Hindari HOTS
Memiliki keturunan langsung atau tidak langsung merupakan anugerah istimewa bagi orang tua yang diamanahi sang Khalik. Pasangan yang ikhlas menerima ketentuan yang maha Kuasa ini harus saling mendukung membesarkan si buah hati dengan menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif, memberikan kasih sayang, memberdayakan tumbuh kembang lahiriah batiniah seoptimal mungkin sehingga sang anak kelak menjadi paripurna.
Tak ayal lagi usaha demi usaha sejak mulai dalam kandungan si buah hati diberikan stimulus secara biologis, spiritual, literal. Sampai si mungil dilahirkan, besar harapan dalam keadaaan normal, sehat nan lucu menggemaskan. Perfecto pada masa awal kelahiran adalah awal mimpi setiap pasangan. Dilanjutkan dengan masa kanak-kanak dimana orang tua mulai mengidentifikasi kemampuan, kekurangan, kelebihan sang anak. Memberikan contoh model kehidupan dan stimulus literasi sejak kecil dengan asupan giji yang baik pula. Sang anak tumbuh kembang dengan sempurna, mampu bersosialisasi berinteraksi, merespon dunia sekitarnya dengan bimbingan akhlakul karimah orang tua dan keluarga tentunya.
Akan tetapi dalam perjalannya sebagai orang tua yang mengenal ketrampilan berpikir tingkat tinggi HOTS (Higher Order Thinking Skill) dalam dunia pendidikan yang bergema saat ini, beberapa kata kerja operasional dalam dunia parenting harus dihindari. Menurut Elly Risman, psikolog ahli parenting & pendidikan anak, ketrampilan gaya bicara orang tua yang menjadi kesalahan dalam masa tumbuh kembang anak, diantaranya yaitu ‘membandingkan’ dan ‘menganalisa’.
Orang tua sering membandingkan anaknya dengan anak lain dengan maksud memotivasi tetapi karena kesalahan dalam mengungkapkannya kepada sang anak, akhirnya menjadikan anak justru merasa tertekan, tak disayang dan rendah diri.
Orang tua sering mengungkapkan kalimat yang mengandung analisa seperti ”Coba kalau kamu belajar dengan giat pastinya kamu tidak akan diremedi.” Maksud hati supaya anak mengintrospeksi diri belajar dari kesalahannya malah menjadikannya merasa bersalah dan tersudutkan. Demotivasi yang didapatkan.
Mengedukasi anak dengan menggunakan ketrampilan berbicara yang baik dan benar memanglah tidak mudah. Emosi jiwa dan keadaan kondisi orang tua sangat menentukan. Rumput tetangga yang lebih indah, jangan dijadikan pendorong orang tua untuk mengungkapan kalimat perbandingan dan analisa yang menjadikan hantaran ‘Red Carpet’ masa depan anak tergulung tak berdaya tuk dibentangkan kembali.
#selfreminder
#introspeksidiri
#perbaikidiri
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Luar biasa. Keren banget
Keren abiz
Cantik dan keren!
Nunggu tulisan bu ratna yg lainnya dong.. kita libur nulisnya kelamaan ya...
Menghargai kecerdasan unik yang dimiliki setiap anak dan menerima kelemahan pada sisi tertentu. Membimbingnya agar dapat menngembangkan sebaik mungkin potensi (sesuai fitrahnya) yang ada. Mudah diucapkan, kadang sulit diterapkan.
Mantab. Salam literasi.
Terimakasih ilmunya bu..
Iya betul. Unpad Jerman. Klu bpk dr unpad sastra jugakah?
Cakep,bener banget itu yang kualami, bapaknya yg sering begitu, ku tak mampu berkata kata dihadapan dua duanya,bagai buah simalakama yg bpknya nanti mengira menjatuhkannya di depan anak,yg anaknya mengira ibunya membelanya,
Parenting yg keren, aku suka...mantapp
Dan itu yang selama ini sya lakukan. N ternyata ini salah. Niat supaya anak termotivasi, malah demotivasi. Keren..terima kasih krena tulisan ini memberikan pencerahan..
Bu Ratna dulu sastra unpad Bandung bukan?
Ya betul