Susi Respati Setyorini

Guru kimia yang jatuh cinta dengan tulis menulis. Ingin menulis apa aja dan di mana aja....

Selengkapnya
Navigasi Web
Budaya Positif, Antara Harapan dan Kenyataan
https://kilaskementerian.kontan.co.id/

Budaya Positif, Antara Harapan dan Kenyataan

Dalam budaya kita, makna kata ‘disiplin’ dimaknai menjadi sesuatu yang dilakukan seseorang pada orang lain untuk mendapatkan kepatuhan. Kita cenderung menghubungkan kata ‘disiplin’ dengan ketidaknyamanan.

Ki Hajar menyatakan bahwa untuk mencapai kemerdekaan atau dalam konteks pendidikan kita saat ini, untuk menciptakan murid yang merdeka, syarat utamanya adalah harus ada disiplin yang kuat. Disiplin yang dimaksud adalah disiplin diri, yang memiliki motivasi internal. Jika kita tidak memiliki motivasi internal, maka kita memerlukan pihak lain untuk mendisiplinkan kita atau motivasi eksternal.

Sebagai pendidik, tujuan kita adalah menciptakan anak-anak yang memiliki disiplin diri sehingga mereka bisa berperilaku dengan mengacu pada nilai-nilai kebajikan universal dan memiliki motivasi intrinsik, bukan ekstrinsik.

Budaya positif tercipta karena lingkungan yang positif. Seterusnya lingkungan positif terbentuk karena karakter penghuninya yang juga positif. Dalam ukuran sebuah lembaga seperti sekolah, yang dihuni oleh ratusan manusia, apa mungkin sebuah budaya positif itu dapat terwujud?

Budaya sekolah berarti merujuk pada kebiasaan-kebiasaan yang selama ini dilakukan di sekolah. Kebiasaan ini dapat berupa sikap, perbuatan, dan segala bentuk kegiatan yang dilakukan warga sekolah. Walaupun sulit, reformasi budaya sekolah bukanlah hal yang tidak mungkin. Untuk melakukannya diperlukan orang-orang yang bersedia untuk terus berinovasi dan terbuka terhadap perubahan zaman. Untuk mewujudkan hal ini seorang pemimpin membutuhkan partisipasi dari semua warga sekolah.

Perubahan merupakan pekerjaan gotong royong. Berkolaborasi antara semua warga sekolah tanpa terkecuali untuk mewujudkan sebuah lingkungan belajar yang nyaman, aman, dan sehat. Kolaborasi menjadi kata kunci wajib dalam upaya menumbuhkan praktik baik di sekolah.

Tanpa kolaborasi, cita-cita berbudaya positif akan sulit tergapai. Sebagai contoh, apa jadinya jika seorang guru berjuang menegakkan budaya disiplin tepat waktu dalam keyakinan sebuah kelas sementara guru lain tak acuh dan cenderung mengabaikan? Berjuang seorang diri ibarat berjalan melawan arus yang deras tanpa pegangan.

Sebaliknya, jika beberapa guru bergandengan tangan dan saling menguatkan, bersama-sama berjuang untuk menciptakan lingkungan yang nyaman bagi para murid, akan lebih tangguh melawan badai sekalipun.

Mewujudkan sekolah yang berbudaya positif, barangkali dianggap angan-angan dan hanya sekadar isapan jempol belaka. Namun, dari 10% rasa pesimis, tidak mustahil akan berubah menjadi 100% jika dilakukan bersama-sama.

Mari terus belajar, berefleksi, bertumbuh, berbagi, dan berkolaborasi untuk menjadi lebih baik bagi murid-murid kita.

Salam perubahan!

Airmolek, 22 September 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post