Akhirnya Ku Menemukanmu...Ide
Aku ingin menulis, tapi aku tak punya ide, daya imajinasiku payah, diperparah dengan minim kosakata. Berjam-jam di depan laptop tak juga menelurkan sebuah karya. Bagaimana orang lain bisa begitu lincahnya jari-jari menari di atas keyboard laptop, ide cemerlang mengalir begitu saja. Dead line pengumpulan lima hari lagi, dan aku belum menemukan ide. Kenapa juga aku yang ditunjuk mengikuti pelatihan menulis cerpen? Ah biarlah kutinggal sejenak untuk menyeruput secangkir kopi, siapa tahu ide itu muncul setelah aku mencium aroma kopi dan merasakan sedikit rasa pahit kopi.
Aku kembali ke depan laptop, masih terdiam, tak ada satu kata pun yang aku tulis. Tuts keyboard laptop tampak gemas, huruf-hurufnya ingin segera tampil di layar laptop, berjajar membentuk kalimat-kalimat indah. Tapi apa ini? Secangkir kopi sudah habis, namun ide tak juga muncul? Apakah otakku ini terlalu kerdil? Aku jadi ingat kartun Sponge Bob, ketika mendapat tugas dari nyonya Puff untuk membuat sebuah karangan dalam waktu satu hari. Detik demi detik waktu terus berjalan, Sponge Bob tak juga menuliskan satu huruf pun. Hahahaa…apakah aku sepayah Sponge Bob?
Oke, aku akan mencari tempat dimana aku bisa menemukan ide untuk menulis. Aku posting status di media sosial, meminta saran dimana aku bisa menemukan ide untuk menulis. Banyak orang tertarik untuk komen di statusku, kebanyakan dari mereka mengatakan toilet adalah tempat yang terbukti mampu membuat penulis menemukan ide untuk membuat karya tulis, berdasarkan pengalaman mereka juga. Aku juga pernah tahu buku kumpulan puisi berjudul “Renungan Kloset”, karya Rieke Diah Pitaloka. Penulis mengatakan bahwa ketika kita merenung di kloset, ide-ide cemerlang bersliweran.
Benar saja, aku mencoba mengikuti testimoni dari para netizen. Aku berlama-lama duduk di kloset duduk, tidak dalam rangka BAB ataupun mandi. Murni untuk mencari ide. Dalam keheningan toilet, aku tertawa terbayang kekonyolan tingkah teman-teman di kampus, mereka sudah mahasiswa tapi masih membawa sifat kekanak-kanakan. Tiba-tiba aku senyum-senyum sendiri mengenang romantika percintaan di kampus, terkenang satu per satu mantan yang datang dan pergi dalam kehidupanku. Wow banyak sekali peristiwa demi peristiwa tiba-tiba muncul kembali dalam ingatanku. Kenapa tidak aku tulis saja pengalaman-pengalaman dalam kehidupanku. Mereka sangat dekat dan lekat dengan aku, tidak sulit bagiku untuk menuliskannya menjadi sebuah buku. Tapi aku harus mulai dari mana? Baik, aku akan mulai dengan memperkenalkan diriku sendiri.
Namaku Tania, aku seorang mahasiswi tingkat akhir, tak perlu disebutkan semester berapa karena sudah tidak masuk dalam hitungan. Aku terlalu bersenang-senang dengan kegiatan-kegiatan UKM di kampus, hingga skripsiku tak kunjung usai. Aku berasal dari Yogyakarta, kota pelajar, kota gudeg, kota berhati nyaman, kota mengandung kenangan, kota tempat kembalinya mantan (haha..ini karanganku sendiri), masih banyak lagi sebutan untuk kota kelahiranku ini.
Di kampus aku mempunyai tiga orang sahabat. Masing-masing sahabatku sudah mempunyai pacar, tidak demikian dengan aku Aku dikenal dengan sebutan “jomblo sejati”, jahat banget memang teman-temanku memberi aku label segitunya. Asal tahu saja, aku tak punya pacar bukan karena nggak laku ya, tapi standar kriteria cowok pilihanku mungkin terlalu tinggi..haha..nggak kok, aku memang tidak mencari, dapat ya syukur, tidak dapat ya nangis
Aku akan mulai bercerita tentang ketiga sahabatku, satu persatu dengan masalahnya masing-masing yang ribet, yang kadang membuat aku pusing. Sebagai sahabat mereka yang masih jomblo, aku ini tempat sampah bagi mereka untuk menumpahkan curhatan, terutama tentang pacar. Aku pikir mereka ini aneh, memberi aku label jomblo sejati, artinya aku orang yang tidak punya pengalaman dalam masalah percintaan karena jomblo menahun, tapi kenapa mereka curhat soal pacar ke aku?
