Rani Yuliana

Kelahiran kota Tegal_ tinggal di Bekasi_ sebagai Guru SDIT Nur Al Barkah_ Cibarusah Kab. Bekasi. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Ibuku Berbohong
Bag - 2

Ibuku Berbohong

Tak terasa waktu begitu cepat berjalan, hari demi hari ku atur demi masa depanku. Setelah aku lulus SMP waktu itu aku memutuskan untuk pergi ke pesantren. Tentangan demi tentangan terus saja memburuku tak terkecuali Edi teman dekatku waktu itu. Entah apa yang ada di benakku, aku hanya berfikir ingin merubah nasibku dan tentunya nasib oramg tuaku. 

Aku anak pertama, dari 7 bersaudara, dan tentunya beban berat di pundak yang ku pikul tak sebanding dengan pengorbanan kedua orang tuaku. Aku berusaha menunduk saat semua orang menentangku untuk ke pesantren, namun nyatanya tekadku sudah bulat. 

Dan akhirnyapun aku berangkat ke pesantren sebelumnya sempat terjadi cekcok di dalam rumah antara orang tua dan nenekku. Berat rasanya, ketika harus ada yang di korbankan, namun di sisi lain demi kebaikan. Akupun pergi ke pesantren dengan di antar oleh Bapakku. Aku menangis sejadi jadinya, satu persatu di antara mereka dan sesampainya di hadapan ibu ku cium tangannya dan ku peluk erat tubuhnya. Isak tangis tak kunjung henti, saat belaian tangannya mengusap kepalaku penuh kasih sayang. 

Ibu : " Nak, jaga diri baik baik, ya? "

Aku :" iya, bu. "

Ibu :" ibu pasti akan kangen sekali" seraya menitikkan air mata. 

Dan akupun memeluk lebih erat lagi tanpa ragu. 

Tak lama kemudian aku bergegas menaiki becak langganan ibuku, yang biasa mengantar ibuku pergi ke pasar. Namun kali ini aku di antarkannya ke terminal bus. Di situ aku di turunkan tepat depan bus trayek semarang, dan akupun langsung menuju bangku kosong sambil menaikan tas yang berisi baju-bajuku.

Di sepanjang jalan aku terus memikirkan ibuku. Rasanya rasa kangen sudah mulai menghampiri, meski baru beberapa jam berpisah. Tak hanya itu, nampaknya aku masih saja terngiang kata-kata teman dekatku, yang tak biasanya berkata berbalik denganku. 

Edi nama teman yang ku anggap paling dekat denganku. Bagiku dia adalah kaka sekaligus orang yang paling sabar dan paling bisa mengerti akan keadaan ku maupun keluargaku. Dia tak pernah sekalipun membenci neneku yang seringkali memarahinya, bahkan dia selalu mengambil hati neneku yang kerap kali seolah terus memberiku nasihat karna Edi adalah orang dari keturunan guru. Neneki selalu menasihatiku agar selalu bisa menjaga sikap. Karna orang tua Edi belum tentu bisa menerima keadaanku. Dari situ aku terus berfikir di sepanjang perjalannanku ke pesantren.

"Mungkinkah sebegitunya orang tua Edi yang tak menyukai aku??."  Gumamku dalam hati

" Akhhh...... Biarlah toh semua itu tak akan mematahkan semangatku untuk pesantren." tegasku terus meyakinkan diriku sendiri. 

@Bersambung

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Terimakasih bunda@Trisna

04 Jul
Balas

Keren ibu.. Dinanti lanjutannya..

04 Jul
Balas



search

New Post