Pejuang Rupiah 9
Tagur hari ke 440
Mira sudah tak sabar lagi menunggu kepulangan kakaknya. Senja pun sudah berganti dengan malam. Ibadah shalat isya juga sudah selesai di kerjakan oleh Mira.
Malam itu sudah dua surat yang di tulisnya. Satu untuk ayah dan ibunya. Satu lagi untuk kekasih hatinya.
Sesekali Mira membuka kain gorden penutup jendela kaca di kamar itu. Sekedar untuk melihat apakah kakaknya sudah pulang.
Jam di dinding sudah menunjukkan jam 9 malam. Tapi kakaknya belum juga menampakkan batang hidungnya.
Mira mulai mengawatir kakaknya.
Apakah kakak setiap hari lembur kerja seperti ini ? Mira mencoba bertanya pada dirinya sendiri.
Pergi pagi pulang sampai larut malam begini. Mira merasa kasihan sekali melihat keadaan kakaknya. Betapa berat perjuangannya di rantau selama ini seorang diri. Menanggung beban hidupnya sendiri. Jauh dari orangtua. Seandainya di timpa sakit tengah malam begini, tentu tidak akan ada yang tahu.
Mira semakin larut dalam lamunannya. Otaknya terus memikirkan tentang kakaknya.
Mira mencoba merebahkan tubuhnya di atas kasur lantai yang ada di kamar itu. Sambil matanya terus memandang ke langit-langit kamar. Hatinya gelisah dan terus memikirkan kakaknya.
Apa aku akan sanggup menghadapi kehidupan seperti kakakku ? Satu pertanyaan lagi keluar dari mulut Mira. Pertanyaan untuk dirinya sendiri.
Hati dan pikirannya mulai lelah memikirkannya. Sampai tak terasa perlahan-lahan matanya mulai terpejam.
Entah sudah berapa lama dia tertidur. Suara ketukan pintu dari luar kamar sampai tak terdengar olehnya.
Tok,tok bunyi pintu di ketuk dari luar.
"Mir ! Mira," Suara yang tak asing lagi olehnya terdengar memanggil namanya.
Mira segera bangkit dari tidurnya. Dan buru-buru membukakan pintu.
Kakak yang di tunggu-tunggu oleh Mira sudah pulang. Mira sangat senang sekali. Rasa kantuk yang masih dirasakannya tadi hilang sudah, saat melihat kakaknya datang.
"Assalamualaikum," kak Fuji mengucapkan salam.
"Wa'alaikum salam," Mira membalas salam kakaknya.
Mira langsung menarik dan menyalami tangan kakaknya.
"Maaf ya kak, Mira ketiduran." Mira langsung minta maaf karena terlambat membukakan pintu untuk kakaknya.
Malam itu, suara penghuni kontrakan mulai terdengar ramai. Ternyata penghuni kontrakan itu ikut lembur kerja semuanya.
Di antara mereka ada yang satu tempat kerja dengan kak Fuji. Cuma kak Santi yang beda tempat kerja dan saat itu giliran sif malam.
Kak Fuji memperkenalkan Mira dengan semua teman kontrakannya. Mira merasa senang sekali. Mereka semua begitu baik dan ramah. Mereka pun seperti sudah kenal lama saja.
Mira sempat memperhatikan mereka yang baru pulang kerja malam itu. Mereka seperti merasa tak ada beban sedikit pun. Begitu santainya mereka kelihatannya di mata Mira.
Tak merasa kelelahan sedikitpun. Padahal pulang kerja sudah larut malam.
Canda tawa mereka pun ikut menambah rasa damai di hati. Begitu yang di rasakan oleh Mira malam itu.
Bersambung
Salam literasi
Solok, 26 September 2021
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen cerpennya, Bunda. Salam literasi!
Keren cerpennya bu. Salam sukses
Mksh admin