Mulai dari si Yesi, cewek asal Bandung, yang feminim banget dan anti dengan kegiatan-kegiatan yang berbau alam. Bukan karena jijik dan sok jaim, tapi dia punya alergi kulit ketika bersentuhan dengan benda-benda yang kotor, kulitnya langsung memerah dan gatal-gatal. Yesi mempunyai pacar berbeda agama, nah lho, sudah tahu beda agama kenapa diteruskan? Setiap curhat Yesi minta solusi harus bagaimana, padahal sebenarnya dia sudah tahu kan harus bagaimana? Masing-masing kuat dengan keyakinan agamanya. Mereka sudah berpacaran selama enam tahun. Bagiku itu sangat membuang waktu, kalau memang masing-masing tidak bisa mengalah pasti ujung-ujungnya berakhir dengan perpisahan. Enam tahun bukan waktu yang sebentar, keburu tua juga bagi perempuan. Begini kira-kira curhatan Yesi :
“Tania…aku harus gimana dong? keluarga mas Yogi tidak setuju hubungan kami, mas Yogi dan aku pun juga tidak mau berpindah agama”, curhat Yesi.
“Kamu pengennya aku jawab apa?”, kataku santai.
“Kok gitu sih Tan?”, tanya Yesi dengan nada sebel.
“Kamu tahu jawabanku kan? dan pasti kamu tetep aja ngotot menyanggah, lha terus aku harus kasih saran apa lagi?”, tanyaku.
“Lagi-lagi saranku, sudah putusin aja hubunganmu dengan mas Yogi. Titik”, kataku tegas.
“Ya nggak bisa begitu dong Tan”, kata Yesi merajuk.
Sudah..mentok, curhatan Yesi selalu tak berujung, karena Yesi mengingkari kenyataan. Besoknya lagi curhat lagi. Ni anak maunya apa sih ya.
Sahabatku yang kedua bernama Wina. Mahasiswi smart asal Bengkulu. Wina merupakan aktifis kampus, dia memang senang hal-hal berbau diplomasi. Pacar Wina adalah ketua BEM Fakultas. Keduanya sangat sibuk, hingga jarang terlihat bersama. Curhatan yang sering dilontarkan Wina adalah kurangnya intensitas pertemuan dengan mas Bimo pacarnya, sekalinya ketemu yang dibahas permasalahan kampus, padahal sebagai perempuan, kadang Wina ingin ngobrol hal-hal yang ringan, terlebih yang berbau romantis. Aku hanya bilang, ya itulah resiko pacaran dengan tokoh penting di kampus.
Terakhir adalah Nuke. Nuke ini berasal dari Bali, tapi keluarganya sudah menetap di Jogja. Nuke type anak rumahan, sehari-hari urusan dia hanya kampus dan rumah. Selesai urusan di kampus langsung pulang, berbeda dengan aku, Yesi, dan Wina yang sangat betah di kampus. Nuke memiliki pacar beda kampus, bernama Desta. Hal yang biasa dicurhatkan Nuke adalah masalah cewek-cewek di kampus pacarnya yang berpotensi mengancam kelanggengan hubungan mereka. Menurutku Nuke ini terlalu posesif sehingga selalu muncul rasa curiga pada pasangan. Dari kami berempat, Nuke ini yang paling gampang baper dan sering nangis.
Aku sangat menyayangi sahabatku, mereka penyemangatku. Kami bisa melakukan hal-hal konyol bersama, kadang nangis bareng-bareng, kadang berantem. Kami juga saling merindukan ketika sedang berjauhan.
Wow ternyata aku berhasil menulis berlembar-lembar, hanya bercerita tentang tiga sahabatku, itupun tidak seluruh kisah mereka aku ceritakan. Oke, segera kukirim hasil karyaku ini. Bagaimanapun bentuknya, ini adalah karyaku, hasil pemikiranku. Bagaimana dengan kisah percintaanku? Lain waktu akan aku ceritakan dalam tulisanku yang lain
Yogyakarta, 18 Januari 2022
Day 15
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
cerpen yg keren... sukses selalu dgn karya2nya...
Terimakasih pak Siswandi. Aamiin. Salam literasi. Ijin follow
Wow keren sekali ibu idenya. Salam sukses selalu.
Terimakasih pak Fadlin. Salam sukses.
Cerpen yang indah
Terimakasih Bu. Ijin follow.
Injih Monggo.terimakasih