Hujan
Kata orang hujan yang turun bukan hanya air, persisnya 1% air, dan 99% itu kenangan, iya kenangan kita, ketika sama-sama merintis usaha mie cinta dari nol, kedai yang kita rintis di trotoar jalan kartini bersamaan dengan hujan yang turun sangat deras.
kita menyebutnya mie cinta, karena kita ingin orang yang berkunjung ke kedai kita tidak sekedar menikmati mie sapi tapi juga merasakan cinta yang kita sajikan kepada mereka yang berkunjung dengan senyuman dan keramahan kita.
Hujan, selalu mengingatkan akan perjuangan kita, dari bukan siapa-siapa hingga menjadi salah satuĀ kuliner laris di kota ini. Kedai yang kita rintis ini awalnya ketika buka jam 10.00 sampai 18.00 hanya dikunjungi oleh 5 pelanggan saja, itupun tetangga dan saudara kita.
Mereka penasaran dengan kedai mie cinta kita, apa yang ditawarkan di kedai kita? Mie cinta seperti apa? Ternyata hanya mie basah dengan bumbu sama dengan mie ayam pada umumnya tetapi kedai kita menggunakan daging sapi yang dicincang dengan bumbu jahe, laos, kunyit, sereh, ketumbar, dan garam.
Hujan mengingatkan kita akan perjuangan kita dari nol, dari bukan siapa-siapa hingga menjadi apa-apa dan siapa-siapa, hujan mengingatkan kita untuk selalu bersyukur bahwa kita masih bisa menikmatinya dengan semangkok mie cinta kepada pelanggan kita.
Suatu hari ketika hujan turun, aku pernah mengeluh, kedai kita koq belum pernah ramai, kita sudah berinovasi tentang mie basah, koq pelanggannya masih tetap saja, bertambahpun juga tidak banyak, pendapatanpun masih kisaran Rp 100.000 perhari. Cara apa yang harus kita lakukan biar kedai ramai.
"Mak, pernah dengar pesan alam, bahwa kalo kita menangkap ayam jangan dikejar ia akan menjauh, berilah beras maka ia akan datang, pun sama dengan rejeki, kita tidak perlu ngoyo, mengejar rejeki, kita akan kelelahan, coba kita bersedekah maka rejeki akan datang menghampiri" itu kata yang selalu kamu ucapkan, suamiku.
Setiap hari kita selalu berusaha untuk berbagi dengan semua, setiap jumat kita selalu membagikan mie cinta kita kepada semua pelanggan.
Dan alhamdulillah rejeki itupun datang dengan keadaan kedai kita yang selalu ramai pengunjung. "Pakne, mosok kita dikira punya pesugihan" kataku suatu hari kepadamu, suamiku. "Jawab saja iya, Mak. Bilang sama mereka, kita memang punya pesugihan, pesugihan kita itu minta sama Allah yang maha pemurah, pesugihan kita ya bersedekah, pesugihan kita ya berbagi mie cinta kepada semua orang tiap jumat" "apa iya itu dikatakan pesugihan? Mereka nanti malah percaya kalo kita benar-benar punya pesugihan"jelasku kepadamu. "Biarkan saja mereka ngomong apapun, yang tahu hanya kita dan allah saja, tidak usah pikirkan omongan mereka, Mak" jelasmu.
Masih tentang hujan, bukan lagi tentang kita, tapi tentang kamu, pakne, yang pergi meninggalkan aku setelah kedai kita pindah ke ruko seberang dari hasil mie cinta.
Kamu pergi meninggalkan aku setelah kamu mengantarkan 5 pesanan mie cinta ke pelanggan di toko material itu, saya sempat melarang kamu, pakne. "Kita punya karyawan, biar karyawan yang mengantar, pakne g usah ke sana, sekali-sekali jadi kasir saja," tapi kamu menolaknya, "pelanggan adalah raja, Mak. Kedai kita laris karena sedekah dan karena cinta dan keramahanĀ yang kita berikan kepada pelanggan, biarkan aku yang mengantarkan. Yang jadi kasir tetap kamu, Mak." Ah, rasanya koq ada isyarat yang mengatakan bahwa aku harus melarangmu, tapi kamu tetap bersikukuh mengantar pesanan itu ke pelanggan."
"Ya sudah, hati-hati ya Pakne, jalannya tergenang air. Jalan berlubang tidak kelihatan"ucapku kepadamu.
Dan benar saja firasatku Pakne, dubrak, suara dari seberang membuatku nyaris tak bisa berkata-kata. Ya jalan berlubang yang tergenang air membuatmu tersungkur jatuh hingga kepalamu terbentur membuatmu tak sadarkan diri dan hujan gerimis yang membuatmu pergi selamanya meninggalkan aku dan kedai mie cinta kita.
Hujan membawa kenanganku tentang kamu, aku, kita.
Hujan selalu mengingatkan kamu, Pakne.
1% air dan 99% kenangan, kenangan kita yang bukan siapa-siapa dan apa-apa menjadi siapa-siapa, menjadi pengusaha mie cinta dan menjadi apa-apa, dari kedai trotoar menjadi kedai ruko mie cinta.
Ah hujan, kamu selalu membawa kenangan, tetiba bulir bening di mataku mulai jatuh. Hanya kepada Allah, Tuhan semesta alam tempat kita berlindung, meminta, memohon, dan berkeluh kesah.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar