Ratna sarri dewi

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Cahaya Kehidupan (part 172)

Tagur hari ke 333

Pagi pun datang menjelang. Biasanya sebelum azan subuh Wiwi sudah memulai aktifitasnya. Namun tidak dengan pagi itu. Wiwi masih tebaring lemah di tempat tidurnya.

Dia tak menyangka kelalaiannya menjaga kesehatan selama ini membuat dirinya terbaring lemah tak berdaya.

Untuk shalat saja terpaksa di lakukannya dalam keadaan duduk. Karena ketika di bawa berdiri tubuhnya masih sempoyongan dan seakan mau roboh saja. Di tambah lagi kepalanya pun masih terasa pusing dan perutnya terasa tidak nyaman.

Selama itu Wiwi belum pernah mengalami sakit yang seperti itu. Biasanya kalau ada yang terasa sakit. Setelah minum obat warung sakit nya akan hilang. Dan Wiwi akan bisa beraktifitas kembali.

Sakit yang di rasakan Wiwi saat itu membuat tubuh Wiwi semakin lemah tak berdaya. Wajah nya semakin kelihatan pucat. Ibunya yang melihat keadaan Wiwi pagi itu sangat khawatir sekali.

Hari itu Wiwi terpaksa izin dari sekolah. Padahal selama ini dia belum pernah izin karena sakit. Biasanya kalau terasa sakit sedikit apabila sampai di sekolah sakit yang di rasakannya akan hilang dengan sendirinya.

Pagi itu, agar Wiwi bisa beristirahat dengan tenang. Ibunya pun menyuruh Wiwi untuk beristirahat di rumah mereka.

Wiwi saat itu masih belum mau makan sedikit pun. Karena setiap kali Wiwi memasukkan nasi kemulutnya. Dia pun akan langsung memuntahkannya kembali.

Jangankan untuk mengunyah nasi, melihat nasi di depannya saja perutnya sudah mual dan terasa ingin muntah. Di bawa bergerak untuk duduk pun rasanya juga ingin muntah.

Muntah yang di keluarkannya juga berupa air. Karena perutnya hanya di isi dengan air. Itu pun kalau terlalu banyak di isi. Wiwi pun akan memuntahkan air itu kembali. Sampai perutnya terasa bergulung-gulung karena tidak ada yang akan di muntahkannya lagi.

Keluarganya sangat khawatir sekali melihat kondisi Wiwi yang semakin parah. Sorenya mereka semua berkumpul di rumah termasuk ke empat anak Wiwi. Karena keadaan tubuh Wiwi yang lemah tak berdaya. Kendaraan untuk mengantarkan Wiwi berobat ke rumah bidan juga tidak ada. Akhirnya mereka menjemput bidan desa untuk datang kerumah mereka. Gunanya untuk memeriksa keadaan Wiwi.

Semua merasa sedih melihat kondisi Wiwi seperti itu. Apalagi anak-anaknya mereka sangat takut kehilangan ibunya.

Sambil menunggu bidan datang.

Bersambung

Salam literasi

Solok, 12 Juni 2021

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mksh Admin

12 Jun
Balas

Sakit apa Wiwi ya Bund. Keren ceritanya. Sukses selalu

12 Jun
Balas



search

New Post