Puisi
Kopi itu hakekatnya pahit
Seperti hati yang tengah rumit
Kian menghimpit
Menjepit
Semakin sempit
Mas jangan kaku sikapmu
Aku jadi ragu menunggu
Kita obrolkan rasa penuh bara
Agar kau tau rasa yang sebenarnya
Aku sulit untuk berbohong
Tentang hati yang nyatanya kosong
Biarkan yang ada tetap pada tempatnya
Tak bisa kita rubah semaunya
Hati itu tak bisa dipaksa
Biar tumbuh apa adanya
Ada kalanya kita bahagia
Sesekali menahan luka yang menyerang dada
Kopiku tak pernah ingkar
Dia selalu ada dalam celoteh lirih rindu-rindu mengharubiru
Terima kasih Tuhan atas ribuan kepingan Cinta Mu
Batang, 19 Januari 2019
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Subhanallah, puisi yang indah dibalut diksi menawan. Sukses selalu dan barakallah
Terima kasih Bu Siti Ropiah, sukses juga untuk Ibu