RENATA HARDRIANI

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NIAI NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN

1. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Pratap Triloka adalah semboyan yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara. Pratap Triloka tersebut adalah Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Semboyan tersebut memiliki arti yaitu di depan memberi teladan, di tengah memberi motivasi, di belakang dukungan/dorongan. Sebagai seorang pemimpin pembelajar, kita akan dihadapkan dengan permasalahan dilema etika. Maka dengan berpedoman pada pratap triloka, guru dapat mengambil keputusan yang berdasarkan pada berpihak pada murid. Keputusan yang diambil haruslah dapat menuntun, memotivasi dan mendukung murid untuk tumbuh sesuai kodratnya agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya sebagai manusia maupun anggota masyarakat.

2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Nilai yang tertanam dalam diri guru khususnya guru penggerak adalah nilai berpihak pada murid, mandiri, kolabotarif, reflektif, dan inovatif harus menjadi dasar dalam pengambilan keputusan. Nilai – nilai tersebut akan berpengaruh pada kecenderungan prinsip pengambilan keputusan yang akan kita ambil, apakah berbasis pada hasil akhir, berbasis pada peraturan atau berbasis pada rasa peduli. Nilai

–nilai dalam diri kita akan senantiasa mempengaruhi dalam menentukan prinsip mana yang kita ambil dalam pengambilan keputusan.

3. Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan “coaching” yang diberikan oleh fasilitator ataupun pendamping sangat bermanfaat. Saya mendapatkan bekal ilmu terutama dalam menerapkan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Melalui proses coaching dengan menggunakan alur TIRTA serta mampu menerapkan kompetensi inti dalam coaching ( kehadiran penuh (presence), mendengarkan aktif dan mengajukan pertanyaan berbobot), saya dapat menerapkannya dalam kegiatan pengujian dan pengambilan keputusan agar pengambilan keputusan tepat. Dengan ketrampilan coaching, saya dapat menjadi coach bagi diri saya sendiri dengan mengajukan pertanyaan –pertanyaan yang mampu memprediksi hasil dan melihat berbagai pilihan solusi sehingga dapat mengambil keputusan dengan baik dan tepat. Selain itu, pengambilan keputusan juga harus dilakukan dengan kesadaran penuh ( mindfullness).

4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan dalam masalah dilema etika. Pengambilan keputusan kasus dilema etika oleh guru yang memiliki ketrampilan sosial emosional yang bagus (menguasai KSE) diantaranya kompetensi kesadaran diri (self awarness), manajemen diri (self management), kesadaran sosial (social awareness), keterampilan berhubungan sosial ( relationship skills), akan mendorong guru tersebut mampu mengambil keputusan yang bertanggung jawab (responsible decision making), peduli dan konstruktif . Sekali lagi, pegambilan keputusan dalam kasus dilema etika juga harus dalam keadaan kesadaran penuh (mindfullness).

5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Langkah awal dalam pembahasan studi kasus apakah kasus tersebut termasuk masalah moral (bujukan moral) ataukah masalah etika (dilema etika) adalah dengan mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan yaitu dengan mengidentifikasi masalah yang sedang dihadapi. Apakah ada unsur pelanggaran hukum di dalamnya ?jika iya, maka masalah tersebut termasuk masalah bujukan moral. Dalam masalah bujukan moral, guru harus membuat keputusan antara benar atau salah. Jika didalamnya tidak ada aspek pelanggaran hukum, kedua pilihan adalah benar (benar lawan benar) maka masalah yang dihadapi adalah dilema etika. Ketika dalam menghadapi masalah dilema etika, ada nilai kebajikan yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup. Tentukan paradigma, prinsip, lakukan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan. Secara keseluruhan, langkah pengambilan keputusan ini akan kembali pada nilai yang dianut guru.

6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Guru sebagai pemimpin pembelajaran berperan penting dalam terciptanya lingkungan sekolah yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Dalam mengambil keputusan tetap akan diikuti konsekuensi dibelakangnya, maka guru harus mampu mengambil keputusan dengan dasar rasa tanggung jawab, dengan menjunjung tinggi nilai –nilai kebajikan universal serta selalu berpihak pada murid. Keputusan yang diambil merupakan keputusan yang tepat yang mampu menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman untuk semua warganya. Maka perlulah untuk menerapkan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan.

7. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Tantangan yang terjadi di lingkungan saya dalam pengambilan keputusan kasus dilema etika adalah adanya pihak yang kurang sependapat dengan keputusan yang diambil. Tetapi hal tersebut wajar, karena setiap keputusan pasti akan ada konsekuensinya, tidak bisa mengakomodir keinginan semua pihak. Dalam mengambil keputusan, misalnya menggunakan paradigma keadilan vs kasihan, ada beberapa pihak yang kurang setuju jika kita mengutamakan rasa kasihan dalam kondisi tertentu.

8. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Pengambilan keputusan yang kita ambil dapat mempengaruhi apakah memerdekakan murid atau tidak. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, haruslah mampu mengambil keputusan yang selalu berpihakpada murid dengan memerdekakan murid sesuai dengan kodratnya. Mampu memutuskan dalam menggunakan strategi pembelajaran yang tepat dengan mengakomodir potensi murid yang berbeda – beda yaitu dengan pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi dapat memenuhi kebutuhan belajar murid sesuai dengan kesiapan belajar, minat dan profil belajar murid.

