Setiap hari aku menyebrang sungai dengan sampan Tua pak Abdilah.Wajah yang ramah,senyum yang merekah, selalu menerima dengan ikhlas berapapun bayaran yang di sodorkan orang untuk sewa sampan tuanya itu.

Hujan deras, diiringi petir dan kilat saling menyambar, angin bertiup. Kencang menambah dingin menusuk tulang. Pak Abdilah tetap mendayung sampan tuanya, menyebrangkan penduduk sampai ke tujuannya.

Bu Guru mau menyebrang juga,?Angin kencang petir dan kilat sabung menyabung, bagaimana kalau menunggu hujan reda? tanya pak Abdila memberi saran. Namun aku bersikeras ingin menyebrang juga mengingat anakku yang masih kecil, tanpa pengasuh.Di jaga oleh ayahnya. Mereka butuh aku.Sampan berderit,perlahan air mulai masuk. Ternyata sampan Lapuk itu bocor.Aku menjerit histeris.sampan sudah oleng, ketakutan membuatku stres ,apa lagi aku tidak bisa berenang. Aku tak sadarkan diri. Aku tersadar setelah di rumah sakit. Isak tangis warga yang berkumpul membuatku kaget. Pak Abdilah tewas saat menyelamatkanku saat sampan tenggelam.

Tantangan gurusiana

#Menulis itu sedekah