Rian Ananta,S.TP,MP

Teruslah bergerak maju walau seberat apapun langkahmu.Jika tidak bisa terbang berlarilah, bila tak mampu berjalanlah, masih tak berubah merangkaklah... hingga s...

Selengkapnya
Navigasi Web
Essay Diri

Essay Diri

Hari menjelang dini hari ketika kumulai menulis kisah ini. Seharusnya hari ini sudah jatuh pada Hari Iedul Adha 1441 H. Beberapa jam lagi shalat Ied akan di selenggarakan. Dan Karena bertepatan dengan hari Jum’at maka pemotongan hewan dilaksanakan pada keesokan harinya. Mengingat hari itu adalah hari bahagia, karena merayakan momen dikalahkannya hawa nafsu oleh keimanan yang setiap tahun akan jadi pengingat jangan pernah berputus asa dari rahmat Allah.

Dalam hidup tidak pernah lepas dari ujian. Karena iman perlu di ketahui kemurniannya. Dengan tempaan hidup akan terlihat kualitas iman seseorang. Sampai umur hampir separuh abad, apa dan bagaimana saya?

Sungguh saya belum menjawab pertanyaan untuk diri saya sendiri. Rasanya baru kemaren digendong papa , karena habis di vaksin tetanus di SD. Masih terasa hangatnya senyuman beliau melihatku meringis terus setiap berjalan. Kadang diri ini tak bisa berhenti untuk mengganggu aktivitas makannya. Sangat nikmat meskipun hanya bersama sambal lado saja. Suapannya yang besar akan langsung memenuhi mulutku dan membuatnya dikunyah cukup lama. Namun di situ sensasinya. Nasi suapan papa sungguh Number Uno.Lezat tiada tara .

Sehabis sholat biasanya kami melepaskan puasa dan langsung nyekar ke makam Papa. Apa khabar papa di sana, semoga Allah senantiasa melimpahkan kasih sayangnya pada beliau , sebagaimana tulus dan murni cintanya padaku. Kami bertiga adikku laki-laki satu-satunya harapan papa kini telah menyeberang Pulau ke Maluku sana . Menjalani tugas sebagai Abdi Negara, Menuai bakti pada ibu pertiwi seperti harapan papa. Tak pernah di sangka kalau kebersamaan kami hanya hingga tamat S1 saja. Setelah itu kami berpencar mencari kehidupan masing-masing.

Apa khabar papa di sana?. Semoga papa bahagia dengan kondisi kami sekarang. Kami bisa memenuhi keinginannya. Tak pernah lupa dengan kasih sayang yang selalu dicurahkannya. Kami hanya bisa berkirim do’a. Semoga Papa diringankan dalam setiap urusannya dan mendapatkan sebaik-baik tempat yang mulia di sisi-Nya. Maafkan papa sampai hari ini belum bisa mempersembahkan mahkota untukmu, karena belum bisa hafizd Quran. Namun kami selalu berusaha agar menjadi yang terbaik untukmu.

(Malam berdengung takbir)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

luaar biasa....

31 Jul
Balas

Terima kasih bun.salam literasi

31 Jul

Keren buuu

31 Jul
Balas

Terimakasih bu, salam lierasi

31 Jul



search

New Post