Ranny Ristianingsih

Ranny Ristianingsih. Lahir di Cianjur, pada tanggal 3 Agustus 1992. Ranny lulus program Sarjana di Universitas Suryakancana Cianjur program studi Pendidikan Bah...

Selengkapnya
Navigasi Web
BAHASA JIWA BANGSA, DALAM FENOMENA BERBAHASA (Tantangan Menulis Hari Ke-1)
dokumentasi pribadi, Agustus 2019

BAHASA JIWA BANGSA, DALAM FENOMENA BERBAHASA (Tantangan Menulis Hari Ke-1)

BAHASA (TETAP) JIWA BANGSA, DALAM FENOMENA BERBAHASA

Bahasa jiwa bangsa. Ungkapan tersebut tentu tidak asing bagi kita. Apalagi, saat momen bersejarah Sumpah Pemuda diperingati setiap tanggal 28 Oktober, ungkapan tersebut sering berseliweran di sekitar kita, baik di media sosial, poster-poster, maupun disiarkan di televisi. Adapun, makna ungkapan itu adalah bahwa penggunaan bahasa sebuah bangsa menjerminkan jiwa, karakter atau jati diri bangsa itu sendiri.

Nah, berbicara masalah bahasa, menurut Abdul Chaer, dalam bukunya yang berjudul Linguistik Umum, bahasa memiliki ciri dinamis yang artinya bahasa tidak terlepas dari kemungkinan perubahan yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Perubahan itu dapat dipengaruhi oleh perkembangan zaman, kebiasaan masyarakat, dan lain sebagainya.

Dapat kita amati perkembangan bahasa Indonesia pada masa kini. Zaman sekarang atau yang disebut era milenial ini disadari atau tidak telah melahirkan bahasa atau istilah yang baru. Istilah-istilah itu sudah sangat jelas berperan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Apalagi, kebiasaan masyarakat yang dominan berselancar di dunia maya. Sahabat tentu sangat akrab dengan istilah-istilah berikut: gaje, mager, gabut, kepo, baper, dan lain-lain.

Nah, fenomena bahasa di atas perlu kita sikapi dengan bijak. Suka atau tidak suka, istilah tersebut sudah ramai digunakan dalam percakapan sehari-hari. Kebanyakan memang kaum muda yang menggunakan istilah tersebut, namun tidak ada salahnya para orang tua juga mengetahui makna istilah tersebut, demi kelancaran komunikasi dan antisipasi dampak dari istilah tersebut. Lho, memang istilah tersebut ada dampaknya, ya? Hahaha, penulis jadi geli sendiri.

Akhir-akhir ini penulis memang lebih sering mendengar istilah MAGER. Beberapa kenalan yang memang usianya di bawah penulis acapkali mengatakan istilah tersebut. Biasanya, saat diajak beraktivitas bersama. Sering terucap, “Lagi mager,” katanya. Istilah MAGER itu sendiri sebenarnya adalah sebuah akronim dari MALAS GERAK. Hahaha. Lagi-lagi penulis merasa geli dan lucu. Bisa-bisanya ada istilah ini.

Istilah MAGER bermakna si penutur sedang malas melakukan aktivitas. Namun, bukan berarti si penutur orang yang malas, ya. Hihihi. Mungkin saja si penutur sedang tidak enak badan, lelah, atau tidak tertarik dengan ajakan tersebut. Jadi,banyak faktor yang menjadi alasan seorang penutur mengatakan kata MAGER.

Tapi, Sahabat, kurang baik juga, lho, jika istilah MAGER ini diucapkan terlalu sering. Betapa tidak? Jika seseorang sering merasa MAGER, ia melakukan aktivitas lebih sedikit dibandingkan orang lain di sekitarnya. Jangan sampai hal ini menjadi kebiasaan buruk atau malah menjadi karakter dalam diri seseorang. Karena, akan sangat merugikan jika karakter MAGER bersemayam dalam diri kebanyakan orang zaman sekarang, atau yang disebut kaum milenial.

Kaum milenial yang akan mewarisi negara ini haruslah memiliki sifat aktif, produktif, kreatif, dan inovatif. Anak muda yang jauh dari kata MAGER ini akan mengantarkan Indonesia menuju negara yang maju. Dengan berperan aktif dan produktif, bangsa Indonesia akan sama-sama bersaing di dunia global dengan bangsa lain yang telah maju lebih dulu. Apalagi, dengan kreatif dan inovatif dalam memanfaatkan teknologi yang semakin canggih seperti sekarang. Dengan begitu, cita-cita Indonesia Emas 2045 dapat kita raih.

Jadi, Sahabat, apapun bidang yang Anda geluti sekarang, teruslah bergerak walaupun terpaksa. Teruslah aktif berkegiatan sesuai minat dan bakat yang Anda punya. Jangan lupa untuk tetap produktif agar dapat meraih kesuksesan di hari tua. Selain itu, buatlah inovasi-inovasi dengan penuh kreativitas agar bangsa kita dikenal dunia. Dan yang paling penting yaitu jangan ada kata MAGER di antara kita, karena BAHASA ADALAH JIWA BANGSA.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen ulasannya, Bunda. Salam literasi

14 Mar
Balas

Mantaps. Teruskan dengan menulis tema2 yg lain.

14 Mar
Balas

Lakukan inovasi agar hidup tdk mager... mantaap, Salam literasi.

14 Mar
Balas

Terimakasih, Pak Dede. Salam literasi.

14 Mar
Balas

Setuju.. harus gerak.. jgn MAGER.. HEHE

14 Mar
Balas



search

New Post