R. ENENG SITI HAJAR

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Nyanyian Hati yang Sumbang

Nyanyian Hati Yang sumbang

Kesepian...Mungkin itulah sebuah kata yang tepat tentang yang kurasakan saat ini. Berawal dari pertemananku di sosmed beberapa waktu lalu, kemudian berlanjut di Whatsapp Group. Percakapanku dengannya semakin akrab dan hangat. Bercanda, tertawa, bahagia, bahkan pada urusan-urusan yang sifatnya pribadi pun mulai terlontar. Berbagi cerita tentang perjalanan kehidupan hidup yang dialami oleh diri kita masing-masing.

Tiga puluh tahun lebih semenjak lulus sekolah saat itu, kami pun terpisahkan jarak dan waktu yang mengantarkan dan melukiskan sejarah dan kisah. Aku pun demikian, segala pengalaman hidupku, manis dan bahagia, pahit dan getir sudah kulalui. Asam garam kehidupan sudah pula kurasakan.

Pertemuan dan percakapanku dengannya memberi warna tersendiri. Dari kenangan masa lalu, cerita cinta monyet, getaran-getaran yang berdesir menelusuri pembuluh nadiku kini makin menjadi. Rasa itu tak pupus dilahap sang waktu. Padahal ribuan mil jarak pun sudah terentang membentang diantara kita. Kemunculannya bagaikan seteguk air di Padang pasir, menyejukkan jiwa yang hampa. Mengaliri denyut nadi sampai menusuk raga. Aku terbuai, terpesona, tersanjung dengan kata-kata manis rayuannya yang membuatku sedikit terbebas dari penjara hati yang gersang. Ibarat bunga yang kembali mekar berkembang setelah sekian lama terkulai layu dan hampir mati. Itulah 'Aku'.

Perkawinanku memang tak berjalan mulus. Kandas tiga tahun berlalu setelah perceraianku dengan suami, aku harus tetap bertahan hidup dengan dua orang anak lelakiku buah kasih sayangku dengan Cecep, suamiku yang kini telah bahagia membangun rumah tangga baru dengan istri barunya. Aku lebih memilih bercerai ketimbang status baru menjadi istri tua. Aku tak mau diduakan hati. Di madu tidaklah satu makna dengan madu. Tentu saja. Rasanya getir, perih, lebih perih dari teriris sembilu...lebih perih dari luka yang tersiram garam. Aku muak, hatiku berontak saat kudapati suamiku telah menikah lagi.

Lama waktu berselang. Aku melewatinya bukan dengan tanpa hambatan yang setiap kali mendera. Walau begitu kujalani setiap derap kaki yang kulangkahkan walau sambil terkoyak. Aku tanpamu. Bertahun pula kubesarkan anak-anakku.

Tak bisa kupungkiri pertemuanku dengan Ludi, teman semasa sekolahku dulu walau sebatas di medsos membuat hati ini berbunga. Ludi memang pernah mendekatiku dulu. Tapi aku tidak menanggapinya secara serius. Menjadi murid baru membuatku perlu adaptasi yang lebih lama. Aku masih kaku dan malu-malu hingga ada teman lelaki yang berusaha mendekati pun ...kuabaikan saja. Bukan hanya sekian lama tapi berkian lama. Meski perjalanan hidup sudah banyak berubah tak membuat rasa itu pupus dihatinya. Ia mulai menggombal, merayu, mempesona dengan kata-katanya. Siapa juga wanita yang tak kan tersanjung bila ada lelaki yang kini memberi perhatian lebih. Terlebih lagi dia datang disaat yang bisa dikatakan tepat. Aku janda. Tak akan ada yang menghalangi langkahku untuk melanjutkan rasa yang pernah tumbuh jauh dilubuk kalbu. Tak ada salahnya, pikirku dalam hati. Aku toch 'single' sekarang.

Lamunanku pecah, aku terperanjat saat telpon genggamku berdenting.

"Halooo....met sore my heart, apakah kau sedang memikirkan aku?" Tanya Ludi memulainya 'chat' nya di WA. Pertanyaan dan pujian yang menyudutkanku semakin terperosok dalam pada sebuah rasa yang pernah ada di hati. Dulu

Duluuu...sekali.

"Hai!" Sapaku dengan girang.

"Ya, apa kabarnya, Mas? Dan lagi dimana?" Lanjutku.

Panggilan yang baru kuutarakan. Dulu tak pernah memanggilnya dengan sapaan 'Mas'.

"Biasa. Aku masih meeting."

"Mengganggu donk."

"Ya enggak lah...aku bawa santai saja happy biar ga pusing." Jawabnya meyakinkan.

Obrolanku terus berlanjut sampai-sampai tidak mempedulikan yang lain. Aku hanyut dalam percakapan yang membawa perasaan pribadiku. Seakan-akan hanya aku dan dia di lapak itu. Sesekali ada yang memberi komentar. Tak jarang komentar yang mereka lontarkan adalah usulan dan saran agar melakukan 'chat' nya di 'japri' saja biar tidak mengganggu yang lain. Tapi...aku tidak paham kenapa mereka merasa risih dengan obrolan saya dengan Ludi. Aku tak peduli. Toch aku biasa-biasa saja. Menurut ku masih wajar dan tak berlebihan. Aku tutup mata tutup telinga dan terus menikmati rayuan gombal Ludi yang mencoba mencairkan kebekuan hatiku.

"Oh, Tuhan! Aku rindu. Rindu sapaan sayang. Rindu perhatian manis dari seseorang. Kini ada dia yang mengisi hari-hariku. Memberi perhatian yang sekian lama kubutuhkan. Pada hati yang kosong.

Tanpamu.

Haruskah aku ikuti perasaan hati ini? Akankah ada hati yang terluka karenanya? Santai saja yang pasti aku sangat menikmatinya saat ini.

#ensitha

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Bangkitnya kenangan masa lalu. Yang begitu berkesan. Salam kenal. Bun

10 Mar
Balas

Salam kenal juga mas, maaf jarang buka akun...

11 Apr

Kalau merasa bimbang sholat iatikhorah Bu. Salam kenal

10 Mar
Balas

Hehe....salam kenal juga

11 Apr



search

New Post