Tuntutan keterampilan dalam pembelajaran abad 21 yaitu berpikir kritis, kreatif, kolaboratif, dannkomunikatif yang diimplementasikan dalam soal HOTS. Jika diterjemahkan HOTS memiliki arti berpikir tingkat tinggi. Apakah bisa diterapkan kepada anak berkebutuhan khusus dengan hambatan tunagrahita?Sebagai seorang pengajar di SLB, saya mencoba beropini dan menguraikan pendapat.Jati Rinakri Atmaja (2018:97) tunagrahita adalah suatu kondisi anak yang kecerdasannya jauh di bawah rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam komunikasi sosial. Anak berkebutuhan khusus ini jugavsering dikenal dwngan istilah terbelakang mental karena tunagrahita ini sukar untuk mengikuti pendidikan di sekolah biasa.Seseorang dikatakan berkelainan mental subnormal atau tunagrahita, jika ia memiliki tingkat kecerdasan yang sedemikian rendahnya ( di bawah normal) sehingga untuk meniti tugas perkembangannya memerlukan bantuan atau layanan secara spesifik, termasuk dalam program pendidikan (Branata, 1979 dalam Jati Rinakri Atmaja 2018:98)Seorang guru memberikan memberikan sial HOTS kepada anak berkebutuhan khusus dengan hambatan tunagrahita merupakan tuntutan pembelajaran abad 21 dan tantangan dalam menerapkan soal tersebut.Sebagai contoh soal mata pelajaran matematika, berapa hasil dari 4x3? Termasuk dalam soal LOTS karena hanya mengingat hasil perkalian dan memahami perkalian sebagai hasil dari penjumlahan.Contoh soal di sebuah lapangan ada 4 becak, jika 1 becak ada 3 roda. Berapa banyak roda becak? Termasuk dalam soal HOTS karena memgajak siswa untuk berpikir kritis yaitu menalar soal cerita, menganalisis proses pemyelesaian, dan mengevaluasi hasil dari berhitungnya.

Dengan bimbingan guru maka anak berkebutuhan khusus dengan hambatan tunagrahita mampu menyelesaikan soal HOTS