Perjuangan untuk menyelesaikan program doktoral (S3) tidak semudah membalikan telapak tangan, apalagi segala sumber daya yang dimiliki adalah semua sumber daya sisa. Sumber daya keuangan sisa memenuhi kebutuhan harian keluarga dan mebiayai kuliah adik, sumber daya waktu sisa kegiatan mengajar di sekolah dan di kampus serta berkumpul dengan keluarga. Khususnya untuk biaya perkuliahan S3, biayanya 3 kali lipat S2 (kalau S2 saya kurang lebih menghabiskan total biaya sekitar Rp. 30.000.000,- maka untuk S3 biaya keseluruhan sekitar Rp. 100.000.000,-). Kondisi demikian memotivasi saya untuk dapat menyelesaikan perkuliahan S3, apalagi ketika pada tanggal 16 Agustus 2015, Allah SWT menambahkan rejeki kepada saya, yaitu dengan lahirnya anak saya yang ketiga, Naufal Mutaqqin Aditya. Secara hitung-hitungan manusia, maka pengeluaran keuangan saya bebannya tambah sekitar Rp. 3.000.000,-, sedangkan gaji sebagai PNS tidak ada kenaikan. Hal ini sedikit banyak cukup “mengganggu” proses penyelesaian dalam bimbingan Disertasi, tetapi dengan tekad yang kuat dan selalu komunikasi dengan istri tercinta, masalah keuangan tersebut bisa diatasi.

Tantangan terberat dalam kuliah S3, bukan perkuliah teori selama 3 semester dan lulus TOEFL, tapi bimbingan Disertasi yang kadang membuat kita naik turun motivasinya. Setelah sidang proposal disertasi, berikutnya proposal di revisi untuk mendapatkan surat keputusan dosen pembimbing. Pada awalnya judul di SK bimbingan disertasi adalah “Manajemen Efektifitas Implementasi Kurikulum 2013 (Studi kualitatif pada Sekolah Menegah Atas Negeri Pilot Project di Kabupaten Indramayu). Pembimbing Disertasi saya adalah Prof. Dr. H. Sutaryat Trisnamansyah, MA sebagai Prommotor, Prof. Dr. H. Enco Mulyasa, M.Pd. sebagai Co-Promotor dan Prof. Dr. H. Iim Wasliman, M.Pd., M.Si. sebagai anggota, yang ditanda tangani oleh Direktur Program Pasca Sarjana Prof. Dr. Achmad Sanusi, tertanggal 6 Januari 2016.

Tahap berikutnya adalah proses bimbingan yang diawali dengan penyerahan SK bimbingan kepada tiga Dosen pembimbing , selanjutnya ketiga dosen pembimbing meminta bimbingan per BAB , tentunya diawali dari BAB I. Karena pembimbingnya ada 3, maka setiap kali bimbingan minimal membuat rangkap 2, hal ini dilakukan karena terkadang dosen pembimbing meminta dikumpulkan dulu di meja beliau, karena waktunya bersamaan dengan jadwal kuliah. Kendala proses bimbingan kadang ada dosen yang tidak bisa dihubungi dan ketika saya ke kampus dosennya ada dinas luar, sehingga terkadang pulang dengan tahan hampa (padahal perjalanan dari Indramayu ke kampus Uninus di Bandung PP 10 jam). Proses bimbimbangan kurang lebih satu tahun baru selesai sampai BAB V, tetapi permasalahan ternyata belum selesai, karena dalam perkuliahan doktoral di Uninus Bandung harus melewati tahapan berikutnya yaitu bimbingan bersama (bimber). Dalam bimber ini Disertasi yang sudah jadi dibedah kembali oleh 3 dosen pembimbing dan 2 dosen intern, yang kadang membuat “down” atau patah semangat karena Disertasi yang disusun sekian lama dengan cucuran keringat dan air mata, harus di rombak lagi. Perombakan Disertasi ini menjadi pengalaman yang tak bisa dilupakan dalam artian tidak ada Disertasi yang sempurna, tetapi sebagai mahasiswa tangguh dan yakin dengan kemampuan yang saya miliki, maka ”tidak ada masalah tanpa solusi” yang peting kitanya mau ikthiar atau tidak menghadapinya dengan semangat “baja”.

Indramayu, 24 Juli 2020

#Tantangangurusiana hari Ke-81