Pundhi Raras Purbosari

The Author is Dead ~Roland Barthes ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kucari Petrichorku Kembali

Kucari Petrichorku Kembali

‘Oke, jadi uji anova itu adalah uji yang digunakan untuk menguji dua faktor, dengan salah satu faktornya adalah variabel yang independen. Demikian kesimpulan perkuliahan kita hari ini. Jangan lupa selalu mengutamakan kesehatan, cuci tangan, makan yang bergizi, dan buat kamu, Rizky semangat terus ya di Wisma Kencana, semoga hasil PCRsegera negatif, biar bisa pulang dan bertemu keluarga.’

Kalimat terakhir dari dosen statistik yang brewokan itu kujawab dengan anggukan kepala sampai akhirnya kututup layar 16 inchi itu dengan lesu. Sudah hampir sebulan aku dikarantina di sini, di Wisma Kencana tempat para atlet menghabiskan waktunya sebelum berlomba. Setidaknya itulah fungsinya dulu, sebelum wabah corona ini menyerang sejak 7 bulan lalu. Bahkan waktu itu aku masih seorang pelajar SMA tingkat akhir yang tanpa tahu akan menjadi lulusan pertama tanpa Ujian Nasional. Aku begitu apatis menanggapi berita negatif tentang bahaya virus itu, kuhiraukan pula semua berita tentangnya di televisi. Bimbelpun kujadikan alasan untuk selalu pergi ke luar rumah. Lagipula, siapa juga yang tahan mendengar pertengkaran dua orang dewasa yang memaksakan diri bertahan hanya demi harta gono-gini?!

Akupun tak peduli dengan siapa saja aku bertemu, menghabiskan waktu karantina yang seharusnya di rumah saja dengan menginap di beberapa rumah teman secara bergantian.Pergi ke luar kota, dan bahkan mengunjungi tempat-tempatnongkrong yang digandrungi banyak mahasiswa. Kurasa itulah awal dari penyebab tes Polymerase Chain Reaction (PCR)-ku positif, dan dibawa oleh mobil putih bersirine, lengkap dengan tenaga kesehatannya yang berpakaian putih dan bertudung ala astronot.

‘Mas Rizky, snack sorenya, Mas. Aku taruh di dekat gitarmuya.’

Ujar Bobby teman sekamarku secara tiba-tiba, membuyarkan lamunanku sebelum ia melenggang pergi entah ke mana lagi.

‘E.. iya Bob, thank you!’ kataku dengan sedikit berteriak.

Sambil meraih makanan ringan itu aku mengambil ponselku. Membaca tiap pemberitahuan di jendela depannya. Mataku kemudian terbelalak, melihat satu nama dari pemberitahuan itu terbaca “MAMA”.

Tanpa suara kubaca pesan singkat darinya.

[Rizky, Mama pergi. Papamu mengusir mama.]

Kulempar ponsel itu begitu saja. Kujatuhkan diriku di atas kasur, kupejamkan mataku dan kututup dengan lengan. Dadaku serasa mencelos, jantungku serasa jatuh dan kehilangan detaknya selama sepersekian detik. Dada dan kepalaku memanas seolah bara api keluar dari tiap pori di kulitku. Tak kurasa, air mata keluar dari sudut mataku, meleleh membasah di pipi. Laki-laki mana yang menangis sendiri di kamar karantinanya?! Padahal, penawar penyakit ini adalah kebahagiaan, suka cita, dan tidak berpikir berat terus-terusan. Rasanya jika saat ini penyakit di tubuhku bertambah parah, aku tak akan kecewa. Mungkin mati karena wabah lebih baik daripada harus hidup tanpa Mama. Hanya Mama yang selama ini menanyaiku tiap aku pergi, hanya Mama yang peduli saat aku harus dikarantina di Wisma Kencana waktu itu, dan hanya Mama yang aromanya menenangkan, seperti petrichor saat hujan. Sisanya, Papa hanya bisa marah saat tahu bahwa dirinya harus dites juga karena tanpa sadar akulah pembawa virus itu ke rumah.

Pesan singkat Mama itu tak kubalas juga. Harus kubalas apalagi jika “hidupku” lebih memilih pergi. Satu-satunya tempat yang paling mungkin dituju Mama adalah rumah Nenek Anis di Pekanbaru. Surabaya-Pekanbaru, bukan jarak yang dekat,mencarinya pun aku pasti butuh uang.

‘Dari mana bisa kudapatkan uang untuk pergi menemuiMama?!’, pikirku.

Dalam diam, kurasakan hangatnya desah nafasku yang panjang.

Bersambung...

Sabtu, 10 April 2021

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wow... akhirnya ada cerita lagi... suka ceritanya deksay... suka dengan imajinasimu yg mengalir asyik

10 Apr
Balas



search

New Post