Revolina

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Terlahir Kembali

Terlahir Kembali

Masa kecil adalah masa bahagia dimana dunia ini terasa layaknya surga. Derai tawa dan gelak tawa menghiasi hari-hari yang berlalu dari waktu ke waktu. Setiap hari selalu mengukir senyum demi senyum. Tawa demi tawa. Apalagi saat itu aku baru menginjak usia 5 tahun. Hidup bersama 6 saudara lainnya merupakan kebahagiaan tersendiri bagiku. Ya, kami adalah sebuah keluarga besar yang terdiri dari lima orang anak perempuan dan dua orang anak laki-laki. Kami hidup dalam kesederhanaan. Terlahir dari keluarga yang sederhana tak membuat kami merasa bersedih. Namun tak sedikitpun kami mengeluhkan kehidupan ini, karena kami sangat bahagia dan bersyukur dalam menjalani kehidupan ini. Hidup sederhana ak membuat kami merasa miskin, namun kami merasa kaya karena kami memiliki saudara yang saling menyayangi dan saling mencintai satu dengan lainnya.

Seperti halnya anak seusiaku, aku menghabiskan dengan bermain bersama saudariku. Tidak seperti anak-anak zaman now yang setiap harinya mereka bergelut dengan gadgetnya masig-masing, kami bermain berbagai permainan tradisional setiap harinya. Mulai dari bermain lompat tali, kelereng, petak umpet, kasti hingga bermain masak-masakan. Sebagai seorang anak perempuan, aku sangat menggemarii permainan masak-masakan ini. Aku memiliki berbagai peralatan memasak mainan tapi bukanlah seperti peralatan mainan seperti saat ini. Segala macam peralatan dapur bekas yang tak terpakai lagi oleh ibuku, kukumpulkan dan kujadijkan koleksi peralatan masak milikku layaknya peralatan dapur ibuku. Berbagai menu masakan menjadi bahan dalam permainan ini. Bahan masakan mainanku, ku peroleh dari bermacam ragam jenis tanaman yang ada di sekitar rumahku.

Biasanya aku bermain masak-masakan ini bersama saudariku. Namun hari itu tak seperti biasanya hari itu aku bermain sendiri. Aku sibuk bermain hingga tengah hari. Setelah puas bermain akupun bergegas mengemasi semua peralatan masakku dan memasukkannya ke dalam keranjang yang khusus kugunakanuntuk menyimpan semua peralatan bermainku.

Persis di depan rumahku terdapat sebuah sungai kecil yang biasanya digunakan warga untuk menunjang irigasi persawahan di sekitar tempat tinggalku. Aku berniat mencuci peralatan masakku itu di sungai tersebut. Setelah aku mencuci semua peralatan masak itu aku tergiur untuk mandi karean aku merasa kegerahan sehabis bermain. Nah perlahan-lahan mulailah aku bermain air di tepian mandi yang biasa kami gunakan untuk mandi semua anggota keluarga. Aku mulai menyiram sekujur tubuhku dengan air menggunakan gayung. Byurr....byurrr....byurrr setiap aliran air yang menyapa tubuhku terasa sangat menyejukkan. Hingga aku keasyikan bermain air dan mandi sepuasnya.

Ditengah asyiknya bermain air, tanpa kusadari ternyata aliran air semakin deras yang biasanya terjadi karena salah satu warga membuka pintu air di pusat irigasinya. Tanpa menghiraukan hal itu aku masih saja tetap melanjutkan mandiku. Tiba-tiba tanpa sengaja gayung yang ada di tanganku terlepas. Dengan sigap aku berusaha untuk meraihnya. Namun naas saat aku hampir saja meraih gayung itu kakiku terpeleset dan aku terbawa arus sungai. Aku berusaha menyelematkan diri dengan cara meraih apapun di sepanjang aliran sungai. Aku panik dan air mulai merasuki tenggorokanku. Aku tersedak, nafasku tersengal sengal. Tanganku terus saja berusaha meraih dan menggapai ke dinding sungai. Tanpa sengaja aku berhasil meraih sejumput rumput liar yang tumbuh disekitar pinggiran sungai. Aku berusaha bertahan semampuku, berahan memperjuangkan hidupku. Saat itu sama sekali tak terpikirkan olehku bahwa maut sedang mendekatiku.

Di tengah perjuanganku mempertahankan hidupku dengan berpegangan sekuat tenaga pada rumput itu, tiba-tiba aku aku mendengar teriakan seorang warga

“Woiiiiiiiii anak sia yng anyuik ko?”teriak bapak-bapak itu (dalam bahasa daerahku yang artinya anak siapa yang hanyut ini?).

Bapak-bapak itu mengulang teriakannya berkali-kali sembari nyebur ke dalam sungai untuk menyelamatkanku. Mendengar teriakan dari luar rumah sonaak ibu dan saudaraku yang berada di dalam rumah brhamburan menuju sungai. Dipinggir sungai mereka mendapati aku sedang dibantu oleh sang malaikat penyelamatku dalam wujud seorang manusia untuk mengeluarkan semua air yang sempat terminum olehku. Dadaku terasa sesak. Aku seperti kehilangan kesadaranku. Ibuku merangkul dan menangisiku. Setelah beberapa saat aku tersadar dan aku ikut menangis. Akhirnya aku digendong dan dibawa kedalam rumah dan mengganti pakaianku.

Saat aku bertambah usia dan aku teringat akan kejadian hari itu, aku sangat terharu dan merasa sangat berterima kasih sekali kepada bapak-bapak yang menyelamatkanku waktu itu. Dan tentu saja aku sangat bersyukur sekali kepada Allah SWT yang masih memberi aku kesempatan untuk hidup hingga saat ini. Terkadang air mataku tak sengaja mengalir jika aku mengingat semuanya. Sejak saat itu aku seolah-olah seperti terlahir kembali dan mendapat kehidupan kedua.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post