Ekspektasi yang Gagal
Cuaca dingin pagi ini, sedikit menusuk ketulang. Beberapa siswa tampak memakai jaket atau sweeter memasuki pekarangan sekolah dan kemudian membukanya di kelas untuk bergabung dalam acara muhadarah dengan teman - temannya yang berkumpul di depan kantor majelis guru.
Muhadarah kali ini dilaksanakan oleh kelas sembilan - empat. Muhadarah berjalan lancar namun ibu Deka, sebagai wali kelasnya sedikit kecewa karena pembawa pidato tidak mengambil judul keagamaan seperti yang diharapkannya.
" Tidak apa - apa, namanya juga anak - anak" hibur Bu Ando, guru bahasa Indonesia, yang merasa senang melihat ada yang punya bakat pidato di kelas itu.
Selesai muhadarah, siswa segera menuju ke kelas masing - masing untuk mengikuti jam pelajaran berikutnya.
Aku mengambil map merah yang berisikan perangkat mengajar dan tas kecil tempat alat tulisku dan berjalan perlahan menuju kelas sembilan - satu, beberapa siswi berkumpul dan berbisik - bisik di depan pintu kelas mereka dan kemudian bubar ketika melihat aku memperhatikan mereka.
Instingku berkata, ada sesuatu yang mereka rencanakan.
Setelah menerangkan materi terakhir KD 9.10, kegitan selanjutnya adalah menjawab pertanyaan terkait materi. Untuk menjawabnya, disedikan waktu beberapa menit dan kemudian membahasnya bersama.
Ada yang ganjil kurasakan di kelas ini, biasanya nilai yang mereka peroleh sedikit saja lewat dari KKM bahkan tak bisa mencapai KKM, tetapi kali ini nilai beberapa diantara mereka melebihi siswa pintar di kelas ini seperti Ranti dan Ryan.
Dengan senyum simpul aku menanggapi fenomena ini, bahwa ada yang mencari jawaban kekelas lain dan berharap mendapatkan nilai tinggi.
" Ibu telah tahu apa yang terjadi di kelas ini, seandainya ada nilai yang tidak seharusnya milik ananda, ibu hanya memberi sedikit saja nilai di atas KKM, ibu tahu ada beberapa siswi disini yang bermimpi memiliki nilai tinggi, tetapi ananda tidak tahu bahwa ibu telah mengenal ananda melebihi ananda mengenal diri ananda sendiri, ananda tahu, sebenarnya ibu tak perlu mengadakan postes, nilai ananda itu telah ibu lihat di kening ananda masing - masing" terangku santai.
" Kejujuran yang utama. Korupsi itu berasal dari sini, dari sekolah, jika ananda tidak bisa meninggalkan kebiasan mencontek maka jangan harap dia akan putus bahkan akan tumbuh semakin berkembang, buanglah sifat itu karena itu benar - benar tidak baik" pesanku
Seorang siswa tertawa ngakak dan berteiak senang " nggak jadi dapat nilai tinggi, ekspetasi yang gagal" gelaknya terpingkal - pingkal dan sebagian siswa yang lainpun tak bisa menahan tawa.
Aku keluar dari kelas itu dengan santai setelah mengucapkan salam namun seorang siswi menyalamiku dan minta maaf disusul beberapa siswi lainnya.
" Jangan ulangi lagi ya Nak" pesanku
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar