Ratna sarri dewi

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Cahaya Kehidupan ( part 202.Tagur 366)

Cahaya Kehidupan ( part 202.Tagur 366)

Tagur hari ke 366

Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, PBM untuk jam pertama pembelajaran hari itu telah berakhir. Lonceng untuk jam istirahat pertama sudah terdengar berbunyi. Semua murid di izinkan keluar meninggalkan ruang kelas. Karena sudah menahan rasa lapar dan haus mereka berlarian keluar kelas dan langsung menuju kantin sekolah.

Setelah semua muridnya keluar, Wiwi ikut keluar dari kelas tersebut. Karena dia juga ingin memanfaatkan jam istirahatnya. Wiwi segera berjalan menuju ruang kantor majelis guru.

Sebelum sampai di ruang kantor majelis guru, Wiwi di kagetkan dengan kehadiran Akbar yang muncul secara tiba-tiba. Wiwi terpaksa mengurungkan niatnya untuk masuk ruang kantor majelis guru. Dan mengajak Akbar masuk kembali ke ruang kelas 3.

Setelah mereka berada di dalam ruang kelas tiga. Wiwi mencoba menanyakan kepada Akbar. Apakah Akbar sudah datang menemui ayahnya. Sebelum pertanyaan Wiwi di jawab. Wiwi melihat ada raut kesedihan di wajah Akbar. Wiwi sudah bisa menebak apa yang terjadi. Dia pun tak mau lagi memaksakan Akbar untuk menceritakan apa yang terjadi. Wiwi mencoba menunggunya dengan sabar.

Tak lama menunggu, akhirnya Akbar mulai berbicara. Dia mengatakan dengan suara yang sedikit serak dan sepertinya air mata Akbar pun tampak ingin keluar saat itu. Akbar berusaha sekuat tenaganya agar air matanya tidak mengalir keluar. Saat itu terdengar oleh Wiwi, Akbar mengeluarkan nafasnya dengan kuat. Sepertinya,dia berusaha menahan gejolak amarah dan rasa kecewa dalam dirinya.

Setelah agak tenang barulah Akbar mengatakan, bahwa ayahnya sudah berangkat dengan truk sebelum dia datang. Keberangkatan ayahnya itu dia tahu dari neneknya. Neneknya lah yang mengatakan kepada Akbar. Bahwa ayahnya sudah berangkat dari tadi pagi.

" Nenek tahu ayah semalam datang ke rumah kita, bu. Dan nenek mengira semalam ayah sudah memberi kami uang," kata Akbar dengan suara semakin parau.

Akbar tetap berusaha untuk tidak menangis. Dan Akbar melanjutkan lagi perkataannya sewaktu bertemu dengan neneknya.

" Tadi Akbar sempat berterus terang pada nenek, Bu. Bahwa semalam ayah berjanji akan memberi mereka uang. Ayah menyuruh mereka untuk datang hari ini menemuinya, makanya Akbar datang ke sini."

Begitu kata Akbar pada Wiwi bahwa dia sudah memberitahukan pada neneknya tujuan dia datang.

" Nenek sempat marah pada ayah, setelah mendengar perkataan Akbar," kata Akbar lagi.

" Kata nenek, berarti ayah pembohong. Tadi sebelum ayah berangkat, nenek sempat bertanya padanya. Apakah sudah memberi kita uang. Jawab ayah " Sudah" pada nenek. Kata ayah pada nenek, semalam sudah menitipkan uang sama ibu, begitu kata nenek, bu," Akbar berkata pelan dan sedikit ketakutan juga. Takut ibunya marah padanya.

" Tapi tadi Akbar sempat membela ibu, Akbar mengatakan pada nenek, ketika ayah datang semalam, kami semua selalu berada dekat ayah dan ibu. Kami tidak melihat ayah menitipkan uang pada ibu. Malah di depan ibulah ayah berjanji akan memberi kami uang. Karena semalam itu ayah sempat lupa membawa uangnya. Dan menyuruh kami untuk datang ke sini menjemput uang yang di janjikan oleh ayah." Begitu kata Akbar pada nenek tadi bu.

Mendengar cerita anaknya, rasa kecewa Wiwi terhadap Angga semakin menjadi-jadi. Ternyata sampai saat itu sifat Angga belum juga berubah sama sekali. Angga tak pernah memikirkan sedikit pun bagaimana perasaan anaknya.

Coba saja kalau Angga berterus terang dari awal mengatakan tidak punya uang. Mungkin anaknya bisa mengerti dan tidak akan kecewa seperti ini.

Wiwi hanya terdiam dan belum bisa bicara sepatah pun saat itu pada Akbar. Hatinya ikut sedih dan hancur sekali melihat Akbar.

Akbar saja sudah kelihatan kecewa sekali saat itu. Apalagi dengan anaknya yang lain.

Tiba-tiba saja dalam keheningan itu, Akbar mengeluarkan sesuatu dari saku bajunya.

Bersambung

Salam literasi

Solok, 15 Juli 2021

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen cerpennya, Bunda. Salam literasi

15 Jul
Balas

mksh pak Dede

15 Jul

Lanjut bun, kuatkan hatimu Wi. Tolak Angga

15 Jul
Balas

Siap bun...mksh y bun.

15 Jul

Mksh admin

15 Jul
Balas



search

New Post