Bumi Bosan dengan Matahari
BUMI BOSAN DENGAN MATAHARI
“Pagi, Tan!!! Bumi ada?” Sapa Matahari dengan senyum manisnya kepada tante cantik yang pagi itu sudah menyirami bunga anggreknya di kebun. “Pagi juga cantik! Masuk aja, bumi lagi sarapan, sekalian kamu sarapan ya, tante juga sudah menyiapkan sarapan buat kamu”ajak Tante Bintang. “Makasih, Tan. Setiap hari selalu ada sarapan buat Matahari, gratis pula. Tapi Matahari bukan kaum dhuafa lho, Tan! Yang setiap hari dikasihani sama orang-orang, he..he..he… bercanda lho, Tan.” Canda Matahari kepada tante Bintang mamanya Bumi. “Huh, kalau tidak mau dianggap kaum dhuafa ya jangan ikut makan dong, jangan minta gratisan terus” Sahut Bumi dari ruang makan yang terletak tepat di sebelah Utara ruang tamu. “Sudah, jangan begitu Bumi, Matahari masuk, jangan di depan pintu seperti orang menagih hutang! Ayo sarapan dulu” Ajak Tante Bintang mamanya Bumi.
Rutinitas setiap pagi yang dialami dua orang sahabat antara lain dengan sarapan bersama, berangkat sekolah bersama, sepanjang perjalanan menuju sekolah selalu ada cerita yang lucu dari dua sahabat tersebut. Hal seperti itu yang membuat Bumi menjadi bosan dengan Matahari. Sepanjang perjalanan ke sekolah, tidak biasanya Bumi cemberut, selalu ada cerita buat Matahari, mereka berdua selalu berbagi cerita. Tapi tidak untuk hari ini. “Kamu lagi sakit gigi ya? Koq tumben diam, biasanya saja banyak cerita, entah tentang Pusi, kucingmu yang usil, Kak Ardan yang jahil, Tante Bintang yang cantik dan selalu cerewet. Ada apa sih?” Tanya Matahari. ‘Ngomong atau tidak ya? Kalau beberapa hari ini aku lagi bosan, kesel, jengkel banget sama Matahari’ batin Bumi dalam hati. Tidak boleh menyakiti perasaan orang, kata mama itu tidak baik “Jangan membuat orang menangis jika kamu belum bisa membuat dia tersenyum”-Huhf- hari ini Matahari menyebalkan sama dengan matahari di atas langit yang sinarnya pagi itu sangat terik. “Emang lagi sakit gigi!!! Gara-gara sarapan tadi” jawab Bumi sekenanya. “Koq tadi tidak minum obat dulu?” saran Matahari. “Aduh, ini anak banyak omong dech! Cantik-cantik koq cerewet juga!” batin Bumi. -Hufht- lagi malas ngomong malah diajak ngomong terus. “Nanti juga sembuh sendiri asal saat ini kamu diam ya tidak banyak bicara, oke!” jawab Bumi dengan nada tinggi. “Tidak baik lho pagi-pagi galak dan ketus sama orang, nanti cakepnya hilang lho!” goda Matahari.”Hufh benar-benar membosankan temanku ini…..”batin Bumi
Jam pertama pelajaran IPA, Bu Andin menjelaskan materi Bumi dan Alam semesta, “Tata surya adalah kumpulan benda langit yang berputar mengelilingi matahari, sehingga matahari merupakan pusat tata surya, matahari merupakan sumber energi bagi kehidupan di bumi.” terang Bu Andin. “Coba kalian renungkan, apa yang terjadi jika bumi kita tidak ada matahari? Apa yang terjadi jika matahari berhenti memberikan sinar dan cahayanya bagi bumi?” tanya Bu Andin kepada seluruh siswa kelas 6. “Matahari merupakan sumber energi bagi kehidupan di bumi. Ada yang bisa menyebutkan manfaat sinar matahari bagi kehidupan?” tanya Bu Andin. “Selalu setia menemani Bumi kemanapun pergi” jawab Delon sekenanya sambil melihat sudut kelas tempat duduk Bumi, yang disambut tawa ger-geran teman-teman satu kelas. Di sudut kelas cowok yang biasanya usil, kini hanya tertunduk malu.-Huh Matahari lagi- batin Bumi menahan malu. Bu Andin yang mendengar jawaban Delon ikut tersenyum. “Salah satunya menghasilkan vitamin D agar tulang menjadi kuat, Bu” jawab Matahari. “Untuk proses fotosintesis bagi tumbuhan” jawab Bumi tidak mau kalahnya dengan Matahari. “Ai…ai…ai… Matahari menjawab, Bumi juga ikut, takut tersaingi ya?” goda Windu sambil melirik Bumi yang duduk di sebelahnya. Seisi kelas 6A tertawa riuh sekali. “Sudah … sudah … anak-anak, jawaban 2 teman kalian betul”kata Bu Andin.
