Lembaran kalender 2023 sudah terbentang. Bak kertas kosong yang siap untuk diisi banyak rencana. Dari yang baru sekadar konsep, melanjutkan rencana tahun sebelumnya, atau hanya sebatas angan. Setelah itu, biasanya, diiringi dengan beramai-ramai menuliskan resolusi itu, lalu mengunggahnya di media sosial.

Beberapa tahun belakangan ini, saya mungkin salah satu orang yang mengawali tahun tanpa resolusi. Hal ini bukan karena tidak ada goals yang hendak saya capai. Sejujurnya ada banyak impian yang bercokol di kepala dan belum terwujud.

Keengganan saya juga karena takut (dan malu) jika semua resolusi yang tertulis di halaman media sosial tak satu pun tercapai. Sebenarnya sah-sah saja menuliskan resolusi, itu adalah bagian dari perencanaan sehat setiap manusia untuk menapaki kehidupan di tahun baru. Resolusi bisa sedikit ‘mengatur’ jalan hidup.

Desember 2022 kegiatan Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 5 berakhir. Kegiatan ditutup dengan lokakarya panen karya. Salah satu karya yang saya bawa adalah buku yang berisi tulisan murid saya. Buku tulis itu berisi berbagai tema dengan corak tulisan khas mereka. Sederhana, terus terang, dan apa adanya.

Untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila, guru memiliki peran untuk menumbuhkan bagian tersembunyi dari seseorang seperti fenomena gunung es. Pola pikir, kepercayaan, dan nilai-nilai akn membentuk perilaku yang berulang sehingga menjadi kebiasaan yang akan membentuk karakter. Kondisi dan kebiasaan ini dapat terwujud jika dilakukan dengan teladan dan sistem/aturan yang konsisten. Akhirnya, akan menyebabkan perubahan yang diinginkan dalam transformasi pendidikan.

Selama mengikuti pendidikan, saya belajar menyusun visi dan prakarsa perubahan, yaitu menumbuhkan kreativitas melalui literasi menulis. Sudah tentu ada banyak cara untuk menumbuhkan kreativitas para murid.

Literasi merupakan kemampuan untuk membaca, menulis dan membangun komunikasi. Melalui literasi yang baik akan dapat mengasah kemampuan murid untuk berpikir kritis, kreatif, inovatif, serta menumbuhkan budi pekerti siswa. Keterampilan berliterasi sekaligus mendorong para murid untuk bisa memahami informasi secara reflektif, analitis, dan krisis. Sudah waktunya para murid mulai menerapkan budaya membaca atau literasi.

Sementara itu, prakarsa perubahan sederhana yang saya mulai dari ruang terkecil keseharian saya, yaitu kelas. Setiap minggu, buku tulis tipis itu menjadi tempat mereka mencurahkan isi kepala sesuai tema yang ditentukan salah satu dari mereka, bergiliran setiap minggu. Saya pun membersamai mereka menulis di ponsel saya.

Bagi saya, tahun 2022 adalah tahun mematangkan konsep sebuah visi. Visi seorang calon guru penggerak yang sedang belajar bergerak, lalu menggerakkan. Sesuai dengan nilai guru penggerak, yaitu berpihak pada murid, inovatif, kolaboratif, reflektif, dan mandiri.

Tahun 2023, waktunya menggerakkan. Saatnya bukan hanya saya yang mengajak para murid menulis bersama. Sudah saatnya guru lain juga melakukannya. Bersyukurnya, dua orang guru menyatakan ingin menulis bersama muridnya. Amazing!

Bagi saya, inilah karya saya di tahun 2023. Pencapaian ini memang belum mencapai puncak, akan tetapi gerakan sederhana ini sudah berhasil menyentuh guru lain meskipun cuma 2! Karya sesederhana ini tetap merupakan karya terbaik yang sedang saya susun bersama guru lain di tahun 2023. Harapannya tentu sukses dan konsisten.

Sudah waktunya, mengubah resolusi 2023 dengan tagline berkarya bersama atau ayo menulis!

Airmolek, 15 Januari 2023