9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Sekolah adalah tempat murid untuk mengembangkan potensinya dalam mempersiapkan diri untuk masa depannya. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, guru dalam mengambil keputusan harus mampu menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Hal tersebut akan memungkinkan murid dapat mengembangkan potensinya secara optimal sesuai kodratnya masing – masing sehingga dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai individu dan anggota masyarakat. Secara tidak langsung akan berpengaruh pada masa depan murid.

10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Pengambilan keputusan haruslah dijiwai oleh filosofi Ki Hajar Dewantara. Selalu berpegang teguh pada nilai guru penggerak. Keputusan yang diambil harus berdasar pada rasa tanggung jawab, mempertimbangkan nilai –nilai kebajikan universal dan selalu berpihak pada murid. Pengambilan keputusan berpengaruh pada pengajaran yang memerdekakan murid yaitu memutuskan pembelajaran yang tepat (berdiferensiasi) untuk mengakomodir potensi murid yang berbeda-beda. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, guru harus memiliki kompetensi sosial emosional dalam mengambil keputusan dilema etika. Pengambilan keputusan dengan ketrampilan coaching, mampu menjadi coach untuk diri sendiri dalam mengajukan pertanyaan untuk memprediksi hasil dan melihat opsi solusi. pengambilan keputusan juga harus dilakukan dengan kesadaran penuh ( mindfullness).

11. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Perbedaan antara kasus yang termasuk bujukan moral atau dilema etika. Jika pilihannya adalah benar lawan salah, maka termasuk dalam bujukan moral. Dan jika kedua pilihan sama sama benar (benar lawan benar) maka termasuk ke dalam dilema etika. Terdapat 4 paradigma dalam dilema etika, yaitu individu lawan kelompok, rasa keadilan lawan rasa kasihan, kebenaran lawan kesetiaan, dan jangka pendek lawan jangka panjang. Terdapat 3 prinsip dalam pengambilan keputusan, yaitu berfikir berbasis hasil akhir, berfikir berbasis peraturan dan berfikir berbasis rasa peduli. Terdapat 9 langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan, yaitu mengenali nilai –nilai yang saling bertentangan, menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini, kumpulkan fakta yang relevan, pengujian benar atau salah, pengujian paradigma benar lawan benar, melakukan prinsip resolusi, investigasi opsi trilemma, buat keputusan dan lihat kembali keputusan dan refleksikan. Suatu keputusan walaupun sudah berlandaskan pada prinsip dan nilai tertentu, tetap akan memiliki konsekuensi. Pada akhirnya, tiap keputusan harus didasari oleh rasa tanggung jawab, nilai kebajikan universal dan berpihak pada murid. Hal yang menurut saya diluar dugaan adalah : ü Saya baru mengetahui dalam kasus ada istilah bujukan moral dan dilema etika dan definisinya.ü Ternyata ada empat paradigma dalam memandang sebuah kasus dilema etika.ü Dalam pengambilan keputusan terdapat 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan. Sangat detail dan diawal terdengar sangat rumit. Tetapi jika nanti dilakukan dan terbiasa, pasti akan memudahkan dalam pengambilan keputusan.ü Adanya opsi trilemma yang menghadirkan opsi diluar pilihan kita, sehingga muncul penyelesaian yang kreatif.

12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Pernah. Saat itu saya belum mengetahui adanya langkah pengujian dan pengambilan keputusan. Jika dilihat, saat itu saya hanya berfikir keputusan yang tidak merugikan pihak lain. Setelah mempelajari modul ini, saya baru tau ternyata ada perbedaan antara kasus bujukan moral atau dilema etika. Harus didentifikasi terlebih dahulu. Dalam dilema etika, terdapat 4 paradigma, 3 prinisp dan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan dengan dasar rasa tanggung jawab, nilai kebajikan dan berpihak pada murid.

13. Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Sebelumnya, saat saya mengambil keputusan yang penting tidak merugikan orang lain. Sudah banyak melakukan pertimbangan tetap tidak sistematis. Tidak melalui pengujian benar atau salah. Tidak ada opsi trilemma yang sungguh diluar dugaan.

Perubahan yang terjadi setelah mempelajari modul 3.1 ini adalah terjadi perubahan dalam berfikir. Setiap ada kasus yang muncul di sekeliling saya, intuisi saya langsung otomatis mengidentifikasi, kasus ini termasuk kasus bujukan moral atau dilema etika. Pengambilan keputusan kasus dilema etika, saya mempertimbangkan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan keputusan.

14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Sangat penting mempelajari modul ini, karena baik sebagai individu maupun sebagai seorang pemimpin pasti akan dihadapkan dengan kasus –kasus yang menuntut kita mampu mengambil keputusan. Dengan mempelajari modul ini, saya mampu mengetahui perbedaan kasus bujukan moral atau dilema etika. Saya mengetahui bahwa ada 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan keputusan dalam kasus dilema etika. Dan dari mempelajari modul 3.1 ini, saya semakin memahami bahwa setiap keputusan akan ada konsekuensi yang mengikutinya, maka harus selalu berdasar pada rasa tanggung jawab, nilai kebajikan universal dan berpihak pada murid. Dengan mempelajari modul

3.1 ini, diharapkan saya mampu menjadi individu atau seorang pemimpin yang mampu mengambil keputusan dengan tepat.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post