Raodah.M.Nuh

Seoarang guru TK di TKN Pembina di Lombok Tengah, berkenalan dengan Media Guru bulan April 2017 lalu, perkenalan yang menghadirkan sejuta rasa, rasa semanis mad...

Selengkapnya
Navigasi Web
Demi Pelangi di Wajah Baru Pendidikan Indonesia

Demi Pelangi di Wajah Baru Pendidikan Indonesia

(Puisi Simposium GP 2022)

Aku berjalan maju

Lurus kedepan

Tak menengok ke belakang?

Sesekali ...

Untuk kembali memungut ceceran ibrah yang sempat terabai

Untuk mengambil batu pijak menjadi acuan melangkah lagi

Saat langkahku sampai di depan sebuah gerbang megah dengan pintu dua warna, merah putih

Dengan hiasan menggantung di depannya, sayap-sayap Garuda

Menggantung ? Iya ... Sebab Garuda masih ragu membawaku mengangkasa ...

Gerbang megah ...

Kueja merah putih di pintumu

Kusapa sayap Garuda di atasmu

Kurafal baris narasi di depanmu

"Gerbang Pendidikan Baru Indonesia"

Hmmm ... Aku terpesona dengan narasi indah itu

Lalu ...

Kujabat sayap Garuda, ikrar patuh di bangku indah PGP

Kujabat sayap Garuda, janji takkan pulang sebelum petang

Kujabat sayap Garuda, pantang menyerah hingga selempang mengalung dada

Kulanjutkan langkah kaki melampaui gerbang

Waaahhh ...

Aku melihat ratusan ... ribuan ... bahkan jutaan tunas bangsa bermain disana

Riuh Senda gurau canda riang mereka akrab di telingaku

Nyanyian ramai namun sumbang tak mampu kelabui nurani

Ahhh ... Nuraniku tersentak saat mendengar kidung mereka

Sebuah harapan besar akan lingkungan belajar selaras zamannya

Sebuah asa yang sejatinya mereka titip di pundak kami

Kidung itu merendah menjadi hibaan

Mari dengarkan kidung mereka

Duhai bapak guru ... Duhai ibu guru

Bolehkah temani kami, menenteng tas sekolah di pematang sawah

Mengeja Garis bilangan.

Mengurai Bentuk baku.

Bermain dengan pangkat bilangan, Bentuk aljabar, Aritmatika sosial dan juga Variabel, sambil selonjor kaki menyapa embun di ujung rerumput

Duhai bapak guru ... Duhai ibu guru

Ijinkan kami bermain di pantai, mengurai Quark, Hadron, Neutrino, Quantum, Isotop dan sebagainya tanpa ragu sambil menemani ombak berkejaran menyapa pantai.

Duhai bapak ibu guru ...

Bolehkah kau kenalkan padaku ragam Budi sambil mengelus pucuk kepalaku yang kadang membatu

Bolehkah kau kidungkan aneka budaya bumi merah putih ini, tanpa teriakan apalagi cambukan

Duhai bapak ibu guru ...

Kami ingin keluar kelas, meraup jutaan pengetahuan yang lebih menantang di luar jendela kelas kami.

Anak-anakku, Kemarilah ...

Bapak dan ibu guru hendak berkisah

Tentang perjalanan panjang yang sudah kami lewati

Kemarin ...

Kami berkunjung ke suatu tempat ...

Sebuah taman warisan dari seorang bapak

Bapak yang pernah mengenalkan kepada kita tentang ing ngarso sung tulodo, ing madya Mangun Karso dan juga Tut Wuri Handayani

Bapak ... Yang selalu mengingatkan kami untuk selalu memahami kodratmu nak

Bapak ... Pemilik taman siswa

Ketahuilah nak ...

Sembilan bulan kami berdiam disana

Sembilan bulan juga kami memahat meja belajar untuk kalian

Meja belajar indah dengan rupa-rupa warna pelangi

Meja belajar untukmu yang heterogen

Meja belajar yang sangat mengerti kamu yang visual, kamu audio dan juga kamu yang kinestetik

Anak-anakku ...

Ada bangku kelas yang lucu, juga tersedia untuk kalian

Bangku kelas yang kami rangkai sembilan bulan kemarin.

Bangku kelas yang bisa kalian bawa kepantai,

Bangku kelas yang bisa kau pasang di kebun

Bangku kelas yang bisa kau pakai dimana saja, kapan saja dan dengan siapa saja

Bangku kelas yang mengenalkan padamu bahwa outing class juga keren, sekeren saat kalian duduk manis di depan papan tulis yang ada disamping jendela kelas.

Ketahuilah nak ...

Kemarin ...

Dengan langkah tertatih namun nyala semangat yang tak redup

Sembilan bulan kami meraut pensil indah untuk kalian,

Pensil indah untuk menulis masa depanmu

Pensil indah untuk memahat pengetahuan agar tak lekang sepanjang zaman

Pensil indah ... Yang juga kelak akan kalian pakai untuk menuliskan do'a panjang untuk kami, jika suatu hari nanti, raga kami sudah berpindah ke bawah tanah.

Namun ... Ketahuilah nak ...

Kami tak bisa menemanimu dengan baik, kami tak bisa sepenuhnya mendampingimu

Kami ... Guru-gurumu, adalah warga negara yang patuh pada kebijakan Sang Tuan

Kami guru-gurumu ... Adalah abdi yang tak kuasa membelok arah dengan kebijakan Sang Tuan

Untuk itulah ...

Pada kesempatan ini, kami ingin sejenak bermonolog dengan Sang Tuan

Duhai Tuan yang Bijak, pemilik topi kebijakan

Dukunglah kami dalam mendampingi tumbuh kembang tunas-tunas bangsa

Mohon kucurkan air pelepas dahaga kami

Panggilkan angin sepoi menemani kami saat merawat tunas bangsa

Duhai Tuan yang Bijak, pemilik topi kebijakan

Dengarkan keluh kami di sela-sela titik embun pagi

Kami yang semalam melewati sua dengan malam, demi meraut pensil anak-anak bangsa

Kami yang mengabaikan panggilan lelah, demi menyiapkan diri untuk mendampingi tumbuh kembang anak bangsa

Tuan yang bijak ...

Dengarlah ...

Kami butuh kebijakan tuan yang memihak kepada kami,

Demi Munculnya pelangi indah di Wajah Baru Pendidikan Indonesia

Terimakasih

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap ulasannya

21 Feb
Balas

Terimakasih sudah mampir, bun

21 Feb

Keren puisinya, sukses selalu bu Raodah

21 Feb
Balas

Terimakasih Bu

21 Feb



search

New Post