Tidak Ada Anak yang Nakal
Seorang guru memasuki ruang guru dengan langkah terburu-buru dan menggerutu. Rupanya beliau baru saja mengajar di kelas dan menemukan siswa yang membuat ulah, hingga sesampai di ruang guru luapan emosi dilontarkan pada rekan-rekan sesama guru. Label-label negatif beliau sematkan pada seorang siswa yang memang selalu menjadi pembicaraan para guru karena sering membuat masalah.
Ada sesuatu yang mengganjal dalam hati ketika mendengar label-label negatif yang diberikan pada siswa, terbayang bagaimana jika anakku berada di posisi yang sama dengan siswa tersebut. Kutemui siswa yang membuat gemas para guru akibat prilakunya itu. Kami ngobrol dengan santai, kutempatkan diri ini sebagai tempat curhat, dengan mencari tahu tanpa menghakimi, bukan sebagai aparat penegak hukum. Anak itu mengungkapkan bahwa apapun yang dia lakukan tidak pernah benar di mata guru, jadi tidak ada gunanya berbuat baik. MasyaAllah, anak ini tidak nakal, tidak ada anak yang nakal, yang ada adalah anak yang butuh dimengerti, kataku pada diri sendiri. Kutantang anak itu untuk membuktikan pada para guru bahwa anggapan para guru itu salah.
Betapa menjadi guru itu tidak boleh hanya menuntut siswa untuk menjadi sosok yang sesuai dengan ekspektasi guru, lebih dari itu, guru juga harus bisa memahami bahwa masing-masing siswa memiliki latar belakang yang berbeda, yang membentuknya menjadi anak dengan prilaku yang seperti ditampilkannya di hadapan orang lain. Ketika anak dibesarkan di lingkungan yang memenuhi haknya untuk dicintai, dipedulikan, dimengerti, dipenuhi kebutuhan moral, material maupun spiritual, serta tidak mengalami peristiwa yang menimbulkan luka membekas di hati, bahkan menimbulkan trauma, Insyaallah anak tumbuh menjadi pribadi yang bisa tampil baik di hadapan orang lain, sehingga dengan mudah prilakunya bisa diterima orang lain.
Kujaga anak didikku, sebagaimana aku mengharapkan anak kandungku mendapatkan penjagaan yang baik dari guru di sekolah. Kutanamkan mindset bahwa tidak ada anak yang nakal, tugas guru adalah mencari tahu penyebab perilaku negatif yang ditimbulkan anak tersebut, sehingga dapat dirumuskan solusi terbaik untuk memperbaiki prilaku negatif siswa. Tidak sepantasnya juga guru memberi label negatif pada siswa, lebih baik memberikan afirmasi positif pada siswa supaya tangan Tuhan membantu membimbing mereka, karena ucapan adalah doa. Selamat dan semangat menjadi pendidik yang kehadirannya selalu dirindukan anak didiknya, bukan hanya karena kemampuan mentransfer ilmu, tapi juga karena keikhlasan membagikan kasih sayang.
Yogyakarta, 12 Januari 2022.
Day 9
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Luar biasa, saya setuju Bunda
Terimakasih pak.
Maaf, Terimakasih bu
Setuju bu. Ulasan yang sangat keren. Salam sukses
Terimakasih pak Salam sukses.