MBAH JOYO PENJAGA MALAM BALAI PERTANIAN (Bagian ke 4)

CERPEN
#TANTANGAN MENULIS HARI KE _32
Pak Bardi dan Mbah karmo akhirnya memutuskan kembali ke tempat Lik Sumi ditinggalkan. Lemah lunglai nafas kembang kempis mereka berjalan gontai, Mbah Karmo sesekali mengusap air mata yang masih sesekali menetes. Akhirnya mereka tiba di tempat Lik Sumi ditinggalkan. “Alhamdulillah, Sumi masih di sini Nduk.” Mbah Karmo mengucapkan syukur, sedangkan Pak Bardi mengurusi sepeda dan peralatannya. Sumi dalam hati jengkel, mangkel merasa keberadaannya tidak dihargai. Biar Ledhek juga dia cantik jadi seharusnya dijaga dengan baik, bukan malah ditinggal lari. “Mbaaah, kalian ini tega, lari tidak kasih aba-aba, di desa lomba lari 17 an saja pakai dihitungi, kenapa kalian tidak...!” “Maaf Lik Sum, maaf, namanya juga tidak sengaja, dan tadi spontan melihat hantu reflek berlari.” Sela pak Bardi menengahi. “Terus tadi sampeyan kan tidak diapa-apakan sama ha..han..tuuunyakan.” lanjut Pak Bardi agak takut takut.
“Lha itu hantunya masih di belakangnya sampeyan.” tunjuk Lik Sumi ke belakang Pak Bardi. Spontan menoleh dan benar wujud mengerikan sedang menyeringai ke arahnya. “Lhoo…ma..af mbah sa..yaa..tidak mengganggu simbah..” terbata-bata Pak Bardi berkata sambil menutupi mata dengan kedua tangannya. Mbah Karmo langsung memeluk Pak Bardi mulutnya komat kamit entah melafalkan doa apa. Terdengar tertawa terpingkal-pingkal dan suara aneh terdengar, “Apa ada hantu yang bantu menjaga sepeda, kendang dan siter sampai yang punya kembali.” Begitu mendengar, sontak Pak Bardi dan Mbah Karmo membuka matanya, dan melihat dengan penasaran hantu apa yang bisa membantu menjaga sepeda.
“Itu bukan hantu, itu namanya Kang Dimas, orang ganteng begini kok dikira hantu.”Lik Sumi bantu menjawab. “Apa iya to Lik, rambutnya gimbal, bajunya kotor jelek begitu namanya Dimas.” Pak Bardi tidak percaya. “Dikasih tahu ngeyel, dilihat baik-baik, Kang Dimas ini baru pulang ngemis dari kota, itu tuntutan trembesi makanya pakai baju jelek.” terang Lik Sumi Panjang kali lebar, sedangkan yang mendengarkan hanya garuk garuk telinga pertanda bingung.
“Sudah..sudah ,saya bukan hantu, nama saya Dimas, katanya tadi mau pergi tanggapan ke desa Kedungguwo kebetulan rumah saya juga di situ, kita jalan bersama. Sepedahnya yang satu rusak, rantainya patah, tidak bisa dibetulkan.” ternyata suara Dimas si pengemis misterius ini merdu juga, membikin ketiga orang di depannya terpesona, seperti bukan suara orang biasa apalagi pengemis. Kalau diperhatikan di balik rambul gimbal dan baju compang camping ternyata badannya yang tinggi besar dan berwibawa.
Mbah Karmo memboncengkan Lik Sumi, mengayuh sepedanya pelan. Sementara di belakang Dimas dan Pak Bardi menuntun sepeda, siter dan kendangnya. Melanjutkan ke desa Kedungguwo. Sementara Mbah Joyo yang sedang mengantarkan Lik Sumi palsu ternyata juga sudah hampir sampai di desa Kedungguwo. Mereka berhenti di depan gerbang desa. “Mbah capek tidak..?”tanya Sumi sambil mengelap keringat di keningnya, suaranya renyah membuat siapapun yang mendengar akan terpikat. “Mbah sudah biasa Lik, ayo terus saja sudah dekat, itu suara gamelannya sudah terdengar.” Ajak Mbah Joyo sambil berjalan, beliau merasa tidak enak kalau meninggalkan kantor pertanian terlalu lama, nanti takutnya didukani atau dimarahi oleh Pak Joko selaku kepala kantor.
Lik Sumi mengikuti, sambil mengerlingkan mata dari sudut bibirnya sebuah senyuman aneh tercipta. Wajah cantiknya dengan riasan seorang Ledhek atau penari tayup, membuat siapapun yang memandang akan terpukau. Wangi melathi yang memancar keluar dari tubuhnya bergerak seirama gemulai lambaian tangan sang penari.
Bersambung
Magetan, 12 September 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Al Fatihah....
Komentarnya kok alfatihah?
Innalillahi wainna ilaihi raaji'uun.Selamat jalan sahabat, doa kami menyertaimu.Allahumagfirlaha warhamha waafihi wafuanhaSemoga almarhumah, diterima iman dan islamnya diampuni segala dosanya dan ditempatkan di tempat yang mulia di sisiNyaSerta keluarga yang ditinggalkan dikaruniai ketabahan dan kesabaran. Aamiin Yaa Robbal'Aalamiin.
Innalillahi wainnailaihirajiun. Semoga husnul khatimah, Bu
Al Fatihah buat Sang Penulis
Alfatihah untuk beliau penulis cerpen ini
Innalilahi wa innailaihi rojiun.. semoga Husnul khatimah ... Penulis akan abadi dengan karyanya, walau sudah berpulang menghadap Sang Khalik. Al Fatihah buat Almarhumah Bu Ratna Indriasari
Semoga beliau mendapatkan tempat terindah
Ya Allah. Innalillahi semoga husnul.knotimah
Innalillahi wa innailaihi raji'un..
Waduh lik Sumi palsu wangi kembang melati...
Innalillaahi wa inna ilaihi rooji'uun. Semoga sang penulis husnul khotimah. Aamiin.
Innalilahi wa innailaihi rojiun. Semoga husnul khatimah.
Alfatihah untuk penulis. Semoga Husnul Khotimah
Semoga damai di surga. Keluarga yg ditinggal diberi kekuatan. Amin
Innalillahi wainnailaihi rujiun Kok baru tahu aku tadi sempat baca tulisan kok komentarnya gak nyambung
Innalillahi wainnailaihi rujiun Kok baru tahu aku tadi sempat baca tulisan kok komentarnya gak nyambung
Cerita Bu Ratna ini serem ya ...
Innaalillahi semoga husnul khotimah...aamiin...
Salamat jalan sahabat
Dan hari ini, sang pemilik cerita telah berpulang menghadap Sang Khalik. Semoga husnul khotimah....