Melinda, Penyesalan
Part 17
Malam semakin larut, suara jengkrik berdendang mengisi keheningan malam di desa tempat Melinda tinggal.
Tak sepicing pun matanya mau terpejam, teringat selalu baginya keputusan akhir yang diambilnya untuk berpisah dengan Ridho.
Tak ada jalan lain yang bisa ditempuh setelah Ridho mengetahui dirinya telah mempunyai anak sebelum menikah dengannya, itulah sebabnya Ridho mencoba untuk mempoligami dirinya dengan Siska.
Melinda merasa telah bersalah selama ini telah menyimpan rahasia itu sendiri dan akhirnya Ridho mengetahuinya dari Fina istri bang Khairul, iparnya yang merasa cemburu akan ke suksesan Melinda menjalani hidup. Selalu hidup senang dan selalu juga disyang Ridho padahal Melinda telah membohonginya bertahun - tahun.
Alangkah lebih baik, dulu waktu mau menikah, Dia berterus terang.
"Ini hukuman untuknya", begitu Melinda membathin sendiri, sambil memandangi kedua putrinya yang tertidur lelap.
Tidak seharusnya kedua putrinya ini pun mendapatkan hal yang sama dengannya.
Harusnya mereka hidup bahagia bersama kedua orang tuanya, namun Allah ternyata berkehendak lain, ayah mereka tega meninggalkannya, disaat segala sesuatu tidak lagi berpihak dengannya.
" Mereka tidak tahu apa - apa, mama akan berusaha membesarkan kalian sendiri, mama akan kuat" ujar Melinda sambil memghapus air mata yang jatuh ke pipi Shenna.
Bayi kecil itu terbangun dan ikut menghapus air mata Melinda.
" Mama menangis ?" Tanya Chilla yang juga ikut terbangun karena mendengar isakan tangis Melinda.
" Enggak, mata mama kelilipan, ayo bobok lagi, hari masih malam" jawab Melinda dan memeluk kedua orang anaknya yang malang
Sekarang Melinda jadi single parent buat kedua putrinya.
Tak ada usaha, tak punya keahlian, dan kini harus berfikir keras bagaimana cara mencari sesuap nasi.
Ridho tak bisa diharapkan, dia tidak punya uang, tak juga punya penghasilan. Siska hanya menjadikannya supir pribadi karena tidak ada kepercayaan pada Ridho sepersenpun, takut nanti Ridho kembali ke anak dan istri pertama, juga takut Ridho terjerat lagi narkoba dan kembali menumpuk hutang
Melinda kini berkerja serabutan, mulai dari pelayan salon milik temannya, sampai jadi pelayan di loundry milik kak Wati.
Uangpun tak lagi sebanyak waktu dia bersama Ridho, bahkan tak cukup untuk memenuhi kebutuhan harian.
Untungnya, dulu Ridho sempat membelikannya sebuah rumah, hingga tak perlu membayar uang kontrak rumah juga.
Penyesalanpun menyergap hati Melinda, mengapa dia tak melanjutkan kuliahnya, mengapa tidak memilih jurusan keahlian?.
Penyesalan selalu datang belakangan.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar