Relativitas Kebahagiaan
Sejujurnya hingga detik ini aku masih meraba-raba mengenai relativitas kebahagiaan. Berawal dari satu momen kira-kira dua bulan lalu saat aku dan suami belanja di Pasar Air Muring. Berangkat dari rumah, cuaca sangat cerah. Hanya ada beberapa gumpalan awan putih. Hiruk pikuk pasar, interaksi penjual dan pembeli, klakson kendaraan membuat suasana hidup.
Namun, begitu menginjak los ikan tiba-tiba petir menyambar sangat kencang sebanyak tiga kali. Semua orang terkejut dan heran karena tidak ada tanda-tanda menunjukkan akan turun hujan. Tidak lama kemudian langit mendadak hitam lalu air turun seperti ditumpahkan dari langit. Langsung deras. Otomatis penjual yang menggelar dagangan di pinggir jalan kalang kabut. Sibuk menyelamatkan barang-barangnya dari guyuran hujan .
Kami berhenti dan numpang duduk di salah satu los kosong sembari memperhatikan wajah kesal dan kecewa para penjual. Berbanding terbalik dengan raut yang ditunjukan sepuluh menit lalu. Kebahagiaan, secepat itukah berubah?
"Bi, kebahagiaan itu relatif ya?" ujarku tanpa melepas pandangan dari guyuran air hujan.
"Maksudnya gimana?"
"Hujan. Para penjual kesal karena hujan turun tiba-tiba. Kita juga kesal gak bisa pulang. Padahal tadi semangat. Emosi orang bisa berubah dalam hitungan detik." "Ya itulah hidup, kalau kita kembalikan pada kata-kata 'tidak ada yang abadi di dunia ini' sebenarnya gak perlu ada yang harus kita pikirkan. Sedih, senang, kecewa, sukses, gagal, pasti ada masanya." Pak suami menjawab sembari memainkan handphone-nya.
"Disini kita kesal karena hujan turun, di daerah yang sedang kekeringan justru mereka malah sujud syukur. Iya, kebahagiaan memang relatif. Apa yang bikin kita bahagia, bisa jadi malah bikin orang sedih. Apa yang bikin kita sedih, mungkin malah bikin orang lain bahagia. Tau gak apa yang membuat kita bisa menerima semua keadaan sedih atau senang?"
Dan aku harus memutar otak mencari jawaban yang tepat.
"Mencari celah hikmah di setiap kejadian, mungkin?"
"Betul. Tapi yang paling penting adalah rasa syukur."
Rasa syukur, sudahkah aku memeluknya dengan sempurna?
3/10/2022
4:30
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap ulasannya Bu Farida, salam sukses ya Bu