Cahaya Kehidupan(Part 241.Tagur411)
Tagur hari ke 411
Matahari di ufuk timur sudah mulai menampakkam wajahnya. Saat itu, Wiwi juga telah selesai mencuci semua pakaian kotor mereka.
Saat melihat sinar surya yang sudah mulai menerangi bumi. Wiwi berguman sendiri.
" Mudah-mudahan siang ini tidak turun hujan, Aamiin," katanya begitu berharap.
Namun saat itu Wiwi masih melihat. Sisa hujan semalam masih terlihat jelas di matanya. Dari pinggir atap rumahnya, masih terlihat turun tetesan air.
Dedaunan tumbuhan yang ada di sekitar rumah Wiwi pun tampak begitu segar. Karena tersiram oleh air hujan semalam.
Udara sekitar pun terasa sejuk sekali pagi itu.
Genangan air di tanah juga tampak di beberapa tempat.
Saat itu Wiwi juga melihat.
Rumput-rumput liar pun sudah mulai tumbuh subur di sekitar rumahnya. Yang akan jadi PR Wiwi setelah selesai diklat nanti.
Yang tinggal di rumah saat itu hanya dirinya dan adiknya Della. Dua kakak perempuannya yang sudah berkeluarga ikut suaminya. Jadi Wiwi dan Della lah yang bertugas membersihkan rumah sambil menjaga ibunya.
Ketika ayahnya masih ada di samping mereka. Ayahnya takkan pernah membiarkan rumput di sekitar rumahnya itu tumbuh subur.
Bayangan beberapa tahun yang lalu pun tiba-tiba terlintas kembali di ingatannya.
Sosok tegas ayahnya seakan sedang berada di tempatnya berdiri saat itu. Saat ayahnya masih ada, berbagai macam tanaman buah-buahan di tanam oleh ayahnya. Seperti pohon rambutan, mangga, jeruk, tebu, pepaya. Dan masih banyak tanaman lainnya.
Tanaman buah tersebut akan tumbuh subur dan berbuah lebat. Karena di tanam dan di rawat oleh ayah yang bertangan dingin.
Tapi di saat Wiwi melihat keadaan sekitarnya. Barulah Wiwi menyadarinya. Banyak tanaman yang di tanam ayahnya sudah tidak ada lagi. Yang tinggal hanya pohon rambutan dan pohon jambu bol yang masih setianya menemani mereka. Yang buahnya masih bisa di nikmati oleh anak cucu ayahnya.
Tiba-tiba.
Tak terasa setetes air mata bening mengalir membasahi pipinya. Saat mengenang masa-masa indah bersama ayah tercinta.
Wiwi mencoba menengadahkan kepalanya dan memejamkan matanya.
Bacaan surat alfatihah pun dengan suara lembut keluar dari mulutnya. Yang sengaja di ucapkan dan di peruntukkan untuk ayah dan adik bungsu laki-lakinya. Yang telah terlebih dahulu pergi meninggalkan mereka sekeluarga.
" Semoga ayah dan adik tenang di alam sana." Wiwi kembali berguman.
Wiwi telah selesai menjemur semua pakaian yang di cucinya. Dan segera melangkahkan kakinya meninggalkan tempat itu.
Bersambung
Salam literasi
Solok, 28 Agustus 2021
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Masih berlanjut cerita Wiwi bucan? Salam sukses dan semakin keren ceritanya
Mksh admin