Aku sangat mengapresiasi sahabat perempuan ku yang mau dan telah menyempatkan diri untuk belajar. Mengunyah sampai lunak ilmu tentang lika liku mengawali pernikahan, mempersiapkan kehamilan sampai merawat buah hati. Sekali lagi kita ulang bersama, mereka (bundelan materi yang kita sebutkan tadi) tidaklah segampang yang kita kira. Sehingga memutuskan untuk memperlajarinya dengan metode sambilan akan menjadi amat sangat tidak efektif. Sehingga memang perlu untuk belajar sedini mungkin sejak masih gadis. Mumpung masih fresh, masih bisa fokus.

Jikalau ilmu sudah di dapat, rencana sudah bisa dibuat. Sudah mantap untuk memulai langkah mengayuh biduk rumah tangga berdua dengan si dia yang telah engkau pilih. Namun perlu engkau tahu hai sahabat perempuan ku. Penting untuk bertanya apakah ia bersedia untuk bersusah payah denganmu nantinya ?

Menikah bukan melulu soal asmara bahagia dan canda tawa. Kita perlu menyadari bahwa kehidupan setelah pernikahan tidaklah seindah itu. Engkau dan dia akan melalui lika liku kesibukan luar biasa. Terlebih ketika kabar bahagia yang dinanti nantikan sudah ada. Kehamilan misalnya.

Tubuh perempuan akan bereaksi untuk memberikan signal ke otak agar menghabiskan lebih banyak waktu untuk istirahat. Disinilah tanggung jawab itu di uji. Apakah dia benar-benar bersedia untuk bersusah payah denganmu atau tidak.

Urusan dapur yang tadinya tinggal beres mau tak mau harus beralih tangan. Istri tercinta yang tadi selalu tampil cantik harum mewangi, kini tak karuan bentuknya karena tak sempat lagi mengurus diri. Sekali lagi bersediakah dia untuk repot-repot bersusah payah menggantikan semua tugas rumah tangga serta merawatmu ?

Tanyakanlah itu sebelum akad terlanjur dibacakan. Pastikan kesediaannya karena bila tidak, pilihan tentu kembali kepadamu. Siap dengan apa ada dirinya (barangkali ada keluarga yang siap membantu mendampingi selama hamil sampai setelah melahirkan) atau mencari dia yang bersedia.