Masih adakah remaja milenia yang tertarik untuk membunuh wakru dengan menyulam? Ah, sungguh melenakan bila sudah asyik dengan aneka benang sulam dan jarum jahit. Seandainya pun kegiatan ini "diseriusi" bisa untuk celah berbisnis. Sayangnya bagi saya baru sebatas suka, kesukaan dan kesenangan. Untuk membunuh waktu luang yang tersisa.

Sepertinya dengan menyulam seolah "flash back" ke masa puluhan tahun silam. Saat seorang bocah SD "uplek" di rumah mengamati sang bunda yang sedang menyulam. Sesekali memegang-megang peralatan dan bahan yang ada di sekitar aktivitas bunda. Sambil bertanya ini dan itu. Hebatnya, selalu dijawab oleh sang bunda. Sering juga bunda meminta tolong memasukkan benang sulam ke jarum. Dan, akhirnya bunda meminta sang bocah untuk memegang kain yang sudah terpasang alat idangan berbentuk lingkaran. Ditunjukkannya cara menyulam sesuai dengan pola gambar. Satu "step" berhasil dilakukan, sang bocah bersorak kegirangan. Dan akhirnya, beberapa hari kemudian sang bocah diminta untuk menyelesaikan menyulam satu buah gambar yang polanya sudah disiapkan bunda. Tentu saja bocah SD itu sangat antusias mengerjakan tantangan pertamanya. Dan...berhasil dengan pujian dari bunda. Wow, sangat puas dan bahagia. Serasa mendapatkan hadiah lomba di i sekolah saja layaknya.

Kini, memori itu hadir kembali. Awalnya melihat keruding si bungsu yang polos. Terpikirkan untuk berbuat sesuatu pada kerudungnya Setelah membongkar peralatan jahit, tersedianya hanya benang warna seperti di gambar hasilnya. Kali ini tanpa pola yang dikopi ke kain kerudung. Langsung saja menyulam plus "feeling" yang dibesarkan. Aha! Hasilnya masih sangat sederhana. Serasa sedang berhadapan dengan almarhum bundaku saat mengerjakannya. Terima kasih banyak Mamahku. I love you so much.