Raodah.M.Nuh

Seoarang guru TK di TKN Pembina di Lombok Tengah, berkenalan dengan Media Guru bulan April 2017 lalu, perkenalan yang menghadirkan sejuta rasa, rasa semanis mad...

Selengkapnya
Navigasi Web
Budaya Positif itulah Penunjuk Arah Perubahan
Foto: dokumentasi pribadi.

Budaya Positif itulah Penunjuk Arah Perubahan

(Jurnal refleksi mingguan PPGP angkatan 2, Minggu ke 7)

Minggu ini, terhitung Minggu ketujuh sejak lokakarya perdana beberapa bulan lalu. Bagi saya, seorang Calon Guru Penggerak (CGP) yang tengah mengikuti Program Pendidikan Guru Penggerak (PPGP), sudah banyak sekali pengetahuan dan pengalaman baru didapat.

Pada minggu ini, kami sempat mengobok-obok materi tentang budaya positif di sekolah. Budaya positif yang erat kaitannya dengan disiplin positif. Budaya positif sekolah yang mencakup segala kegiatan yang mendukung peningkatan kualitas pendidikan.

Saat mempelajari materi ini, saya merasa bahwa saya perlu banyak merefleksi diri. Tentang apa yang sudah saya kerjakan selama ini bersama peserta didik saya, lalu apa yang terjadi. Disini perasaan saya dipenuhi haru. Bahwa ternyata selama ini saya belum maksimal mengupayakan perubahan ke arah yang lebih baik itu. Kurang upaya, itulah intinya.

Lalu dengan adanya materi budaya positif ini, saya menjadi merasa menemukan peta penunjuk jalan untuk bergerak.

Berawal dari kisah pak Mus. Seorang guru yang beberapa kali salah tingkah karena salah langkah. Kenapa saya menyebutnya demikian, karena awalnya pak Mus adalah guru yang meyakini bahwa hukuman dan hadiah adalah dua hal yang efektif untuk mendisiplinkan anak. Namun keyakinan itu pudar, saat menyadari bahwa kedua hal itu justeru membuatnya gagal mendisiplinkan anak. Anak hanya patuh saat dijanjikan akan diberi hadiah atau saat ditakuti dengan hukuman, setelah itu, keadaan kembali kacau seperti sebelumnya.

Mengenai kasus pak Mus di atas, saya rasa sejatinya itu tidak salah tapi kurang lengkap. Hukuman dan hadiah memang harus ada dan diberlakukan berbeda untuk anak yang berbeda. Tapi saya katakan itu belum lengkap, karena untuk menerapkan sebuah disiplin, hukuman dan hadiah itu harus dibarengi dengan pemberian penjelasan kepada anak tentang beberapa hal seperti:

Kenapa disiplin itu diterapkan, paparkan dengan jelas keuntungan mematuhinya dan juga kerugian jika melanggarnya.Tentang tanggung jawab pribadi anak kaitannya dengan aturan yang dimaksud juga tentang konsekuensi masa depan kaitannya dengan disiplin.

Jadi itulah yang harus dilakukan oleh pak Mus. Dekati anak lalu jalin komunikasi sehat dan menyenangkan. Tidak masalah jika dilengkapi dengan hukuman ataupun pemberian hadiah. Karena lambat laun anak tidak akan ketergantungan kepada hadiah jika sudah memiliki kesadaran, juga tidak akan patuh karena takut hukuman jika sudah menyadari akan tanggung jawabnya.

Terkait dengan upaya penerapan budaya positif di sekolah, sebagai seorang CGP, saya mencoba memetakan kekuatan yang saya miliki dalam menerapkan budaya positif. Ternyata kekuatan yang saya miliki adalah semangat yang pantang mundur. Sedangkan untuk kelemahan saya terletak pada kemampuan kolaborasi dengan orang tua. Sebagai guru di tempat yang baru, saya belum mengenal jauh karakteristik orang tua. Untuk itulah saya merancang untuk mengadakan diskusi sesering mungkin dengan orang tua (diskusi lepas saat ada kesempatan), disamping juga melakukan observasi melalui media sosial.

Perubahan mendasar yang akan saya lakukan untuk dapat menerapkan budaya positif di sekolah/kelas adalah perubahan perilaku. Hal ini yang utama menurut saya. Perubahan perilaku yang dimulai dari diri sendiri. Dari guru biasa yang hanya menjalankan tugas berdasarkan standar kompetensi guru yang dilakoni seadanya, menjadi seorang guru penggerak yang siap bergerak dan menggerakkan orang lain. Satu contoh: Selama ini saya menjalani peran sebagai guru inti di salah satu rombel. Saya melaksanakan tugas administrasi dan tugas mengajar di rombel saya sendiri. Tapi sekarang saya harus berubah. Saya harus berusaha berbuat lebih, yakni mengupayakan perubahan kearah yang lebih baik bagi rombel saya khususnya dan bagi seluruh warga sekolah lainnya. Dalam artian, sebelum saya bergerak untuk menerapkan budaya positif di sekolah/kelas, terlebih dahulu harus saya yang berperilaku yang mencerminkan budaya positif.

Langkah pertama yang akan saya lakukan dalam menerapkan budaya positif adalah menetapkan pihak-pihak/individu-individu/kelompok yang memiliki kesadaran, kemauan dan komitmen yang sama dengan saya untuk melakukan perubahan, untuk selanjutnya saya ajak untuk berkolaborasi.

Rekan guru, kepala sekolah, orang tua, komite sekolah dan pemerintah desa, adalah pihak-pihak yang akan saya libatkan dalam perancangan dan pembentukan budaya positif di sekolah. Saya akan mengadakan diskusi dengan mereka dalam rangka menumbuhkan kesadaran, kemauan dan komitmen yang sama untuk melakukan perubahan. Setelah itu baru menyusun langkah-langkah selanjutnya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post