Seperti yang kita ketahui, ojek adalah salah satu transfortasi umum di Indonesia berupa sepeda motor atau sepeda yang disewakan dengan cara memboncengkan penumpang. Penumpang biasanya satu orang namun kadang bisa berdua. Dengan harga yang ditentukan dengan tawar menawar dengan sopirnya dahulu setelah itu sang sopir akan mengantar ke tujuan yang diinginkan penumpangnya.

Namun berbanding terbalik dengan pengertian dari ojek pribadi, transfortasi khusus hanya untuk diriku dengan tidak ada harga disana karena yang menjadi supirnya hanyalah suamiku sendiri yang bersedia mengantarkanku kemana saja tujuan yang aku inginkan.

Akan banyak pertanyaan mengapa tidak aku saja yang membawa motor? Apakah aku tak pandai mengendarai motor? Bukankah dia bekerja dan juga punya perkerjaan lain yang harus dia selesaikan? Mengapa harus menyusahkan suami? Dan banyak lagi pertanyaan muncul.

Baiklah akan aku coba memberi keterangan dari beberapa kenyataan

Pertama, Aku adalah gadis yang bebas dan cukup di beri fasilitas oleh orang tua ketika sebelum menikah, aku punya motor untuk kemana saja aktifitasku, sementara pada zamanku, jarang orang punya motor kecuali dibeli dengan kontan, belum ada sistim nyicil atau kredit waktu itu, hanya orang kaya yang mempunyai motor, dan ayahku adalah seorang pensiunan tentara dan petani sawit yang cukup berada, Jadi tidak ada alasan bagiku untuk tidak pandai memakai motor karena dari gadis aku telah memakainya

Kedua, Kami mempunyai beberapa motor di rumah walau tidak baru tapi masih sehat dan kuat. Motor anak sulungku, motor suami bahkan ada motor pertama yang kubeli dari hasil cicilan gaji pertamaku jadi PNS

Ketiga, suamiku mempunyai pekerjaan yang tetap, walaupun hanya sebagai orang ketiga di perusahaan PLN, jadi dia cukup sibuk dalam pekerjaannya. Kadang dikantornya teman atau atasannya pun memberi jalan keluar untuk dia tidak bersibuk - sibuk mengantar jemput anak dan istrinya, tapi dia merasa bertanggung jawab untuk itu.

Ke empat, suamiku merasa senang dan ada kebahagiaan tersendiri baginya mempunyai kesempatan mengantar jemput anak dan istri disela - sela kesibukannya. Kantornya dan tempat ku mengajar cuma menghabiskan waktu 15 menit perjalanan. Aku telah berulang kali minta untuk tidak diantar jemput, bahkan aku bisa menumpang dengan teman yang rumahnya searah denganku, tapi dengan memelas dia meminta padaku agar aku jangan sungkan mengenai hal itu karena disitulah letak kebahagiaannya. Nah, apa yang kamu lakukan bila jadi aku?

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا ادْخُلِى الْجَنَّةَ مِنْ أَىِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ

“Jika seorang wanita selalu menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan), serta betul-betul menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina) dan benar-benar taat pada suaminya, maka dikatakan pada wanita yang memiliki sifat mulia ini, “Masuklah dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau suka.” (HR. Ahmad 1: 191 dan Ibnu Hibban 9: 471. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Semoga Allah selalu memberinya kesehatan jasmani dan rohani, sehingga dia selalu juga bisa mengantar jemput anak dan istrinya sebagai tukang ojek pribadi yang bahagia, Aamiin