Refnil Yetti

nama saya Refnil yetti yang lahir 3 Maret 1972 anak ketiga dari 5 bersaudara dari pasangan Pak Syarkawi dan ibu Nurhida (almh) saya memiliki kakak laki dan pere...

Selengkapnya
Navigasi Web

kasih guru

GURU, KASIHMU TAK BERBILANG Guru …. Kata yang dulu adalah dengan terpaksa untuk aku cintai, namun inilah pilhan yang tepat untuk ku dan telah mengantarkan ku seperti saat ini. Pada saat aku menamatkan Sekolah Menengah Atas (SMA), kata Almrhum papaku “kalau mau kuliah masuklah IKIP, karena perempuan itu bagusnya jadi guru,disamping dapat mendidik dan berbagi ilmu dengan orang lain, tentu memiliki ilmu untuk mendidik anak sendiri. Waktu itu motivasi dari papa sebetulnya tdak pernah ada dalam pikiranku, namun pada akhirnya aku adalah salah satu mahasiswa IKIP, yah tentunya calon guru dan sekarang telah menjadi guru.

Guru adalah orang yang selalu digugu dan ditiru, orang yang selalu dapat memotivasi orang lain, dapat menjadi fasilitator kemajuan oranglain. Menjadi guru harus dari hati, karena tugas dan fungsi guru sangat lah komplek, seorang guru harus dapat membuat orang yang tidak tahu menjadi tahu, orang yang tak mau belajar harus dimotivasi untuk semangat belajar, orang yang nakal harus dikasih tau bahwa kenakalannnya hanya akan membawa dia pada kegagalan dan banyak lagi tugas guru.

Sewaktu tahun-tahun pertama menjadi guru, terasa sangat berat sekali, namun ketika ingat dengan kejadian yang pernah kualami di masa SMA dulu akhirnya semua yang terasa berat dapat teratasi. Bagaimana tidak mungkin apa yang kualami belum seberapa dengan apa yang dirasakan oleh guruku semasa SMA dulu namun ibu guruku tersebut tak pernah marah, tak pernah dendam, dan selalu ada senyum ketika bertemu kami yang mungkin pernah berbuat usil kepadanya.

Kejadian itu takkan pernah terlupakan, siang itu pada jam terakhir kelas kami belajar mata pelajaran PSPB ( Pendidikan Sejara Perjuangan Bangsa) sekarang mapel ini sudah dilebur kedalam mapel PKN dan IPS. Mungkin karena masih berada dalam masa pubertas atau masa mencari jati diri, jadi tingkah apa saja yang dilakukan sepertinya nggak melhat orang lain apa itu guru atau teman, apakah akan membuat orang tersinggung atau tak nyaman dengan apa yang dilakukan. Aku sangat tahu ibu yang mengajar mapel PSPB ini sangat lembut dan pintar, serta sangat paham dengan muridnya, namun entah setan apa ada siang itu mengajak kami untuk tidak mengikuti pelajaran dengan baik, aku bersama teman akrabku berkirim-kirim surat selama pelajaran berlangsung, kami merasa materi yang dijelaskan ibu itu sudah kami pahami, sehingga kami tidak lagi memperhatikan guru menjelaskan materi pada siang itu. Walaupun kami tidak memperhatikan ibu, tidak serius mendengarkan ibu, namun ibu guru nggak memarahi kami, dia hanya meminta kami untuk serius, namun sepertinya kami tak menghiraukan ibu. Sampai jam pelajaran habis kami tetap dengan aktifitas berkirim surat sambil belajar dan terkadang tersenyum sambil membaca surat lucu dari kawan. Ibu memberikan tugas, dan kamipun mengerjakan dengan benar, tapi diselingi dengan aktifitas berbalasan surat.

Tugas yang diberikan ibu langsung dibahas, Alhamdulillah kami bisa mengerjakan, namun buku tugas yang kami kumpulkan ditahan oleh ibu, sebelum kami menghadap ibu, padahal teman-teman yang lain sudah diperbolehkan pulang setelah bel tanda belajar berakhi berbunyi.

Aku dan teman pasangan berkirim surat sesame perempuan dbawa ibu kekantor kepala sekolah, beliau pada hari itu ada tugas luar . didalam ruangan itu mulai menyampaikan kekecewaan kepada kami,karena selama ini kami sudah dijagokan dalam mata pelajarannya, namun beliau tak menyangka kami akan melakukan hal yang baru kami lakukan ketika jam pelajaran ibu berlangsung. Ibu menangis kami langsung menangis bertiga kami berdua meminta maaf sama ibu, dan berjanji takkan mengulanginya lagi.

Setelah menjadi guru banyak hal pelajaran yang dapat dipetik dari kejadian yang pernah kulakukan itu: (1). Ibu tidak mempermalukan kami dihadapan teman-teman, (2) ibu sangat pintar menyimpan emosinya, (3) ibu tak dendam kepada kami, karena esoknya ibu sudah tak mempermasalahakan lagi kejadian itu. (4) ibu sangat menyayangi kami dan sepertinya tak ada guru lain yang tau kejadian itu. (5)ketika pembagian rapor nilai kami masih diberikan maksimal sesuai kemampuan kami dalam mengerjakan ulangan.

Bu maafkan kami, banyak pelajaran darimu, memang sayangmu tak terbilang. Semoga aku juga dapat menjadi guru yang berhati mulia sepertimu.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post