revi asneli

Revi Asneli, wanita kelahiran 10 Juli 1982 ini adalah seorang istri dan ibu dari tiga orang anak. Bertugas mengajar di SD. Unggul Terpadu Padang Pariaman, Sumat...

Selengkapnya
Navigasi Web
'PSBB DALAM DILEMA'

'PSBB DALAM DILEMA'

Tantangan Menulis Gurusiana H ke - 21

Karena sebuah agenda penting, bersama dua rekan saya dalam menjalankan tugas organisasi. Hari kamis, tanggal 14 Mei 2020 terpaksa kami harus menuju kota Padang. Pada awalnya memang berat untuk pergi, karena dalam situasi pemberlakuan status PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) akibat makin meluasnya wabah Corona di Sumatera Barat. Kota Padang sebagai ibukota Provinsi, memang adalah daerah yang paling banyak terjangkit positif wabah Cofid 19. Hampir di seluruh kecamatan yang ada, diberi status zona merah. Akibatnya PSBB diterapkan juga.

Sebelum berangkat, menurut cerita seorang beberapa orang pemberlakuan PSBB sangat ketat. Bahkan seorang senior saya yang tinggal di kota Padang, sebelum awal Ramadhan yang ingin berziarah ke Pasaman Barat. Terpaksa putar balik kembali ke rumah karena tidak dibolehkan keluar dari Padang. Ada juga yang karena harus ke kota Padang karena sangat penting, di perbatasan kota harus meninggalkan KTP, diperiksa suhu tubuhnya dengan alat kesehatan, baru bisa masuk kota.

Saat saya sampai di kota Padang, memang beberapa petugas berjaga-berjaga di pos penjagaan. Mengadakan pemeriksaan bagi siapa saja yang akan masuk kota Padang. Tetapi apa yang saya takutkan terjadi tidak terbukti. Penjagaan yang terkesan cendrung longgar. Kami yang pas sampai di pos penjagaan di suruh berhenti. Petugas yang telah siap dengan alat pendeteksi suhu tubuh langsung menodong alat tersebut ke dahi kami masing-masing. Termasuk saja juga, Alhamdulillah muncul angka 36 derjat celcius dialat pendeteksi setelah alat itu selesai memeriksa saya. Berarti saya aman, begitu juga dua rekan saya lainnya. Kalau memang diberlakukan seharusnya kedua arah pintu masuk dan keluar dijaga dengan maksimal. Tidak hanya pintu masuk saja, sementara pintu keluar bebas dilewati.

Setelahnya cukup ditanya, tujuannya mau kemana. Lalu mereka melihat isi mobil, dan kami yang memang sudah antisipasi duduk sesuai anjuran, di depan hanya sopir dan dibelakang saya bersama satu rekan lainnya yang duduk mengatur jarak, dengan tak lupa memasang masker di wajah.

Tetapi kembali saya melihat aturan PSBB yang tidak seperti dalam pemberitaan. Saya juga membayangkan tidak banyak aktivitas di dalam kota. Namun meski tidak ramai seperti biasa, tidak juga sepi-sepi amat. Setelah sampai kami di lokasi pertemuan yang harus saya hadiri, bergulir cerita dari peserta rapat yang memang warga Padang. PSBB kita seperti tidak berjalan dengan semestinya. Bahkan sehari sebelumnya untuk mengambi bantuan korban terdampak covid 19, masyarakat antri dan sesak untuk mengambil bantuan. Tanpa memakain pengaman seperti masker dan lainnya. Ini adalah sebuah kondisi yang malah akan menimbulkan dampak yang lebih berbahaya lagi. Padahal sudah dihimbau oleh petugas, tetapi tetap saja berdesakan. Sementara di kota Padang sendiri pasien positif covid 19 masih terus bertambah.

Di Padang Pariaman dan sekitarnya juga, muncul korban baru. Akhirnya pemberlakuan PSBB menjadi buah simalakama. Masyarakat yang sulit untuk dihimbau disiplin, masih tetap beraktivitas seperti biasa, diperparah dengan tanpa rasa khawatir tidak menggunakan pelindung diri. Pasien bukannya berkurang, malah semakin bertambah. Jika ini terus terjadi, kita khawatir pendemi ini akan lama perginya.

Kebijakan PSBB dari Pemerintah juga seolah tidak berdaya untuk diterapkan dengan sangat ketat. Jika diberlakukan, pemerintah juga seperti belum siap menanggung konsekuensinya. Jika demikian masyarakat tentu makin berpotensi besar tidak mengacuhkan pemberlakukan PSBB.

Padahal jika saja pemerintah komitmen, dengan berbagai sebab akibatnya. Juga dengan segala tanggung jawabnya. Masyarakat tentu bisa memahami dan menyadari dengan baik untuk bersama mendukung keputusan ini, sampai kondisi normal kembali. Dan tidak akan terjadi pelanggaran, masyarakat dengan penuh kesadaran untuk mematuhi.

Selain hal itu, yang menjadi kekecewaan sebahagian masyarakat adalah aktivitas ibadah dilarang dan sangat di batasi, sementara tempat keramaian seperti pasar tidak dilarang oleh pemerintah. MUI yang pada awalnya telah mengeluarkan fatwa untuk juga ikut mengambil keputusan sesuai tuntunan agama khusus untuk kamu muslimin. Mendukung pemerintah, untuk menghimbau masyarakat untuk patuh pada keputusan pemerintah.

Di sisi lain ternyata kebijakan yang diambil oleh pemerintah tidak konsisiten. Membuat MUI kembali meninjau keadaan ini dan mengeluarkan fatwa terbaru terkait dengan kondisi masyarakat, terutama persoalan ibadah umat. Salah satunya adalah membahas tentang bagaimana keputusan untuk kembali membolehkan beribadah di mesjid dan mushalla kembali.

Itulah yang terjadi jika tidak adpa ketegasan pemerintah dalam hal ini. Bagaimana mungkin masyarakat akan ikut membantu pemerintah. Belum lagi karenaa kesadaran masyarakat kita tentang covid 19 ini masih jauh dari harapan. Ditambah dengan pemberlakuan PSBB tidak cermat dilakukan. Keluar masuknya masyarakat tanpa ada rasa takut dan kecemasan akan wabah ini, adalah salah satu indikasi kegagalan. Karena suksesnya PSBB hanya bisa di dukung dengan disiplinnya masyarakat. Negara-negara lain di dunia, yang telah berhasil keluar dari wabah ini, adalah karena pemerintah dan warganya bekerja sama untuk membasminya. Seperti negara tetangga Malaysia yang sudah bisa keluar dari wabah berbahaya ini, bisa berhasil karena pemerintah mengambil keputusan yang tepat, dengan melindungi masyarakatnya dengan berbagai cara. Sehingga masyarakat mengikuti dengan patuh aturan negara.

Nah bagaimana dengan kita di Indonesia, tentu kita juga mengarapkan hal sama. Agar pendemi ini segera berakhir. Tetapi kita juga harus bersabar dan siap menerima kenyataan jika hal tersebut masih sulit untuk terwujud. Karena masih jauh panggang dari api. Masih banyak hal yang menjadi penyebab wabah ini belum bisa pergi. Mari mulailah dari diri sendiri dan orang terdekat kita, belajar disiplin untuk mengantispasi covid 19. Jika semua orang menjaga dirinya. Kemungkinan terburuk bisa kita hindari. Semoga ada langkah yang lebih konkrit dan jelas dari pemerintah untuk menuntaskan permasalahan ini.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Iyo Pi Amuah batambah di rumah awak kalau spt ko situasinyo

15 May
Balas



search

New Post