Rani Farida Sundani

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
REZEKI DARI LAUT UNTUK YANG DI DARAT

REZEKI DARI LAUT UNTUK YANG DI DARAT

Salah satu hal yang harus disyukuri hidup di pesisir barat Bengkulu adalah melimpah ruahnya hasil bahari semacam ikan, udang, lobster, dan kepiting sehingga kami, khusunya keluargaku dapat menjalankan amanah Ibu Susi tentang ‘ayo makan ikan’. Bisa dibilang, di sini masyarakat sudah menjadikan ikan sebagai menu pokok kedua setelah nasi. Dari pagi sampai sore tak henti Mamang penjual bergantian menjajakan dagangannya meggunakan motor atau mobil. Belum lagi setiap hari, lapak pasar bagian lauk-pauk selalu ramai diserbu seolah taka da habisnya.

Pasar di kecamatan tempat tinggalku berlangsung setiap hari Rabu sore dan Kamis pagi. Tentu berburu seafood menjadi suatu keharusan. Harganya bervariasi mulai dari sepuluh ribu hingga seratus lima puluh ribu perkilo, tergantung jenis. Pembeli hanya perlu menyesuaikan isi dompet mana yang sesuai dengan kondisi keuangan. Nah, kalau aku dan Pak Suami kebetulan sama-sama ‘Endas Lover’ alias pecinta kepala ikan entah itu kakap, tuna, talang, dan lain-lain untuk dibuat gulai atau asam padeh. Belum lagi kalau sedang musim kepiting, rajungan dan lobster, berasa Bengkulu itu surganya seafood.

Setiap melihat tumpukan ikan jadi mengingat betapa betul ya Allah itu Super Maha Adil menjadikan ikan sebagai pengecualian bangkai yang diharamkan. Terbayang tidak kalau misalnya Dia mewajibkan ikan disembelih layaknya unggas, sapi, kambing atau domba? Selain itu juga, Allah mentakdirkan hewan laut itu sekali bertelur mencapai ribuan dalam waktu singkat. Terbayang tidak kalau misalnya hanya bertelur beberapa butir saja? Duh, sepertinya makan ikan bisa jadi sesuatu yang teramat langka.

Baru tersadar juga, bahwa perjalanan si ikan untuk berada di atas piring butuh proses panjang dan campur tangan manusia-manusia luar biasa. Ayah dari beberapa murid ada yang berprofesi sebagai nelayan. Mereka kerap bercerita bagaimana perjuangan selama melaut, berkawan ombak, menantang badai. Belum lagi kalau tak mendapat tangkapan, mesin kapal yang rusak tiba-tiba atau yang terburuk seperti yang salah satu temanku alami; perahu Ayahnya terbalik, beliau pulang tinggal jasad. Sungguh, mereka pahlawan yang sering terlupakan. Kita lena pada hidangan di depan mata, namun lupa ada yang bertaruh nyawa. Terimakasih Pak Nelayan, semoga dalam lindungan Allah selalu dan terus mengarungi laut biru.

LOVELY_HOME_MSS

29/12/2020

22:50

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

REZEKI DARI LAUT UNTUK YANG DI DARAT, keren ulasannya

30 Dec
Balas

Keren mbak.

30 Dec
Balas



search

New Post