Pejuang Rupiah 7
Tagur hari ke 438
Sore merangkak begitu cepat. Jam di dinding sudah menunjuk jam 6 sore. Dari tadi kerja Mira hanya bolak-balik keluar masuk kamar kakaknya. Seperti orang bingung.
Dia juga tidak melihat tanda-tanda kakaknya akan pulang sore itu.
Mira ingat kembali cerita kak Santi. Kalau jam 5 belum pulang berarti kak Fuji hari ini ikut lembur. Dan pulang jam 9 malam nanti. Mira mulai merasa kesepian. Tak ada teman satu pun untuk diajak bicara. Dan mulai bingung mau mengerjakan apa.
Mira masuk kembali ke kamar kakaknya. Dan mengunci pintunya. Mira merebahkan tubuhnya di kasur lantai yang ada di kamar itu. Memandangi langit-langit kamar.
Saat itu Mira dapat merasakan bagaimana kakaknya menghadapi kehidupannya selama ini seorang diri. Hari-harinya selalu sibuk dengan pekerjaannya. Pergi pagi pulang malam. Tak terbayangkan bagaimana lelahnya kakaknya sepulang bekerja nanti. Kontrakan hanya tempat peristirahatan bagi kakaknya.
Baru sehari di rantau tanpa ada yang di kerjakan. Rasa bosan mulai menghinggapi hatinya.
Mira ingin punya kesibukan dan ingin segera melamar pekerjaan sesuai ijazah yang di milikinya. Untuk menghilangkan rasa bosan di hatinya. Dan berniat menyampaikan keinginannya itu kepada kakaknya malam nanti.
Saat asyik dalam kesendiriannya. Tak sengaja mata Mira tertuju pada foto yang terpampang di dinding kamar. Foto ayah dan ibunya. Mira baru menyadarinya, dia belum sempat mengabari ayah dan ibunya. Mengabarkan bahwa dia sudah sampai dengan selamat.
Rasa rindu terhadap ayah dan ibunya kembali melandanya. Mira segera bangkit. Dan mengambil tas sekolah yang sengaja di bawanya. Tas itu berisi berbagai macam benda kepunyaan Mira. Ada beberapa buah buku tulis kosong, beberapa buah bulpen yang akan di pergunakan untuk menulis surat nantinya.
Ada sebuah buku diary kecil yang di gunakan oleh Mira sebagai tempat mencurahkan isi hatinya selama ini. Apa yang di rasakannya langsung di tulis dalam buku diarynya. Segalanya, rasa sedih, rasa bahagia, rasa galau, cemburu dan ketika merasakan sakit. Semua di tulisnya dalam buku diarynya itu. Seperti senja itu, Mira tak lupa menuliskan apa yang di rasanya.
Sebuah Recorder merk Yamaha dan satu album foto yang penuh berisi foto kenangan Mira semasa sekolah. Di simpannya dalam tas tersebut.
Semua benda tersebut sangat berharga sekali bagi Mira. Yang akan selalu menemani nya.
Sebagai temannya di kala sendiri seperti saat itu. Sebagai penghiburnya di saat sedih. Sebagai obat di saat sakit di rasakan.
Setelah melihat semua benda tersebut. Semangatnya bangkit kembali. Pikirannya mulai jernih. Tak ada rasa sepi lagi di hatinya.
Mira menyimpan kembali semua benda kesayangannya. Kecuali bulpen dan buku tulis.
Senja mulai datang, suara azan magrib yang begitu merdu mulai terdengar. Mengajak seluruh umat yang beriman untuk segera menunaikan kewajibannya.
Mira keluar dari kamar, melangkahkan kakinya ke kamar mandi. Berwudhu dan segera menunaikan shalat magrib. Usai shalat do'a pun di panjatkannya.
Malam itu sehabis shalat. Mira ingin menulis surat untuk di kirimkannya kepada ayah dan ibunya.
Mira ingin menumpahkan semua rasa rindu yang di pendamnya.
Bersambung
Salam literasi
Solok, 23 September 2021
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mksh admin