Pulang sekolah Bumi menghampiri mamanya, “Mam, Bumi ingin curhat, Bumi bosan dengan Matahari, lama-lama Matahari menjengkelkan, cerewet, tiap pagi pasti ikut sarapan. Pagi tadi waktu di sekolah, teman-teman juga meledek Bumi gara-gara pelajaran IPA Bu andin menjelaskan materi tatasurya ” keluh Bumi kepada mamanya. Tante Bintang yang mendengar keluhan anaknya hanya tersenyum saja. “Mama koq tersenyum?” rengek Bumi. “Anakku, Matahari cerewet karena dia ingin perjalanan kalian ke sekolah menyenangkan, dia ikut sarapan bukan kemauan dia, memang mama selalu menawarkan dia untuk ikut menemani kamu, apa kamu tidak kasihan sama dia? Papanya Matahari sering luar kota, dia tidak punya mama yang setiap pagi selalu menyediakan sarapan ataupun bekal, kalau tidak kita yang menawarkan ikut sarapan, dia tidak mungkin sempat sarapan.” hibur mamanya. “Mama koq jadi membela Matahari” gerutu Bumi. “Mama tidak membela, Nak.” Jawab tante Bintang. “Coba dech, kamu ingat-ingat kebaikan Matahari yang pernah dia buat untuk kamu! Keusilan kamu terhadap Matahari, tak satupun Matahari membalasnya. Anakku, teman seribu itu kurang tapi musuh satu itu banyak. Jangan kamu rusak persahabatan yang kamu jalin ketika kamu masih kanak-kanak dulu dengan hal-hal yang sepele. Sangat wajar jika kamu punya rasa bosan terhadap seseorang” jelas tante Bintang. “Kalau begitu, mama pernah bosan sama papa ya?”Tanya Bumi. Kali ini tante Bintang melongo, kaget mendengar pertanyaan anaknya. “Semua tergantung pada diri kita, bagaimana kita bisa mengubah rasa bosan itu menjadi sesuatu yang harus kita kalahkan sehingga hidup kita bisa menjadi indah. Kita hidup di dunia hanya satu kali saja sebisa mungkin kita harus memberikan manfaat bagi sekeliling kita. Cobalah untuk berpikir positif, anakku. Jangan kamu menangkan pikiran negatif kamu terhadap orang-orang di sekitarmu.” Jelas Mama. “Bumi akan mencobanya, mam.” Jawab Bumi. Mama tersenyum sambil berkata, “Kamu bisa anakku, ingatlah kebaikan seseorang jangan keburukannya!”
Siang itu langit mendung, matahari sembunyi di balik awan hitam, jadi kangen dengan matahari meskipun terkadang sinarnya sangat terik menyengat kulit ketika siang hari. “Ah, Matahari sahabatku, maafkan aku hari ini dan kemarin yang telah merasa bosan dengan keberadaan kamu. Semoga kamu tidak akan bosan dan benci dengan sahabat kamu, Bumi. Seperti matahari yang selalu dengan setia menerangi bumi, memberikan manfaatnya bagi semua makhluk hidup, yang tidak pernah bosan kepada apapun di sekitarnya.” Batin Bumi dalam hati.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar