Reni Sularsih

Assalaammu’alaikum. Namaku Reni Sularsih. Lahir di Jakarta, 13 Agustus 1969. Aku wiyata di SDN Karangjati 02 Ungaran, sebagai guru mulok bahasa Inggris,...

Selengkapnya
Navigasi Web

Makin Tua, Rentan juga kalau ...

Makin tua, rawan juga kalau jatuh. 😁

Sungguh ini adalah sebuah perjalanan spiritual yang luar biasa.

Aku kepleset di depan kamar mandi rumah, pas resepsi anak wedhok.

September 2021 lalu.

Udah pijet. Katanya dislokasi tangan kiri.

Jumat sore 17 Juni 2022, pas lembur ngeprint rapor, aku kepleset lagi di kloset SD.

Posisi udah jongkok, bahu kiri kejedher tembok. Tangan kiriku buat nahan.

Dah nyoba pijet 2x.

Ga da perubahan malah tambah seseg.

Beberapa kali izin ga ikut kuliah tatap muka di kampus Undaris.

Sebab setiap malam aku ga bisa tidur. Rasa sakit di tangan kiri, bahu kiri, punggung kiri hingga dada kiriku luar biasa. Nyeri. Linu tak tertahankan.

Selalu berusaha meletakkan tangan kiriku pada posisi PW untuk dapat terlelap tidur. Namun selalu terbangun dengan kesakitan. Tangan kiriku keple, sama sekali tidak bisa digerakkan.

Ada rasa yang menusuk ke sisi kanan dadaku hingga membuat sesak napas.

Aku khawatir jika ada tulang rusukku yang patah dan mengenai jantungku.

Rasanya menusuk sekali.

Akhirnya...

Sabtu 2 Juli, aku periksa di RS Mitra Setia dr. Timotius Ungaran. Aku dirontgen.

Hasilnya kata dokter tulangku baik. Senin kembali untuk fisioterapi yang akan ditentukan dr. Tim.

Aku pulang dengan membawa obat.

Senin 4 Juli, aku kembali lagi ke klinik.

Antri cukup lama.

Lapar. Suami membelikanku roti kering. Baru makan 2 keping, aku dipanggil masuk ke ruang periksa.

Aku menunggu cukup lama.

Pukul 12.00 hingga pukul 13.00 dr. Tim berbicara dengan pasien di sebelah.

Seorang bapak berasal dari Blora. Mereka sekeluarga konsultasi dokter dengan gencarnya. Tanya macam-macam hal yang aku ga paham.

Lalu dr. Paul mendudukkanku di posisi membelakangi dr. Tim.

"Nanti dokter akan lihat dari belakang."

Dr. Tim datang, melihat hasil rontgenku di papan sinar, langsung berkata," Tindakan. Malam ini atau besok. Rabu saya ke Jerman lagi."

"Tidak bisa fisio atau obat jalan, Dok?"

"Lha, lengket gitu. Harus dipisah."

Aku terdiam. Masih kaget, gemetar, dan bingung. Wajahku pias.

"Silakan diskusi dengan dr. Paul dan perawat tentang kamar inap dan prosedur operasinya."

Dr. Tim lalu pergi ke pasien di sebelah. Aku diskusi dengan dr. Paul.

Sesaat aku keluar ruangan, ada suami di depan.

Dengan mata berkaca-kaca, aku ceritakan semuanya.

"8,5 sampai 10 juta, Yank. Bayar di kasir sekarang. Gimana?"

Suamiku menatapku, menggenggam tanganku.

"Ya. Gapapa. Demi kesembuhanmu."

Aku bilang perawat yang kemudian mengatur segala sesuatu terkait prosedur operasi nanti malam. Termasuk puasa. Aku siap.

Aku cuma makan 2 keping roti kering tadi sekitar pukul 11.00.

Prosedurnya meliputi rontgen dada, swab, cek darah dan EKG.

Hasil rontgen dada, ada luka lama di paru- paru kananku.

"Ya. Saya sesak napas kalau tidur miring ke kanan. Jadi selama ini saya tidur miring ke kiri. Apa kelamaan ke kiri jadi urat syarafnya nempel, saya juga tidak tahu."

"Yang membuat sesak napas saat ini adalah karena ada syarafnya yang nempel di ketiak, jadi syaraf ke paru-paru kiri ikut ketarik ke kiri. Jadi paru agak kurang berfungsi."

