Sudah dua hari ini mbok gede (nenek) Sanerah uring-uringan. Semua anak, mantu dan cucunya bingung menghadapinya. Siapa saja yang mendekati kena damprat. Sebenarnya anak dan cucunya kuatir jika tekanan darahnya naik jika kondisinya seperti itu. Kalau marah tuh, mbok gede mintanya kopi hitam dan aneka camilan asin. Mana ga berhenti mengunyah ramuan daun sirih, gambir dan buah pinang. Pastinya ludah berwarna merah itu dibuang sembarangan. Ditambah kalau marah maunya makan nasi liwet plus ikan asin, sambal, sayur asem dan lalap petai atau jengkol muda. Terbayang anak cucunya kelabakan melayaninya. Kalau sedang musim, petai dan jengkol tersedia di ladang mereka.

Betapa repotnya kerjaan membujuk mbok gede Sanerah. Mulailah anak, cucu dan mantu berbagi tugas untuk mencari penyebab marahnya mbok gede Sanerah. Semakin lama akan semakin marah. Setelah diperhatikan, ternyata dia sering garuk-garuk kepala. Ketemu sudah yang jadi penyebab. Tetapi masih juga belum ketemu barang yang dimaksud. Sudah banyak lemari dibuka dan isinya berantakan.

Tetiba muncul bu RT mau ketemu mbok gede Sanerah dg membawa bungkusan plastik kecil. Bu RT cerita kalo dia baru pulang dari pasar. Bu RT memberikan langsung bungkusan itu ke tangan mbok gede Sanerah. “Ini dia yang aku cari!” teriak mbok gede Sanerah. Ternyata bungkusan plastik dari bu RT isinya sisir serit! Sisir berbahan kayu yang rapat dan halus. Sisir zaman jadul untuk membersihkan kutu rambut.