabdi pada bangsa dengan cara menebar ilmu, sekaligus menjadi tumpuan sandaran si buah hati dimanapun mereka berdiri. Jika bisa menjadi pendidik bagi anak didik dan anak kandung dalam waktu bersamaan, kenapa harus di hadapkan pada pilihan?
LOVELY HOME-MSS
25/1/2022
10:12 pm
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar