reni supitno

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Kecoa

Aku terbiasa tidur dengan selimut dan menutupi bagian mataku. Mungkin alasannya adalah untuk menhindari rasa takut. Menutupi bagian mataku seakan menjanjikan bahwa satu malam itu jiwaku akan aman atau baik-baik saja. Karena itu aku merasa nyaman melakukannya. Jauh dari orangtua menharuskan anak perantau tinggal ditempat kos, begitu juga denganku. Aku menyewa sebuah kamar kecil berukuran dua kali tiga meter. Cukup kecil bukan ? tapi cukup nyaman untuk ditinggali. Setiap dinding terbuat dari beton dan sehelai pintu berwarna biru terbuat dari bahan triplek. Kamar kecil ini terletak persis disamping toilet, jadi maklumlah jika binatang kecil selalu bertandang kekamarku. Malam itu seekor kecoa mengucapkan salam, belum ku jawab salamnya dia langsung nyelonong masuk, karena merasa tak terima aku coba halangi dengan sapu yang siap siaga dibalik pintu, tapi sayangnya kecoa yang satu ini super cepat. Dia langsung menbelokkan badannya dengan sedikit melebarkan sayap imutnya. Melihat akan hal itu aku mundur dua langkah, pikirku dia akan melakukan serangan dengan terbang kearahku. Sedikit tentang kecoa, beberapa tahun lalu aku sama sekali tidak takut kecoa. Tapi belakangan setelah melihat dan menbaca sebuah artikel disosial media dimana dijelaskan bahwa didalam perut kecoa mengandung cacing yang berbahaya. Jika perut kecoa diinjak dan mengeluarkan cairan. Cacing-cacing tersebut akan ikut keluar dan cacing-cacing ini tidak akan mati tapi mereka akan mencari cangkang baru sebagai wadahnya. Taukan apa yang terjadi selanjutnya ? Cacing-cacing itu akan mencari tempat untuk tinggal. Dijelaskan bahwa cacing ini bisa hidup dan tinggal di kulit manusia apalagi kulit anak-anak yang masih lembut. Saya tidak bisa jelaskan secara detail tapi boleh dicari diinternet. Dari alasan diatas, saya tidak mau membunuh kecoa dengan memukul, tapi saya coba mengarahkannya keluar atau menbinasakannya dengan cairan sabun. Melanjutkan pertarunganku yang tadi, kecoa yang satu ini lari dengan gesitnya menuju kebawah meja yang kebetulan diisi barang-barang keperluanku. Berakting sebagai raksasa yang mencari si timun mas aku berusaha menbolak balik barangku dan memindahkannya ketempat lain. Setelah semuanya ku pindahkan namun tak jua kutemukan si kerdil yang satu itu. Pikirku dia mungkin sudah keluar tanpa sepenglihatanku. Setelah merasa aman, akhirnya akupun tidur dengan tenang. Seperti yang tertulis diawal, ya begitu jualah posisi dana dab tidurku. Pagi hari kira-kira pukul 3, selimut sudah tidak lagi menempel ditubuhku. Dibagian kaki bawah terasa ada yang bergerak-gerak. Itu diantara mata dan pergelangan kaki, belum lagi bangun seutuhnya, aku langsung meloncat dari tempat tidurku dan cepat-cepat berdiri. Aku teringat pertarunganku sebelum tidur. Benar saja si kecoa langsung lari tapi anehnya dia mengerti menuju luar dari sela bawah pintu. Karena merasa ada aman aku kembali melanjutkan tidurku yang tertunda hingga pagi menyingsing. Pertemuan menbawa maut. Pagi itu kira-kira pukul setengah enam, saat menbuka mata ku lihat kecoa itu berjalan persis didepan kepalaku. Belum sempat kugerakkan tubuhku, kecoa itu dengan cepat berlari kearahku. Karena terperanjat kucoba berdiri dengan cepat dan mencari makhluk menjijikkan itu, tapi sekali lagi, kecoa itu menghilang dari pandanganku. Kucari-cari tapi tidak ketemu ternyata kecoa nya berada didalam bajuku. Spontan aku melompat-lompat dan mengibas-ngibaskan bajuku yang kupakai lalu kecoa terhempas kelantai. Dan pemburuan pun dimulai. Dengan gesitnya kecoa berlarian kesana kemari. Beberapa kali mengejar kearahku dan terpaksa aku meloncat-loncat menhindari serangannya. Ukuran kamar yang kecil menbuat gerakanku terbatas seringkali aku hampir kecolongan karena menabrak barang-barang dikamarku. Dengan gesit aku juga terus menyemprotkan pelembut pakaian kearah kecoa hingga saat kecoa hendak memanjat dinding, aku tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Aku terus menyemprotkan cairan pelembut pakaian, hingga akhirnya sikecoa terjatuh dan terlentang. Terus kusemprot sampai kakinya tidak bergerak lagi.
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Menarik cerita kecoanya Bu Reni. Masukan saya adalah memilih kata aku atau saya saja agar konsisten. Kedua tentang paragraf. Kelihatannya, cerita satu paragraf yang sulit dicari pikiran pokoknya karena bercampur semua.

29 Apr
Balas

Cerita nya bagus buk dan asyik buk

11 Jan
Balas

Cerita yang bagus, tapi paragrafnya belum ada sebagai pembeda bu.

29 Apr
Balas



search

New Post