Pejuang Rupiah 4
Tagur hari ke 435
Akhirnya Mira tinggal sendirian di kamar kontrakan kakaknya. Kamar yang berukuran 3 X 3 meter. Kontrakan itu terdiri dari 4 kamar.
Salah satunya adalah kamar kakak Mira, terletak di deretan pertama setelah masuk pintu gerbang.
Ketika di tinggal sendiri di kamar itu. Bukannya beristirahat, Mira malah asyik merapikan barang bawaannya.
Semua barang dikeluarkannya dari dalam tas. Beberapa helai pakaian yang di bawanya di satukan dalam lemari yang ada di kamar itu. Baju kotornya selama di perjalanan di satukan dengan baju kotor kakaknya.
Semua serba di kamar itu kecuali kamar mandi. Kamar mandi terletak di luar kamar yang di pakai bersama oleh penghuni kontrakan itu.
Satu kompor kecil yang memakai bahan bakar minyak tanah. Satu periuk kecil dan satu kuali yang berukuran sedang. Serta peralatan lainnya. Sengaja di letak di bagian pojok kamar itu. Kamar itu merangkap sekalian untuk dapur.
Begitulah isi kontrakan anak rantau yang bekerja sebagai seorang karyawan pabrik.
Melihat ada kompor dan kuali. Mira berniat memanaskan kembali rendang yang di bawanya. Sebagai oleh-oleh dari kampung yang di masak oleh ibu untuk kakaknya. Sengaja di panaskan kembali agar rendang itu tahan lama.
Selesai memanaskan rendang tersebut. Perut Mira mulai terasa lapar. Mira langsung mengisi perutnya yang lapar. Makan nasi dengan rendang tersebut.
Saat makan, tak sengaja Mira melihat foto yang terpajang di dinding kamar itu. Foto kedua orangtuanya. Yang sengaja di bawa oleh kakaknya dulu. Sebagai perintang hati di kala rindu kepada ayah dan ibu melanda.
Di bawah foto itu terpajang ukiran nama anak dari kedua orangtuanya. Mulai dari nama si sulung sampai nama si bungsu. Di ukir dengan indahnya.
Orangtua Mira memiliki lima orang anak. Setelah nama si sulung tertulis nama Fuji Astuti di baris keduanya. Fuji Astuti adalah nama kakak Mira di mana Mira berada sekarang. Kak Fuji adalah kakak Mira yang nomor dua. Di bawah nama kak Fuji terukir nama Mira, "Mira Ramadhani". Di bawahnya lagi terukir nama kedua orang adik Mira.
Nama-nama itu dirangkai dalam satu ikatan yang kuat. Dan terpampang begitu indahnya di dinding itu.
Tanpa sengaja airmata Mira berjatuhan membasahi pipinya. Rasa rindu kepada kedua orangtuanya kembali melandanya.
Tak terbayangkan oleh Mira. Bagaimana cara kak Fuji menahan rasa rindu pada ayah dan ibu mereka. Yang sudah hampir bertahun- tahun lamanya.
Mira saja yang baru satu hari di rantau. Sudah merasa begitu rindu sekali kepada ayah dan ibunya.
Perlahan Mira mencoba menyusup airmatanya. Dan mencoba berusaha membenahi hatinya. Mira tak ingin larut dalam kesedihannya. Di tempat ini dia akan berjuang mengikuti jejak kakaknya
Ternyata nasi di dalam piringnya sudah habis.
Mira bangkit dari duduknya. Dan segera menyelesaikan semua pekerjaannya yang tertunda.
Bersambung
Salam literasi
Solok, 21 September 2021
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Cerpen keren
Mksh bun
Semangat Mira, bertahan dan berjuanglah
Mksh bun
Mksh admin