"Oalah. Saya kira ada tulang yang melesak ke dada saya. Rasanya masuk dari kiri ke kanan. Ternyata ketarik ke kiri."

"Ya. Mohon maaf, Bu. Karena kondisi paru-paru ini cukup rawan maka kami tidak bisa bius total. Nanti kami bius lokal di bahu kiri, ya."

Aku mengangguk pasrah,"Manut apa pun kata Dokter."

Namun dalam hati aku berkata, bahuku sakit kenapa malah disuntik bius? Lalu apq aku kuat ngliat alat operasi bersliweran di depan mata?

Aku abaikan segala rasaku.

Aku terus melantunkan zikir, selawat, istigfar sebanyak yang kubisa.

Operasi buat misahin syaraf yang lengket, Senin 4 Juli 2022 pukul 19.00 hanya berjalan sekitar 5 menit saja.

Ternyata aku dibius total hingga tidak tahu proses operasi yang kutakutkan.

Aku tersadar saat perawat meminta suamiku turut membopongku pindah bed di ruangan 212.

"Tangan kiri jangan digerakkan dahulu ya, Bu." pesan perawat padaku.

Aku mengiyakan.

Lalu aku mulai merasakan sakit yang luar biasa.

"Tanganku, Yank."

"Astagfirullah. Allah.. Allah ", suamiku menuntunku.

"Bahuku, Yank.."

"Astagfirullah. Allah.. Allah."

"Punggungku, Yank."

"Astagfirullah. Allah.. Allah."

"Dadaku, Yank."

"Astagfirullah. Allah.. Allah."

Aku terus menangis selama satu hingga dua jam.

"Itu yang aku rasakan setiap malam selama dua bulan terakhir, Yank. Aku ga pernah tidur nyenyak hingga tensiku tinggi dan bangun lemes, badan sakit semua."

"Ya. Aku tahu. Sekarang sudah diobati. Sekarang kita berdoa semoga lekas pulih kembali." Suamiku menguatkanku.

Lalu perawat menyuntikkan obat di infusku.

Aku jadi merasa rileks dan tertidur.

Pukul 00.00 aku terbangun.

Badanku sudah merasa enak dan rasa sakit di empat area tadi, menghilang.

"Alhamdulillah." Kata suamiku.

Aku makan menu malam karena lapar sekali.

Alhamdulillah. Aku bisa tertidur pulas.

Hari kedua.

Setelah visite dokter dan fisoterapi, aku coba bangun.

Turun dari bed tanpa selang 02 di hidung.

Mendadak aku merasa pusing berputar.

Lalu kukenakan lagi selang O2 ku. Rupanya paru-paru kiriku belum bisa berfungsi normal.

Aku kembali berbaring lalu perawat memberiku obat vertigo.

Hari ketiga di Timotius.

Keadaanku sudah membaik.

Namun saturasi oksigen masih 87 di paru kiri. Napasku masih terasa berat.

Sedang saturasi 97 di paru kanan.

Masih kudu pakai selang 02 lagi. Lalu siang hari aku coba turun tanpa selang 02 lagi. Aku coba berjalan tanpa selang 02 lagi.

Alhamdulillah, bisa.

Aku juga sudah pesan untuk isi ulang tabung 02 di rumah nanti.

Saat visit, dr. Timotius berkata ada obat asma bagus.

Mahal, sih sebab dari Jerman tapi insyaallah asma bisa sembuh.

Alhamdulillah. Aku mau.

Dapat 2 pengobatan sekaligus.

Alhamdulillah. Rabu sore kemarin sudah diizinkan pulang.

Semalam masih nangis karena nyeri dan linu pas badan dbaringkan.

Persis sama seperti yang kurasakan setiap malam, selama dua bulan terakhir.

Alhamdulillah. Pagi ini dah membaik.

Namun masih terasa sedikit nyeri dan linu beberapa kali.

Masih kudu pelan-pelan, ga bisa buru-buru.

Napas masih ngos-ngosan juga.

Mohon doa ya, Teman-teman. Agar aku segera pulih sehat kembali dan bisa beraktivitas dengan baik lagi.

Terima kasih.

🙏

Ungaran, 8 Juli 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Aamiin, semoga cepat sembuh ya Bu Reni. Dan juga bisa beraktivitas seperti biasa kembali. Semangat ibu...

08 Jul
Balas

Terima kasih, Bunda. Semangat!

09 Aug

Terima kasih, Bunda. Semangat!

09 Aug



search

New Post