Merdeka Belajar dengan Keterampilan Vokasional
Konsep merdeka belajar yang digagas oleh Mendikbud Nadiem Anwar Makarim dalam memperingati Hari Guru Nasional (HGN) 2019 disambut sangat antusias oleh semua pihak yang bergerak dalam bidang pendidikan. Merdeka belajar memberi kebebasan kepada guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Proses pembelajaran tidak harus dilaksanakan di dalam kelas, proses pembelajaran dapat dilakukan dimanapun sehingga akan menimbulkan suasana yang menyenangkan baik untuk guru maupun siswa.
Belajar dapat ditumbuhkan dalam keadaan apapun dan bagaimanapun. Artinya bahwa pusat belajar tidak lagi dari guru, bisa jadi dari lingkungan sekitarnya. Belajar bukan hanya pengetahuan tentang teori saja. Pun yang selama ini dilaksanakan di Sekolah Luar Biasa (SLB) jenjang SMALB bahwa kurikulum yang diterapkan adalah 60% vokasional dan 40% akademik. Kenapa hanya 40% akademik saja? Padahal SLB yaitu jenjang SMALB memiliki banyak ketunaan yaitu tunanetra, tunarunguwicara, tunagrahita, tunadaksa, dan autis.
Pada setiap awal tahun pelajaran selalu diadakan asesmen individu tujuannya untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan yang dimiliki anak terhadap akademik maupun kemandiriannya.
Jika anak mampu di akademik maka kurikulumnya pun mengikuti artinya 100 % anak akan mendapatkan pembelajaran sesuai dengan kemampuan intelegensi anak. Biasanya anak-anak yang memiliki skor intelegensi 111-120 (Klasifikasi IQ Binet) dengan klasifikasi IQ tinggi dalam kategori normal maupun yang lebih dari skor tersebut yaitu anak tunanetra, tunarungu wicara, tunadaksa dan autis., mereka juga akan mendapatkan mata pelajaran IPA (Fisika, Biologi, Kimia), Matematika, bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dengan muatan kurikulum sama dengan sekolah regular pada umumnya.
Tidak menutup kemungkinan bahwa anak-anak yang memiliki kemampuan intelegensi 111-120 (Klasifikasi IQ Binet) dengan klasifikasi IQ tinggi dalam kategori normal maupun yang lebih dari skor tersebut akan disarankan ke sekolah inklusi tujuannya agar anak-anak mendapat bekal pengetahuan yang lebih dan dapat melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi serta dapat diterima oleh masyarakat belajar di sekolah regular.
Jika anak tidak mampu di akademik maka di SLB akan memberikan pembelajaran vokasional tujuannya agar ketika sudah lulus dari SMALB mereka mampu hidup mandiri, baik secara fisik maupun finansial. Anak-anak yang mendapatkan pembelajaran vokasional adalah anak-anak dengan hambatan tunagrahita. Anak tunagrahita atau dikenal juga dengan istilah terbelakangan mental karena keterbatasan kecerdasannya sukar untuk mengikuti program pendidikan apapun di sekolah biasa secara klasikal, oleh karena itu anak terbelakang mental membutuhkan layanan pendidikan secara khusus yaitu SLB atau disesuaikan dengan kemampuan anak itu.
Tunagrahita atau terbelakang mental merupakan kondisi dimana perkembangan kecerdasannya mengalami hambatan sehingga tidak mencapai tahap perkembangan yang optimal. Sehingga mereka mendapatkan 60% vokasional.
Pembelajaran vokasional tiap SLB berbeda karena disesuaikan dengan kebutuhan serta kemampuan siswa. Adanya pendidikan vokasional membantu anak berkebutuhan khusus menjadi orang yang mandiri dan dapat diterima oleh masyarakat di sekitarnya.
Di sinilah merdeka belajar yang diterapkan oleh Sekolah Luar Biasa, memberikan kebebasan kepada anak berkebutuhan khusus untuk menentukan dan menemukan kemandiriannya sehingga anak-anak akan merasa senang dan nyaman dalam belajar ketika anak-anak berkebutuhan khusus sudah dinyatakan lulus dari jenjang SMALB mereka dapat hidup sendiri dengan bekal vokasional yang diberikan oleh sekolah.
SLB juga memberikan kesempatan kepada anak-anak dengan kemampuan intelegensi 111-120 (Klasifikasi IQ Binet) dengan klasifikasi IQ tinggi dalam kategori normal maupun yang lebih dari skor tersebut untuk mengikuti pembelajaran vokasional sehingga anak akan merasa menemukan bekalnya untuk dapat melanjutkan hidupnya tanpa belas kasihan dari masyarakat di sekitarnya dan akan memberikan kebanggaan bagi mereka bahwa mereka dapat diterima oleh masyarakat di sekitarnya dengan keterampilan yang mereka dapat ketika belajar di SLB.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Maturtengkiyu ibu, barakallah buat ibu...
keren bu ... satu lagi memaknai merdeka belajar dari ibu.