Ratna Mizan

Adalah guru Bahasa Inggris sekaligus Kepala Perpustakaan di MAN Kota Blitar, Jawa Timur. Alumni Magister Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Negeri Malang tah...

Selengkapnya
Navigasi Web
TRADISI  PERAYAAN IDUL FITRI VERSUS PANDEMI

TRADISI PERAYAAN IDUL FITRI VERSUS PANDEMI

Hari raya Idul Fitri yang biasa kita kenal dengan istilah Lebaran sudah di depan mata. Keriuhan perayaannya selalu dinantikan oleh seluruh umat muslim setelah bulan Ramadhan. Tua muda, miskin kaya bahkan anak kecil sekalipun akan selalu menantikan perayaan lebaran. Ada hal yang berbeda untuk perayaan lebaran kali ini. Hal tersebut dikarenakan adanya beberapa protokoler dari pemerintah tentang pelaksanaan lebaran di tengah pandemi Covid 19 untuk tahun ini. Walaupun demikian, terdapat beberapa alasan yang membuat banyak warga negara Indonesia tidak mengindahkan protokoler-protokoler tersebut.

Beberapa alasan dikaitkan dengan budaya yang menjadi tradisi pada saat perayaan Idul Fitri atau lebaran tersebut. Keriuhan tradisi hari raya Idul fitri menjadi salah satu hal yang paling dirindukan. Pada momen ini seluruh keluarga berkumpul dan bersukacita. Secara umum, tradisi hari raya Idul fitri berbeda di tiap daerahnya. Namun ada beberapa tradisi di hari raya Idul Fitri yang dilakukan hampir di seluruh Nusantara. Kekayaan budaya nusantara menjadikan perayaan Idul Fitri sebagai saat yang tepat untuk menggabungkan beberapa tradisi yang unik dan menarik.

Beberapa tradisi yang membuat banyak warga negara Indonesia bersikukuh untuk tetap merayakannya adalah :

· Mengumandangkan takbir menjelang Idul Fitri. Pada malam lebaran, umat muslim di Indonesia biasanya tumpah ruah ke jalan atau masjid untuk mengumandangkan takbir yang biasanya diiringi tabuhan bedug yang khas. Pada masa pandemi ini, mengumandangkan takbir mungkin tetap akan ada. Akan tetapi kebersamaan dalam bentuk takbir keliling jelasnya belum tentu bisa.

· Tradisi hari raya Idul Fitri di Indonesia yang paling dikenal dan fenomenal pada saat ini adalah mudik. Tradisi ini begitu fenomenal dan terus dilakukan tiap tahunnya. Banyak warga negara Indonesia yang bersikukuh melakukannya di masa pandemi ini. Berbagai alasan pun dikemukakan agar para perantau tersebut tetap bisa kembali ke kampung halamannya. Mudik seringkali dikaitkan dengan kata 'udik' yang artinya kampung, desa atau dusun. Dalam istilah Jawa, mudik juga bisa diartikan sebagai singkatan dari ‘mulih dilik’ yang artinya adalah pulang sebentar.

· Acara halal bihalal adalah tradisi yang tak terpisahkan saat lebaran. Pada momen ini kerap juga dilakukan tradisi sungkem pada orang yang lebih tua sebagai kegiatan silaturahmi serta sebagai bentuk penghormatan dan permintaan maaf. Tradisi ini berasal dari budaya Jawa,yang menggambarkan bakti kasih dari anak kepada orangtua. Makna halal bihalal sebenarnya adalah kekusutan, kekeruhan atau kesalahan yang selama ini dilakukan dapat dihalalkan kembali atau melebur dan kembali sedia kala. Halal bihalal yang selalu penuh dengan kerumunan serta sungkeman yang melibatkan jabat tangan, jelas dianggap melanggar protokoler pandemi Covid 19.

· Ketupat lebaran yang merupakan masakan khas lebaran. Menghidangkannya biasanya di tengah kegiatan halal bihalal. Dalam istilah Jawa, ketupat diartikan dengan ngaku lepat alias mengaku kesalahan, bentuk segi empat dari ketupat mempunyai makna kiblat papat lima pancer yang berarti empat arah mata angin dan satu pusat yaitu arah jalan hidup manusia dimana pusatnya adalah Allah SWT. Warna putih ketupat ketika dibelah melambangkan kebersihan setelah bermaaf-maafan. Butiran beras yang dibungkus dalam janur merupakan simbol kebersamaan dan kemakmuran. Janur yang ada di ketupat berasal dari kata Jaa-a An-Nur bermakna telah datang cahaya. Anyaman pada ketupat diharapkan memberikan penguatan satu sama lain antara jasmani dan rohani. Ketupat biasanya juga disajikan bersama lauk atau makanan bersantan. Makna filosofis santan atau santen yang ada di masakan ketupat adalah pangapunten atau memohon maaf. Sehingga ketupat bisa menjadi simbol yang mencerminkan kebersihan dan kesucian hati setelah mohon ampun dari segala kesalahan. Bukan makanannya yang dilarang, akan tetapi ketupat seringkali dihidangakan untuk di makan bersama pada saat lebaran. Kebersamaan yang melibatkan beberapa keluarga inilah yang mungkin bisa menjadikan masalah terkait pandemi.

· Tunjangan Hari Raya atau THR secara umum adalah uang yang diberikan perusahaan kepada pekerjanya saat hari raya untuk memenuhi kebutuhan lebaran. Namun, tradisi ini juga berlaku dalam masyarakat secara umum dan dinantikan oleh anak-anak. Karena pada momen ini biasanya orang dewasa yang telah bekerja memberi 'salam tempel' pada anak-anak. Biasanya uang yang diberikan adalah uang kertas baru dengan nominal tertentu. Hal ini pula yang membuat aktivitas penukaran uang meningkat saat lebaran. Bentuk ‘salam tempel’ ini yang mungkin membuat kita harus lebih berhati-hati karena jelas melanggar physical distancing. Boleh beramal akan tetapi kita usahakan dengan cara yang aman.

· Di Indonesia, mengingat leluhur menjadi sebuah tradisi tersendiri. Saat Idul fitri, masyarakat berbondong menuju makam untuk memanjatkan doa bagi keluarga dan kerabat yang telah berpulang. Kerumunan masyarakat di makam biasa terjadi, dan mungkin perlu kita siasati untuk menghindari pelanggaran protokoler keamanan Covid 19.

Beberapa alasan tersebut di atas mungkin bukan penyebab bagi kita untuk tetap melaksanakan perayaan lebaran. Ada beberapa hal yang bisa kita laksanakan agar bisa berdamai dengan Covid 19 dan tidak melanggar protokoler pengamanannya. Berdamai dengan Covid 19 bukan berarti menyerah. Dengan melaksanakan pola pikir dan pola hidup yang sehat. Menghindari kerumunan, menggunakan masker serta rajin menjaga kebersihan setiap waktu merupakan beberapa cara kita berdamai dengan Covid 19. Menjaga kesehatan pola pikir juga merupakan salah satu cara menjaga stabilitas imunitas kita. Semakin sehat pikiran kita, maka semakin bagus tingkatan imunitas tubuh kita. Oleh karena itu, mari kita menjadi warga negara yang bijak dalam berpikir dan berbuat. Semangat sehat dan selamat lebaran. (*penulis adalah guru Bahasa Inggris di MAN Kota Blitar)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post