Ratri Kusumastuti

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Percakapan yang Dirindukan
Interaksi yang disekat pandemi

Percakapan yang Dirindukan

“Hari ini kita ulangan Bahasa Indonesia, silakan anak-anak persiapkan kertas selembar untuk menuliskan jawaban dari soal yang saya tampilkan di depan”. Begitu ucapan seorang Guru Bahasa Indonesia. Ucapan itu ditujukan kepada murid-murinya di ruang kelas saat hendak melaksanakan ulangan Bahasa Indonesa. Semua murid lalu bergegas mengambil buku tulis di dalam tasnya dan segera mengambil selembar kertas dari bukunya tersebut. Setelah itu suasana kelas menjadi lengang karena murid-murid mulai mengerjakan soal-soal ulangan yang ditampilkan di depan.

Setelah ulangan selesai satu persatu murid-murid mengumpulkannya ke depan. Sesekali disela langkahnya berjalan ia barengi dengan gurauan bersama teman. Asyik sekali mereka berbincang hingga kadang tidak sadar bahwa waktu belajar telah usai. Percakaan mereka pun terkadang masih berlanjut hingga ke luar gerbang sekolah, sambil menanti orang tua atau angkot tumpangan mereka menjemput.

Percakapan-percakapan, suasana berisik, gaduh, gemuruh suara siswa kini sudah tak lagi ada. Gedung-gedung sekolah memang masih berdiri dengan megah, tetapi mereka bak jiwa-jiwa yang kosong karena kehilangan penghuninya. Andaikan mereka manusia, mungkin saja mereka telah meronta berteriak memanggil penghuninya, agar kembali dan memecah suasana sepi yang menyelimuti mereka saat ini. Lagi-lagi mereka hanya sebatas gedung yang bisu. Gedung yang hanya berdiri tegak tanpa pernah menyuarakan apapun. Sekadar benda mati yang hanya mampu menerima apapun yang dihadirkan untuk mereka. Mereka tak bernyawa dan tak mampu berbuat apa-apa. Sebatas menginginkan kembali percakapan antar penghuninya saja mereka tak mampu.

Percakapan-percakapan yang mengasyikkan antar siswa, suara guru yang tengah menularkan ilmu, kegiatan belajar mengajar yang dulu terjadi setiap hari, kini setiap hari tak pernah ditemui lagi. Kini gedung-gedung sekolah memang hanya jadi bangunan yang kokoh berdiri namun tanpa isi. Karena kegiatan belajar antar murid dengan guru sudah tak terjadi lagi disana. Tetapi belajar tak terbatas di dalam gedung-gedung megah. Meski gedung telah berpindah. Meski belajar dilakukan dari rumah tetapi semangat yang besar untuk belajar tetap berkobar. Percakapan berganti dari ruang yang dulu dilakukan langsung tatap muka di dalam kelas, kini berpindah dilakukan di kelas virtual.

Ya, memang pandemi tengah menjadi musibah bagi negeri. Mengharuskan jarak bagi insan-insan yang tinggal di bumi. Menyebabkan belajar yang awalnya leluasa dilakukan bersama menjadi dilakukan sendiri-sendiri dan harus di rumah saja. Semoga pembelajaran jarak jauh saat ini sedikit mengobati rindu akan percakapan. Bincang hangat antar teman yang tak pernah bertemu. Yang dulu sangat akrab di kelas menjadi tersekat karena tak pernah bertatatap. Semoga percakapan-percakapan indah di sekolah dapat terus dilakukan meski harus dilakukan secara virtual.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen ulasannya, Bunda. Salam literasi

12 Feb
Balas

Terima kasih Bapak, saya masih belajar dan masih newbee dalam menulis

12 Feb
Balas



search

New Post