Raodah.M.Nuh

Seoarang guru TK di TKN Pembina di Lombok Tengah, berkenalan dengan Media Guru bulan April 2017 lalu, perkenalan yang menghadirkan sejuta rasa, rasa semanis mad...

Selengkapnya
Navigasi Web
Namanya Raja

Namanya Raja

(Sepenggal Kisah Menemani Tumbuh Kembang Anak Down Syndrome)

Namanya, sebut saja Raja. Anak laki-laki itu menekuk kepala saat ibunya mengantarnya di hari pertama masuk sekolah. Ia terus saja menekuk kepalanya lebih dalam. Bahkan saat aku menyodorkan beberapa macam mainan, lalu mengajaknya main. Ia tetap saja berkeming. Namun setelah itu, sebuah kejadian mengejutkan terjadi. Ia bangun mendekati kumpulan anak-anak lain yang sedang berkreasi dengan Lego. Lalu tanpa ekspresi ia buang air kecil sambil berdiri. Hingga sebagian besar teman-temannya basah terkena air kencingnya. Ia punya cara tersendiri saat buang air kecil, yakni menyemprotkan air seninya itu ke atas, hingga percikannya mengotori semua arah. Kebiasaan jelek yang entah sejak kapan ia lakoni.

Raja, ia adalah anak penderita Down Sindrom. Istilah ini sering kita dengar. Bahkan tak sedikit dari kita yang pernah mempunyai pengalaman mendidik anak dengan kategori ini.

Sindrom Down atau Down Syindrome adalah kelainan genetik yang menyebabkan penderitanya memiliki tingkat kecerdasan yang rendah, dan kelainan fisik yang khas. Sebagian penderita dapat mengalami kelainan yang ringan. Tetapi sebagian lainnya dapat mengalami gangguan yang berat hingga menimbulkan penyakit jantung.

Penderita Down Syndrome memiliki kelainan fisik khas yang kadang bisa dideteksi sebelum lahir. Antara lain: ukuran kepala lebih, bagian belakang kepala datar, sudut mata luar naik ke atas dan bentuk telinga kecil atau tidak normal. (Sumber: www.alodokter.com)

Ia terus mengisi hari-hariku. Menjadikannya lebih berwarna dari biasanya. Sebuah penggalan kisahnya di suatu pagi.

Anak-anak kelompok A1 sedang mengikuti kegiatan pembukaan di kelas. Suara gemuruh do’a pembuka kegiatan, sedikit memekakkan bagi telinga yang tak biasa. Beda dengan telinga para pendidik PAUD sepertiku. Suara teriakan do’a (kusebut dengan “teriakan do’a”, karena mereka tak pernah bisa bersuara pelan meski sedang berdo’a sekalipun), adalah salah satu suara yang akrab ditelinga setiap pagi. Selain itu juga ada beberapa jenis suara lainnya, seperti lengkingan tangis saat mereka berantem, pun suara isakan hingga erangan saat tak mau pisah dengan orang tua yang mengantarnya ke sekolah.

Do’a berakhir, saatnya kami mengisi daftar hadir. Bukan PAUD namanya jika ada kegiatan tak dilakoni dengan bermain. Kami mengisi daftar hadir dengan bermain di pohon absen. Yakni membalikkan kartu buah yang tertulis nama sendiri, jika ada kartu buah yang beluk dibalik, berarti pemilik nama tidak ada di kelas hari itu. Kami melakoninya dengan riang.

Selanjutnya aku mengambil buku absen untuk menyebut nama masing-masing anak yang hadir hari itu. Menyebut nama lengkap mereka dengan tujuan agar mereka hafal nama lengkap sendiri,( jangan heran jika kami melakukan itu, karena ada saja anak yang tidak hafal nama lengkapnya sendiri).

Kembali ke kisah Raja, anak istimewaku itu. Saat aku menyebut nama anak-anakku satu persatu, biasanya kuiringi dengan ucapan do’a yang baik. Seperti itu juga yang kulakukan pada Raja.

“Arya Diraja Budiman , (tanpa respon, walaupun ia menatapku) mudah-mudahan kelak jadi bapak Polisi yang berbudi.” Seperti biasa anak-anakku mengaminkan kata-kataku barusan. Terlihat wajah gembira mereka, saat aku mendo’akan mereka untuk menjadi seseorang yang memiliki profesi yang bagi mereka itu adalah orang hebat, seperti polisi, dokter, pilot dan yang lainnya.

“Ah … paling juga besok jadi Polisi tidur.” Tak kusangka, celetukan yang mengejutan itu keluar dari mulut ibunya Raja yang sedang duduk dekat pintu. Pikiranku langsung tak tenang. Ada gundah yang mengganggu. (Kenapa bisa, seorang ibu tak berpikir dulu sebelum mengata-ngatai anaknya. Tidakkah ia sadar bahwa ucapannya untuk sang anak itu, adalah doa tak terhijab di hadapan Tuhan?). Mengatai (baca: mendo’akan) sang anak akan menjadi Polisi tidur saat sudah besar nanti? Kita tahu bahwa Polisi Tidur itu adalah istilah untuk menyebut pembatas kecepatan atau markah kejut adalah bagian jalan yang ditinggikan berupa tambahan aspal atau semen yang dipasang melintang di jalan untuk pertanda memperlambat laju/kecepatan kendaraan.

