Cerpen Mbak Kunti Ikut Belajar part 2 tulisannya menggantung belum tuntas, yang diharapkan saya sebagai penulis belum tercapai, baru kali ini menulis genre horror, mencoba nyali saya seberapa jauh diri ini menghadapi mereka yang tak kasat mata. Benar-benar jauh panggang dari api, saya benar-benar tidak punya nyali, saya tidak siap jika harus berhadapan dengan mereka.. Alhamdulillah saya bukan seperti teman-teman yang diberi kelebihan mampu membuka indera keenamnya, mampu melihat makhluk yang tak kasat mata.

Menulis part 2 kemarin malam membuat saya harus deg-degan, biasanya ditemani anak perempuan dan suami, tangan ini terampil menari di atas keyboard, tapi kemarin malam tidak. Apa yang saya tulis tetiba hilang, kursor jalan-jalan di layar monitor. Entah apa yang sedang terjadi.

Saat itu waktu menunjukkan pukul 09.00 suasana di dalam rumah sudah hening apalagi di komplek perumahan yang selalu sepi di waktu malam semakin menambah kesan horror yang membuat tidak nyaman. Tidak biasanya juga tengkuk merinding, bulu kuduk meremang, saya mencoba menghilangkan rasa tidak nyaman itu, “barangkali hanya perasaan saya saja,” batin saya.

Saya adalah tipe wanita penakut, di dalam rumah saja, untuk menuntaskan hajat ke kamar mandi minta tolong suami menemani, lha koq tetiba ada ide menulis cerita horror. Pikir saya, ah sekali-sekali, seberapa nyali saya terhadap cerita horror, dan sensasinya baru dirasakan di part kedua. Saya menyerah dan mengakhirinya meski tulisannya menggantung tidak seperti yang saya harapkan yaitu penggambaran mbak kunti yang lebih menyeramkan, mbak kunti mengganggu kelas saya.