Ratna sarri dewi

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Pejuang Rupiah 18

Pejuang Rupiah 18

Tagur ke 449

Akhirnya Mira dan kakaknya sampai juga di kontrakannya. Begitu juga dengan teman kontrakan lainnya, mereka juga baru datang. Ramai, itu suasana kotrakan mereka waktu itu. Letih, lelah pasti itu yang mereka rasa. Tapi mereka tak menampakkannya.

Hawa kota yang terasa begitu panas, di tambah tubuh yang terasa lengket karena keringat. Mereka memilih untuk segera membersihkan diri masing-masing. Ada yang memilih untuk mandi. Ada yang sengaja melap tubuhnya saja dengan kain basah. Dan langsung mengganti bajunya dengan baju tidur.

Setelah melaksanakan shalat isya mereka yang tertunda. Ada yang langsung memilih untuk beristirahat.

Bagi yang masih lapar. Karena tak sempat memasak mereka memilih untuk membeli makanan siap saji. Yang banyak di jual oleh para pedagang di dekat kontrakan mereka.

Mereka pun tak perlu repot-repot lagi untuk memasak. Apalagi bagi orang yang berduit dan yang punya kesibukan, mereka tinggal membeli makanan yang sudah di masak. Yang bermacam ragam banyaknya. Serta lezat cita rasanya.

Malam itu, bagi yang sudah lama bekerja. Mereka sangat senang sekali kalau ada jam lembur seperti itu. Dari sanalah mereka mendapatkan tambahan gaji. Lagi pula di kontrakan, mereka juga tidak ada kegiatan apa-apa. Mereka lebih memilih ikut lembur, kalau ada jam lembur.

Tinggal menghitung hari saja, mereka akan menerima gaji. Mereka terlihat begitu bahagianya.

Ada yang sibuk menghitung- hitung berapa kali mereka ikut lembur. Dan bisa memperkirakan sendiri jumlah gaji yang akan mereka terima. Ada juga yang mulai menghitung jumlah pengeluaran bulanan mereka. Mengecek apa saja kebutuhan bulanan yang akan mereka beli.

Begitu juga dengan kak Fuji, kak Fuji memiliki satu buah buku catatan untuk mencatat kebutuhan apa yang akan di beli tiap bulannya. Dan berapa sisa uang yang tinggal.

Beda dengan Mira yang baru satu hari bekerja. Sebelum tidur, setelah membersihkan dirinya. Mira langsung mengecek surat yang belum sempat di kirimnya.

Mira tidak tahu bagaimana cara mengirim suratnya. Karena sekarang Mira akan mulai sibuk bekerja. Dan takkan sempat mengantarkan suratnya ke kantor pos terdekat. Seperti yang Mira lakukan sewaktu masih di kampung.

Setelah di tanyakan pada kakaknya. Ternyata di pabrik tempat mereka bekerja ada kotak surat. Mira bisa menitipkan suratnya di sana. Untung kak Fuji punya stok matrai 3000. Mira tinggal menempelkan pada surat yang akan d kirimnya.

Enaknya tinggal di kota, semua serba ada dan mudah. Begitulah pemikiran Mira si anak kampung tersebut.

Bersambung

Solok, 05 Oktober 2021

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ditunggu lanjutannya Bun

05 Oct
Balas

Mksh admin

05 Oct
Balas



search

New Post