Ratih Handayaningrat

Saya Ratih Handayaningrat, pengajar pada SMPN 1 Baros kab Serang, Banten, berdomisili di Pandeglang, Banten. Pernah mengikuti kegiatan Sagusabu Banten I. ...

Selengkapnya
Navigasi Web

MAMANG

Perjalanan pagi di dalam angkot. Penumpangnya tidak banyak. Selain diriku, terdapat dua pelajar putri SMA, satu pelajar SD dan seorang wanita dengan seragam kantoran. Tidak berapa lama, seorang pelajar SMA minta diturunkan. “Mang, berhenti ya SMA!” sambil tuh gadis bergegas turun. Sontak sang sopir angkot koment saat menerima bayaran ongkos, ”Neng jangan panggil mamang dong....segini saya keren dan muda!” Sontak saya juga sisa penumpang lainnya menengok ke arah sang sopir. Iya juga sih. “Tapi karena kamu cantik neng, tak apalah kamu panggil saya mamang.” Cerocos tuh sopir sambil memberikan kembalian ongkos. Sementara tuh sang pelajar putri yang turun di depan gerbang SMA ekspresinya datar, tidak ada respon. So, what? Begitulah mungkin kira-kira. Perjalanan berlanjut. Tapi saya merasa tergoda untuk buka front obrolan dengan sang sopir. Bukan karena dia masih muda dan agak “eye catching.” Tapi teringat komplainnya dipanggil mamang. Dari logatnya dia tuh sepertinya berasal dari daerah Lampung atau Sumatera Selatan.

“Om sopir!” tegur saya. “Ada apa bu? Ibu mau turun sini?” jawabnya sambil lihat kaca spion depan. “Bukan mau turun, Cuma penasaran. Tadi kok sewot sih dipanggil mamang?’ ujarku. “Pastinya bu.... Saya kan bukan tukang kebon dan bukan tukang cari rumput!” Alamak! Kaget juga mendengarnya. “Om tahu ga arti kata mamang di daerah sini?” tanyaku. Sengaja membahasakan dirinya dengan kata ’om’ dengan pertimbangan nilai rasa. “Ga tahu bu. Emang apa artinya?” katanya sambil lihat kaca spion lagi. Pasti demikian karena posisi saya kan duduk di belakang sopir. “Begini ya om. Bagi orang Sunda di Banten, kata mamang artinya paman atau om.” Jelasku. “Oh, begitu ya bu.” Ujarnya dan nampaknya seperti belum rela mendengar fakta ini. Whatever, yang penting sudah menyampaikan fakta. Terserah tuh orang mau terima atau tidak.

Peristiwa lainnya. Seorang pejabat publik di hari Sabtu nyantai pagi jalan kaki. Pakaiannya Cuma celana pendek, T-shirt dan sandal jepit. Di sebuah warung nampaklah berkerumun ABG berseragam sekolah yang seharusnya berada di sekolah pada jam sekolah. Parahnya, beberapa orang diantara ABG tersebut merokok. Fatal sudah kesalahan kerumunan ABG tersebut. Ditegurnya tuh para ABG supaya stop merokok dan segera menuju sekolah. Mereka sepertinya kurang senang akaan hal tersebut. Konyolnya, bahasa daerah yang mereka ucapkan kurang sopan. “Laporkeun bae Mang ka guru tah! Ka kepala sakola tah!” (Laporkan saja Mang ke guru atau ke kepala sekolah). Wow! Amazing. “Speechless.” Merasa gagal jadinya sebagai pendidik. Secara mereka adalah bagian dari peserta didik di sekolahku. Wajar saja jika sang pejabat publik meradang dan bergegas ke sekolahku segera setelah berganti kostum. Bisa jadi kemungkinan marahnya karena ulah para ABG labil tersebut juga sikap dan bahasa mereka. Pihak sekolah sampai berkali-kali memohon maaf.

Kata ‘mamang’ dalam KBBI online memiliki beragam arti, antara lain: nanar atau kabur matanya (karena hendak pingsan), bingung, ketakutan, nama tumbuhan penyedap masakan, peribahasa yang mengandung nasihat, dan paman. Fenomena komplain sopir angkot mungkin penggunaan kata tersebut di daerah asalnya ditujukan untuk orang dengan profesi kurang menjanjikan. Dengan perkataan lain, penggunaan kata mamang memiliki konotasi kurang bagus. Bagi warga suku Sunda, selamanya akan menggunakan kata itu. . Karena itu adalah identitas yang melekat pada seseorang yang merupakan adik laki-laki dari ibu atau dari bapak. Paman saya (adik kandung ibu saya) yang mantan pejabat publik, selalu membahasakan dirinya dengan kata mamang. Tanpa tendensi apa pun. Karena itu sudah melekat dalam budaya dan tradisi Sunda. Nah, apakah anda masih akan menggunakan kata mamang dalam keseharian? Kalau saya, yes! Selamanya. Karena itu adalah identitas yang melekat pada seseorang yang merupakan adik laki-laki dari ibu atau dari bapak pada daerah tataran Sunda, baik di Jawa barat maupun di Banten. Bagamana dengan anda?

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Setiap daerah punya panggilan tersendiri, terkadang dibawa ke bahasa suku lain akan.memiliki makna berbeda.

05 Dec
Balas



search

New Post