Ratna sarri dewi

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Cahaya Kehidupan (part 183)

Tagur hari ke 345

Lama Wiwi merenungkan apa yang di sampaikan ibunya itu. Ibunya mengatakan itu kepada Wiwi karena ibunya sangat menyayangi Wiwi. Beliau merasa kasihan sekali melihat Wiwi yang bekerja tanpa kenal lelah. Pagi subuh Wiwi sudah memulai kegiatannya. Pulang sekolah pun begitu, hanya ketika tiba waktu shalat dia baru berhenti bekerja. Ada saja yang di kerjakannya.

Sampai tak ada waktu istirahat dan waktu libur baginya. Hari minggu pun Wiwi masih tetap bekerja di tempat saudaranya. Kadang menyetrika baju, kadang bekerja di toko kue.

Sebenarnya Wiwi sangat keberatan juga dengan usul ibunya. Untuk masalah warung yang telah di kontraknya itu. Tapi mengingat keadaannya saat itu. Karena kondisi Wiwi saat itu tak memungkinkan lagi untuk bekerja keras dan tidur larut malam.

Satu lagi yang jadi beban pikiran Wiwi, kontrakan itu sudah di bayarnya untuk jangka waktu 2 tahun. Dan uang untuk pembayar kontrakan itu dari uang tunjangan fungsional guru honorer yang di dapatnya tiap tahun. Yang sengaja Wiwi sisihkan untuk simpanannya. Saat itu uang simpanannya sudah terpakai semuanya. Gunanya untuk membayar kontrakan warung tersebut.

Kalau untuk membangun warung kecil di depan rumahnya nanti, tentu itu akan membutuhkan biaya. Dan dari mana biaya itu akan Wiwi dapatkan. Itulah yang membuat Wiwi termenung.

Ibunya yang memperhatikan Wiwi sedari tadi. Sangat mengerti sekali dengan jalan pikiran anaknya. Ibunya pun tahu apa yang ada dalam pikiran anaknya tersebut. Untuk tidak membuat pikiran Wiwi bertambah pusing.

Ibunya langsung berkata, " Kamu pasti memikirkan modal dan biaya untuk membangun warung itu nantinya."

" Ibu hanya kasihan melihat kamu dan ibu tak ingin melihat kamu jatuh sakit lagi," kata ibu melanjutkan pembicaraan mereka.

Wiwi paham sekali apa yang di sampaikan oleh ibunya.

Lalu Wiwi mencoba berterus terang pada ibunya. Bahwa dia tidak punya simpanan sepeser pun untuk biaya membangun warung kecil itu. Dia juga mengatakan uang simpanannya sudah habis untuk pembayar uang kontrakan warung tersebut.

Kalau mereka tak menempati dan tak berjualan lagi di warung tersebut. Dari mana Wiwi mendapatkan tambahan biaya untuk anak-anaknya ? Dan bagaimana dengan uang yang masih tertanam di warung tersebut ?

Hari pun semakin larut malam. Akhirnya mereka sepakat untuk beristirahat dulu. Dan mengingat Wiwi yang baru keluar dari rumah sakit.

" Sekarang kita tidur dulu. Mudah-mudahan besok kita menemukan jalan keluarnya," kata ibu Wiwi mengakhiri pembicaraan mereka malam itu.

Mereka pun langsung terlelap tidur mereka. Dan hanyut dalam mimpi mereka masing- masing.

Bersambung

Salam Literasi

Solok, 24 Juni 2021

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Semangat sukses Wi

24 Jun
Balas

Mksh bun...sukses sll utk bunda

27 Jun

Mksh admin

24 Jun
Balas



search

New Post