Ratna sarri dewi

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Pejuang Rupiah 17

Pejuang Rupiah 17

Tagur ke 448

Waktu terus berjalan, tak terasa jam sudah hampir menunjukkan jam 9 malam. Mesin-mesin produksi sudah mulai di matikan. Pertanda jam lembur sudah habis. Akhirnya mereka semua di perbolehkan pulang.

Begitu juga dengan Mira, saat itu sudah di jemput oleh kakaknya. Mereka segera menuju ke halaman parkiran. Mencari jemputan masing-masing.

Sudah seharian Mira tak melihat sinar matahari. Saat pulang pun hanya cahaya rembulan yang tampak memancarkan sinarnya.

Dengan tubuh yang sedikit kelelahan mereka segera naik jemputan ke jurusan daerah tempat mereka tinggal. Dan langsung mencari tempat duduk.

Setelah dapat tempat duduk. Mereka segera merebahkan tubuhnya di sandaran kursi. Tak lama setelah jemputan berjalan, rasa kantuk mulai menyerang mata mereka. Tanpa menunggu perintah lagi mereka pun langsung tertidur.

Begitu juga dengan para penumpang yang sejurusan dengan mereka, ikut tertidur pula.

Bagaimana saat berangkat, begitu juga saat pulangnya. Mereka tak menyia-nyiakan waktu yang ada. Saatnya mereka tidur. Karena setelah sampai di rumah nanti, pekerjaan rumah juga sudah menunggu mereka.

Sepi sekali, tak ada suara yang terdengar selama di perjalanan pulang. Satu jam di perjalanan sudah cukup bagi mereka untuk sekedar melepaskan lelah.

Akhirnya jemputan memasuki daerah tempat mereka tinggal. Satu persatu karyawan mulai turun. Karena mereka sudah sampai di tempat tinggalnya.

Waktu sudah menunjukkan jam 10 malam. Mira dan kakaknya baru saja sampai di kontrakannya.

Itulah bedanya kampung dan kota.

Kalau di kampung jam 10 malam sudah mulai sepi. Orang-orang sudah memilih untuk tinggal di dalam rumah. Ada juga yang sudah beranjak tidur.

Beda dengan di kota besar. Suasana terlihat semakin ramai pada malam hari. Para pedagang kaki lima mulai berjualan di pinggir jalan raya. Berbagai macam dagangan mereka jual. Mulai dari berjualan makanan, jualan pakaian, tas, sepatu,dan berbagai macam mainan.

Membuat mata terbuka lebar, seakan mendapatkan hiburan gratis saat menyaksikannya. Capek-capek pulang kerja. Mira sudah di suguhkan cahaya lampu warna warni di sepanjang perjalanan.

Mira yang baru pertama kali menyaksikannya merasa heran dan kagum sekali melihatnya.

Maklumlah anak kampung yang pertama kali tinggal di kota.

Bersambung

Solok, 04 Oktober 2021

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ceritanya makin menarik Bu Ratna, Keren ...

04 Oct
Balas

Mksh pak

05 Oct

Mksh admin

04 Oct
Balas



search

New Post