Dialog yang sopan penuh keakraban berlangsung antara aku dan ibunya Raja. Kuajak ia ngobrol santai tentang banyak hal. Hingga akhirnya obrolan kami membahas tentang rumah tangga, termasuk anak.

Sebuah obrolan yang akhirnya membuat mataku basah. Perjalanan kehidupan masing-masing orang yang berbeda liku dan tanjakan. Kearifan dan kelapangan dada dibutuhkan untuk berhasil melaluinya. Kisruh rumah tangga hingga fitnahan menyakitkan dari tetangga, harus ia hadapi dengan susah payah tanpa dukungan manusia seorangpun, hanya pasrah pada pertolongan Sang Pencipta.

"Tidak ada seorang ibu manapun, yang ingin memiliki anak yang tidak normal. Sakit Bu guru, apalagi saat para tetangga mengatakan, kalau anakku menderita kelainan perkembangan karena kesalahan aku, ibunya." Ia menjeda kalimatnya untuk menyeka sudut matanya. Ia lalu melanjutkan ceritanya, saat ia harus menerima KDRT dan tuduhan sebagai istri pembawa sial. Kemudian dihina karena bisanya hanya melahirkan anak cacat mental.

Kehidupan kadang kejam. Begitulah yang terbersit di pikiran orang yang sedang tertatih dalam menghadapi ujian. Namun tak demikian bagi orang-orang yang memahami dan meyakini, akan ada kehidupan abadi sesudah ini. Kehidupan yang menjanjikan kedamaian dan kenikmatan, tentu saja bagi orang-orang yang gigih meraup bekal di kehidupan kini.

Bel tanda jam pulang beberapa menit lagi, mengakhiri obrolan kami. Aku bergegas menuju kelas yang tadi kuserahkan sebentar kepada guru pendamping. Kuambil alih untuk mendampingi anak-anak melaksanakan kegiatan penutup. Dengan riang mereka melantunkan do'a pulang dan kegiatan penutup lainnya. Kupegang erat tangan Raja, sesekali mendudukkannya di pangkuanku, agar teman-temannya tak terganggu dengan tingkahnya. Ia meronta dan berhasil melepaskan diri. Tanpa kuduga, ia berlari mengitari teman-temannya yang sedang duduk melingkar di atas karpet. Ia berlari terus dan sulit kuhentikan. Guru yang lain membantuku menangkap tubuh mungilnya, namun belum juga berhasil. Teman-temannya sudah mulai panik. Ada yang menjerit karena kakinya terinjak oleh Raja, ada yang menangis kesakitan saat tangan Raja menjambak rambutnya sambil terus berlari. Benar-benar kondisi yang diluar dugaan.

Menanggapi kondisi seperti itu, tanpa pikir panjang (memang tidak ada waktu untuk berpikir), aku berusaha sekuat tenaga menggapai tangan Raja. Begitu berhasil kupegang, segera meraih dan menenangkannya. Kucoba mengusap rambutnya, memangkunya meski awalnya dia meronta. Terus meyakinkannya kalau ia aman bersamaku, adalah tindakan yang kulakukan.

Teringat sebuah artikel di helloSehat.com tentang tingkah anak downsyndrome. Salah satunya adalah berperilaku obsesif, sebuah gangguan kecemasan yang ditandai adanya suatu obsesi yang mendorong seseorang untuk melakukan aksi tertentu secara berulang-ulang (kompulsi). Aksi kompulsif ini dilakukan untuk mengurangi rasa cemas yang muncul dari pikirannya sendiri.

"Kemarin dia juga pernah begitu, saat ibu guru pergi, ia terus-terusan berputar mengelilingi meja." Keterangan dari teman guru itu meyakinkanku, kalau Raja seperti itu karena dorongan rasa cemas. Mungkin saja ia cemas saat kutinggalkan. Ia merasa khawatir diganggu teman-temannya saat aku tidak ada. Hingga ia bertingkah konfulsif, berlari mengelilingi meja berulang-ulang untuk mengatasi rasa cemasnya. Hingga berusaha memberi rasa aman, adalah satu-satunya cara menghilangkan kecemasannya.

Bersambung ...

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Masya Allah keren bunda. Kisah yang inspiratif. Ditunggu kelanjutannya

05 Feb
Balas

Terimakasih sudah mampir, bunda

05 Feb

Luar biasa Bunda ceritanya. Sangat menarik, ditunggu cerita berikutnya

05 Feb
Balas

Terimakasih sudah mampir, bunda

05 Feb

Sama-sama Bunda

05 Feb
Balas

Bnr2 menyentuh kanda..... dttggu cerita selanjutnya..

06 Feb
Balas

Bnr2 menyentuh kanda..... dttggu cerita selanjutnya..

06 Feb
Balas

Insyaallah dek, kita berbagi untuk menambah manfaat. Semoga ...

06 Feb



search

New Post